Kamis, 02 Mei 2013

SANTO PASKALIS BAYLON (1540-1592)
Oleh F.X. Indrapradja, OFS

SANTO PASKALIS BAYLON

Awal cerita. 
Paskalis lahir pada Hari Raya Pentakosta, tanggal 16 Mei 1540 di Torre Hermosa di perbatasan antara Castile dan Aragon. Ayahnya bernama Martin Baylon dan ibunya bernama Elizabeth Jubera. Dinamakan Paskalis (Pascual) guna menghormati Pascua de Pentacosta, karena adat-istiadat setempat menentukan bahwa pemberian nama seorang anak harus sesuai dengan nama orang kudus atau pesta yang dirayakan pada hari kelahiran anak itu. Di Spanyol dan di Italia, istilah Pascua juga dipakai untuk beberapa pesta besar di samping Hari Raya Paskah.

Ibunya adalah seorang Katolik yang saleh. Dia membawa Paskalis ke Gereja untuk menghadiri Misa Kudus. Dengan demikian Paskalis pun mulai jatuh cinta kepada Sakramen Mahakudus. Seringkali dia memisahkikan diri dari ibu dan kawan-kawan bermainnya, khusus untuk bersembah sujud di depan tabernakel.

Seorang gembala yang baik. Sejak berusia muda sekali (7 tahun) Paskalis sudah bekerja sebagai seorang gembala. Dalam kesendiriannya di tengah-tengah padang, Paskalis merasa mudah untuk berpikir tentang Allah. Sementara mata Paskalis tetap waspada mengawasi domba-domba peliharaannya, pikiran dan hatinya pergi dengan cepat ke gereja desa, untuk adorasi kepada Sakramen Mahakudus.

Paskalis tidak mendapat kesempatan untuk bersekolah, namun dia memiliki kerinduan untuk dapat membaca dan menulis. Seseorang memberikan kepadanya Buku Ofisi Santa Perawan Maria. Dengan susah payah Paskalis mempelajarinya dengan bertanya kepada orang-orang yang lewat. Dia mempelajari huruf-huruf satu-persatu. Tidak lama kemudian sesuatu yang mengagumkan terjadi … Paskalis sudah mampu mendaraskan Ofisi Kecil Bunda Maria itu.

Sejak masa mudanya Paskalis sudah menunjukkan cintakasih seorang anak kepada Bunda Maria. Dia selalu membawa sebuah patung kecil Maria. Pada waktu dia harus berdiam di satu tempat untuk waktu yang cukup lama selagi menjaga domba-dombanya, Paskalis menaruh patung Maria itu di atas tanah dan mulailah dia berdoa di depan patung itu. Tidak lama kemudian orang-orang memberikan kepadanya julukan “gembala kecil yang suci”.

Pertemuan yang menentukan. Pada suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang luar biasa. Kejadian itu membantu Paskalis untuk membuat keputusan berkaitan dengan panggilan hidupnya. Selagi dia berdoa di padang. Paskalis melihat dua orang, seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan, dua-duanya memakai jubah Fransiskan. Mereka memberitahukan kepada Paskalis bahwa Allah menghendaki agar Paskalis mengikuti orang kudus dari Assisi (maksudnya Santo Fransiskus). Dua orang itu berbicara mengenai banyak keuntungan rohani dari ordo itu dan meyakinkan Paskalis betapa besar kasih Allah kepada dirinya. Kemudian dua orang itu menghilang, meninggalkan Paskalis sendiri dalam kebahagiaan yang tak terkatakan. Siapa dua orang yang mengunjungi Paskalis itu? Beberapa penulis menyimpulkan bahwa mereka itu adalah Santo Fransiskus dari Assisi dan Santa Klara dari Assisi. Memang tidak ada bukti dan Paskalis sendiri tidak pernah berbicara mengenai sifat supernatural dari kejadian tadi. Dia hanya mengatakan kepada temannya, Yohanes Apparicio, bahwa Allah telah membuat panggilannya menjadi jelas.

Setelah itu Paskalis meninggalkan kampung halamannya menuju ke arah selatan. Dia bekerja sebagai gembala untuk empat tahun lamanya di dekat biara Fransiskan di Monforte. Devosinya kepada Bunda Maria, dan doa rosarionya juga mengisi kehidupan spiritualnya yang terus berkembang, namun cintakasihnya yang terdalam adalah untuk Sakramen Mahakudus. Majikannya memberikan izin kepadanya untuk mengikuti Misa Kudus di gereja desa. Apabila tidak mungkin meninggalkan kawanan dombanya, Paskalis akan menghadap ke arah gereja pada saat lonceng gereja berbunyi. Ada catatan bahwa sejak di Aragon memang sudah terjadi mukjizat-mukjizat yang berkaitan dengan Paskalis.

Sekarang Paskalis berada di persimpangan jalan. Sang majikan kaya raya yang bernama Martin Garcia tertarik pada ketulusan hati Paskalis. Oleh karena itu dia mau mengangkat Paskalis menjadi anaknya dan mewariskan kepadanya kekayaan yang besar. Hal itu sangat mengagetkan Paskalis namun dengan cepat dia menolak tawaran sang majikan karena dia telah membuat pilihan, yaitu menjalani suatu hidup kemiskinan secara sukarela. Penolakan akan kekayaan duniawi ini merupakan tindakan kepahlawanan. Allah memberikan imbalan kepada Paskalis dengan membuka pintu-pintu biara Fransiskan baginya.

Paskalis memasuki kehidupan biara. Pada awal tahun 1564 Paskalis bertemu Saudara Alphonso dari Llerena, pemimpin biara Elche. Permintaan dari Paskalis yang pada waktu itu berumur 23 ½ tahun langsung diluluskan. Paskalis dikirim ke biara Monforte (dua jam perjalanan kaki). Di sana, pada tahun yang sama Paskalis mulai mengenakan jubah Fransiskan.

Bruder Paskalis mengucapkan kaul kekal setahun kemudian. Sepanjang hidupnya dia mengikuti Anggaran Dasar/Peraturan Hidup Santo Fransiskus dengan taat sekali sampai-sampai secara hurufiah. Baginya semua itu bukanlah sekadar rumusan-rumusan kosong, melainkan suatu cara yang pasti menuju kepada keselamatan. Ketika seorang saudara dina yang lain bertanya kepadanya: “Paskalis, apa yang harus aku lakukan agar selamat?”, maka jawaban langsung dari Paskalis adalah: “Ikuti Anggaran Dasar/Peraturan Hidup dan ikutilah secara hurufiah.”

Bruder Paskalis dan triprasetianya. Paskalis sangat mencintai semangat kemiskinan yang dicoba oleh Santo Fransiskus untuk ditanamkan ke dalam diri para pengikutnya, yaitu ketidak-terikatan total kepada hal-hal yang duniawi. Semangat kemiskinan ini dihayatinya sampai ekstrim: Jubahnya begitu penuh tambalan sehingga sulit bagi orang-orang untuk mengenali warna dari bahan jubahnya yang asli (catatan iseng: bagi yang senang cerita silat, inilah contoh salah satu ciri anggota kelompok ‘khaipang’ yang sejati). Pater Ximenes (Minister Provinsial sejak tahun 1591) sampai berani berkata bahwa dia telah bertemu dengan banyak orang yang sempurna dalam cinta mereka akan kemiskinan, namun tidak seorang pun dapat mengalahkan Paskalis. Bruder Paskalis – lewat perjuangannya yang tidak ringan – juga menjadi contoh seorang biarawan yang berhasil menjaga kaul kemurnian dan ketaatannya dengan baik. Praktek hidup pertobatan dan mati-raganya juga membuat para pembaca modern merasa ngeri.

Bruder Paskalis dan Allahnya. Paskalis adalah seorang yang jatuh cinta kepada Allah secara terus-menerus. Senyumnya terus menghiasi wajahnya, suatu pencerminan dari kegembiraan akan cintakasih Allah yang membuat jiwanya penuh rahmat. Berikut ini adalah doa yang sering diucapkannya: “Oh Kasihku, Kebahagiaanku, Penyelamatku, Sahabatku, Guruku! Aku tidak menghasrati yang lain kecuali Dikau, ya Allahku. Dikau cukup bagiku, oh Bapaku, Saudaraku, Pelindungku. Dikau memenuhi segala harapanku, segala cintakasihku.” Kehidupan doa dan kerja sepanjang hari belum mencukupi bagi Paskalis. Seringkali di larut malam dia pergi tempat terpencil di dekat biara. Di situlah Paskalis berkomunikasi dengan Allah, selagi orang-orang lain sudah tidur lelap.

Paskalis sangat terkesan akan Hari Natal. Dia dapat menggambarkan adegan di Betlehem dengan begitu jelas, sehingga orang dapat saja berpikir bahwa dia adalah salah seorang gembala yang berlutut di dekat palungan dan yang memeluk bayi Yesus.

Pada waktu Bruder Paskalis terbaring sakit di biara Elche, seorang saudara dina mengunjunginya. Sepanjang sore Paskalis bercerita kepada saudaranya itu tentang cintakasih Allah. Ceritanya dapat berlanjut sampai larut malam kalau tidak dihentikan karena intervensi pemimpin biara yang mengatakan bahwa Bruder Paskalis sedang sakit. Saudara yang mengunjungi mengatakan bahwa saking asyiknya mendengarkan uraian Paskalis, dia tidak sadar bahwa waktu telah berlalu dengan begitu cepatnya.

Bruder Paskalis dengan Ekaristi. Bruder Paskalis paling dikenal sebagai Santo Ekaristi. Devosinya kepada Sakramen Mahakudus lebih-lebih ditunjukkan olehnya lewat perbuatan daripada kata-kata. Bagi Paskalis Ekaristi merupakan pusat terdalam kehidupan religiusnya, sumber dan inspirasi bagi segala kekudusannya.

Paus Leo XIII [masa jabatan: 1878-1903] mengatakan: “Abad ke dua puluh harus menjadi abad Sakramen Mahakudus, kalau abad ini memang mau diartikan sebagai abad kebangkitan dan kehidupan.” Sikap Paskalis yang seluruhnya (luar-dalam) Katolik dalam doa-doanya kepada Sakramen Mahakudus menyebabkan Sri Paus menunjuk dia sebagai model bagi semua orang yang melaksanakan devosi kepada Sakramen Mahakudus.

Kunjungan Bruder Paskalis kepada Sakramen Mahakudus dan adorasinya mengambil waktu yang lama. Tugas kerjanya banyak sehingga lebih dari seratus kali seharinya dia harus meninggalkan doanya dan melakukan tugasnya, tetapi setiap kali setelah menyelesaikan tugasnya dia kembali ke depan tabernakel. Ada tercatat bahwa dalam adorasinya, Paskalis berlutut untuk waktu lama tanpa alat pembantu dengan tangan terkatup di depan dan lebih tinggi dari wajahnya. Hal ini memberi kesan mendalam kepada para saudara dina yang lain.

Bruder Paskalis menghadiri Ibadat Tengah Malam. Meskipun setelah itu saudara-saudara yang lain balik ke ruang tidur, dia sering tetap tinggal di dekat altar sampai pagi. Kemudian dia akan berjalan dari kamar yang satu ke kamar yang lain untuk membangunkan para saudara. Sekarang dia siap untuk Misa Pagi. Kalau situasi memungkinkan, dia akan melayani pada Misa kedua. Itulah gambaran dari cintakasihnya kepada Sakramen Mahakudus dan rasa hormatnya kepada para imam.

Tugas ke negeri Perancis. Ada cerita tentang tugas kunjungan Bruder Paskalis ke negeri Perancis pada tahun 1570. Pada waktu itu di Perancis berkecamuk perang saudara dan penganiayaan terhadap Gereja (Katolik). Kaum Protestan Kalvinis dan Huguenots sebisa-bisanya berusaha untuk menyapu bersih orang-orang Katolik yang percaya akan Sakramen Mahakudus. Pada waktu itu sungguh banyak putera-putera Santo Fransiskus yang menjadi martir sebagai bukti iman-kepercayaan dan keberanian mereka. Ratusan Saudara Dina dibunuh dengan kejam.

Dengan penuh ketaatan Bruder Paskalis yang pada waktu itu baru berumur 30 tahun membawa surat dari Pemimpinnya di Spanyol kepada Minister Provinsial para Fransiskan Observan di Perancis, yaitu Pater Christopher de Cheffontaine, seorang sangat terpelajar yang berkedudukan di Brittany. Setelah melewati pegunungan Pyrenees, Bruder Paskalis disambut hangat oleh para saudara dina yang tinggal di perbatasan Spanyol-Perancis. Beberapa orang saudara tidak tega untuk melihat Bruder Paskalis memasuki sarang harimau, oleh karena itu mereka menyarankan agar dia membatalkan niatnya memasuki Perancis. Namun demi ketaatan, Bruder Paskalis melanjutkan perjalanannya dengan mengenakan jubahnya yang penuh tambalan ituj. Tidak ada sepeser pun di dalam sakunya. Dia hanya mengandalkan amal derma dari para penduduk desa-desa yang dilaluinya.

Begitu memasuki wilayah Perancis, Paskalis sudah langsung berhadap-hadapan dengan orang-orang yang anti Katolik. Dia dilempari batu, tetapi maju terus. Luka di pundak kirinya akan terus-menerus mengganggu selama hidupnya. Dalam satu peristiwa Paskalis dituduh sebagai seorang mata-mata Spanyol, dalam peristiwa lain dia sempat dikeroyok dan dilempari batu oleh orang banyak dan dalam kejadian lain dia sempat dijebloskan ke dalam lumbung gandum yang kotor. Namun dalam setiap peristiwa yang dialaminya itu Bruder Paskalis merasakan betapa kebaikan Allah itu nyata dialaminya, dia selalu selamat!

Berikut ini adalah salah satu pengalaman di Perancis yang diceritakan sendiri oleh Bruder Paskalis. Pada suatu hari dia sedang berjalan. Seorang Huguenots yang sedang mengendarai kuda secara kasar berteriak kepadanya: “Saudara, apakah Allah di surga?” Dengan keluguannya Paskalis menjawab: “Tentu saja, emangnya kenapa?” Sebagai latar belakang baiklah kita ketahui bahwa orang-orang Protestan aliran Huguenots menyangkal kehadiran Allah dalam Ekaristi; mereka mengklaim bahwa Allah hanya ada di surga. Nah, sang penunggang kuda ini mengartikan jawaban Bruder Paskalis sebagai bukti bahwa Paskalis tidak percaya akan kehadiran riil Kristus dalam Ekaristi. Selamat lagi Bruder Paskalis! Andaikata orang Huguenots itu tahu betapa mendalamnya iman-kepercayaan Paskalis akan Sakramen Mahakudus, Paskalis mungkin sudah menjadi martir di tempat itu juga (dan tak sempat menceritakan pengalamannya). Lagi-lagi, dengan perlindungan Allah jawaban sederhana dari Paskalis menyelamatkan nyawanya.

Di Orleans, Bruder Paskalis dipaksa menyangkal Sakramen Mahakudus. Dengan berani Paskalis tidak hanya meneguhkan iman-kepercayaannya, malah mengajak gerombolan penganiaya itu untuk bertobat. Akhirnya dia sampai juga di Brittany dalam keadaan yang sangat melelahkan, dan surat penting yang dibawanya itu pun disampaikan kepada Pater Christopher, Minister Provinsial yang nantinya menjadi Minister Jenderal. Apa isi surat itu tidak ada yang tahu; tentunya penting.

Hati Bruder Paskalis sedih menyaksikan profanisasi yang mengerikan atas Sakramen Mahadukus di Perancis. Di beberapa tempat hosti-hosti yang sudah dikonsekrasikan dibakar di depan umum. Di Paris hosti-hosti kudus diinjak-injak. Rambut Paskalis berwarna hitam pada waktu meninggalkan Spanyol, tetapi berubah menjadi putih ketika kembali ke Spanyol. Ini hanyalah bukti betapa penuh bahaya dan tekanan mental perjalanannya ke Perancis itu, tetapi di lain pihak nyata pula betapa setia Allah menjaga anak-Nya.

Cintakasih kepada sesama. Bruder Paskalis yakin sekali bahwa tanda dari seorang Kristiani sejati adalah cintakasih tulus dari seseorang kepada sesamanya. Dia tidak mau devosi-devosi pribadinya mengganggu tugas-tugasnya melayani sesama. Paskalis bertanggung-jawab mengurusi ruang makan, melayani saudara yang sakit dan juga para saudara yang sudah lanjut umur. Yang mendorong semuanya itu adalah cintakasihnya yang tulen. Bahkan menjelang wafatnya, Paskalis masih memohon kepada Saudara Gardian untuk secara khusus memperhatikan para saudara yang sakit dan mungkin memerlukan makanan khusus.

Melayani sesama bagi Paskalis berarti juga mengoreksi kesalahan sesama, bahkan para atasan, tetepi semua ini dilakukannya dengan semangat cintakasih dan respek. Paskalis menjadi tempat untuk diminta bantuan dan nasihat oleh para saudara. Paskalis juga menghormati para pengkhotbah ordonya dan memberikan kepada mereka nasihat-nasihat praktis tentang apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Kepada orang-orang miskin dan rendahan Poaskalis menunjukkan bela- rasa yang istimewa. Dia membantu mereka dengan banyak cara – menghibur mereka dalam pencobaan-pencobaan, mengajar mereka agama, menyalurkan amal-derma materiil. Pada suatu hari pemimpin biara memperingati Paskalis agar jangan terlalu bermurah-hati kepada orang-orang malas yang datang ke pintu biara. Paskalis menjawab: “Aku memberi derma demi cintakasih kepada Allah, dan siapa yang tahu Krustus sendiri ada di antara saudara-saudari yang berkekurangan ini?” Siapa yang berani menyangkal pernyataan Paskalis yang begitu lugas ini?

Pencobaan dan godaan. Kehidupan biara Paskalis tidak lepas dari pencobaan dan godaan. Kadang-kadang ada kesalahpahaman antara sesama saudara atau dengan atasan. Ada juga atasan-atasan yang mencurigai Paskalis sebagai orang kudus yang palsu. Mereka bermaksud mengorek apakah motif-motif Paskalis, menegurnya dengan keras dll. Paskalis menanggapi semua ini dengan baik. Ada juga yang bersimpati kepadanya, termasuk Minister Provinsial.

Di samping hal-hal di atas, Paskalis juga selama bertahun-tahun digoda oleh kuasa-kuasa kegelapan. Roh-roh jahat datang kepada Paskalis secara riil, seringkali muncul pada waktu dia memeditasikan sengsara Yesus. Kadang-kadang Iblis menyaru sebagai ‘Sang Tersalib’ sendiri. Akan tetapi Paskalis selalu mendeteksi kepalsuan ini dan melawan godaan-godaan dengan tanda salib. Paskalis jarang bercerita mengenai bermacam-macamk perncobaan dan godaan ini. Akan tetapi para saudara dan bapa pengakuannya memberi kesaksian bahwa Paskalis banyak menderita karena berbagai pencobaan dan godaan, namun memanggung semua itu dengan sabar. Memang begitulah kehidupan para kudus.

Berbagai karunia Roh. Bruder Paskalis sungguh seorang pribadi yang rendah hati dan dia tidak mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Akan tetapi Allah menganugerahkan kepadanya karunia-karunia kebijaksanaan (hikmat) spiritual yang dapat mempermalukan orang-orang dunia.

Kita telah melihat tadi bahwa Paskalis belajar membaca dan menulis sendiri karena dia tidak pernah memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah. Sekarang, bagaimana dia dapat berbicara mengenai topik-topik bidang teologia dan memberikan jawaban-jawaban yang membuat para guru menjadi terkagum-kagum? Roh Allah mencerahkan akal-budi Paskalis. Dia dianugerahi karunia berkata-kata dengan hikmat dan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Itulah jawabannya. Dalam doa dan kontemplasinya dia belajar lebih banyak daripada orang-orang lain belajar dari buku-buku. Mereka yang dekat dengannya memberikan kesaksian mengenai pengetahuan mendalam Paskalis tentang misteri-misteri iman dan mereka tetap berpendapat bahwa hikmat kebijaksanaan Paskalis datang dari ‘Atas’.

Para penulis riwayat hidup orang kudus ini mengacu kepada tulisan-tulisannya. Beberapa dari mereka malah mengklaim bahwa Paskalis adalah penulis dari karya-karya asketik dan mistik; tetapi tidak ada bukti untuk hal ini. Memang benar Paskalis mewariskan beberapa tulisannya, namun semua itu tidak orijinal. Semua tulisan itu adalah kumpulan pemikiran-pemikiran yang disalinnya dari para penulis/pengarang favoritnya, untuk digunakan sendiri olehnya.

Allah juga menganugerahkan karunia untuk bernubuat kepada Bruder Paskalis. Beberapa contoh:
1.Nubuat akan terpilihnya Pater Ximenez yang baru berumur 32 tahun menjadi Minister Provinsial baru di Valencia.
2.Nubuatnya tentang seorang awam yang sangat membenci para Fransiskan. Bruder Paskalis berkata: “Akan tiba saatnya orang ini banyak berbuat baik bagi para Saudara.” Memang benar orang itu kemudian menjadi salah seorang dermawan terbesar bagi para Fransiskan di Elche.
3.Nubuatnya tentang saat kematian. Pada suatu hari seorang perempuan sakit memohon kepada Bruder Paskalis agar mendoakan kesembuhannya. Jawab Paskalis: “Saudariku, doamu tidak benar; katakanlah begini, ‘Tuhan kalau ini adalah kehendak-Mu, ambillah aku dari dunia ini. Kehendakmu terjadilah!’” Perempuan itu meninggal pada hari Senin berikutnya sedangkan Paskalis meninggal pada hari Minggu berikutnya.” Ini adalah kesaksian di bawah sumpah dari Yohanes Ibanez, suami perempuan itu.
4.Nubuat tentang putera seorang ahli obat-obat di Villena yang sangat baik dengan para Fransiskan, bahwa puteranya itu kelak akan menjadi seorang Fransiskan yang baik.

Para pendosa juga merupakan objek dari doa-doa istimewa Paskalis. Dia dapat membaca rahasia-rahasia hati mereka dan Paskalis pun menolong banyak orang untuk bertobat. Roh Allah juga memberikan kepada Paskalis kuasa untuk mengadakan mukjizat dan karunia untuk menyembuhkan. Mengenai mukjizat selama hidupnya terdapat banyak bukti bahwa banyak orang sakit menjadi sembuh sempurna lewat doa-doa Bruder Paskalis.

Kematian seorang kudus. Sekarang kita sampai kepada peristiwa paling penting dalam kehidupan Bruder Paskalis, yaitu kematiannya. Dalam banyak hal, kematian Bruder Paskalis tidak seperti biasanya. Sepanjang hidupnya Paskalis telah menyiapkan suatu kematian yang membahagiakan, dia juga sebelumnya tahu kapan dia akan meninggalkan dunia fana ini. Pada hari Minggu sebelum Pentakosta 1592, Bruder Paskalis sungguh luarbiasa gembiranya. Dia mengunjungi sejumlah sahabat di kota dan berterima kasih atas kebaikan mereka. Kemudian dia mengucapkan salam seolah-olah orang yang mau melakukan suatu perjalanan lama. Pada malam harinya, Paskalis menderita demam dan sakit yang sangat pada tubuhnya, namun dia tidak menceritakan semua itu kepada siapa pun.

Pada hari Senin pagi, tidak seperti biasanya, pintu gereja masih terkunci. Biasanya Bruder Paskalis adalah orang pertama yang datang dan membuka pintu gereja bagian luar. Salah seorang saudara bergegas ke dalam ruangan Bruder Paskalis dan menemukan dia dalam keadaan sakit yang gawat. Baru sekarang Bruder Paskalis menjelasksn apa yang dirasakannya dan bagaimana itu. Dia memberikan kunci-kunci gereja kepada saudara itu dan minta kepadanya untuk memberitahukan pemimpin biara mengenai dirinya. Seorang dokter dipanggillah dan dokter itu memerintahkan agar Bruder Paskalis dipindahkan ke ruangan lebih nyaman yang diperuntukkan bagi para saudara yang sudah berumur. Dokter itu juga mendesak agar Paskalis mengenakan pakaian dari linen menggantikan jubah kasar yang biasa dipakainya dan Paskalis juga harus menggunakan bantal kepala yang empuk. Bruder Paskalis tidak terbiasa dengan semua ini, tertapi dia taat.

Demamnya semakin menjadi dan rasa sakit di sisi tubuhnya juga meningkat, namun Bruder Paskalis menunjukkan kesabaran yang luarbiasa. Sulitlah baginya untuk berbaring di tempat tidur, bernafaspun demikian. Akan tetapi Paskalis mengatakan kepada para saudara bahwa dia tidak akan mati sebelum hari Sabtu. Ketika Pak Dokter mengacu kepada keadaannya yang sudah kritis, Paskalis bertanya berapa lama lagi dia masih dapat hidup. “Mungkin anda akan meninggal dunia pada hari Sabtu”, jawab sang dokter dengan sedih hati. Lalu Paskalis dengan penuh keyakinan berkata: “Tidak sebelum hari Sabtu, saya akan meninggal dunia setelah hari Sabtu, apabila Allah menghendakinya demikian.”

Paskalis mencintai jubah Fransiskannya. Meskipun dia tidak dapat mengenakan jubah itu sekarang, dia minta agar jubah itu digantung di kamarnya sehingga dapat dilihat olehnya. Bruder Alonso mengatakan kepada Paskalis untuk meminta jubah itu sebelum saat kematiannya. Paskalis menjawab bahwa dia akan melakukan itu. Akan tetapi satu minggu sudah berjalan dan Paskalis belum juga meminta jubah itu, bahkan pada hari Sabtu juga.

Minggu keesokan harinya adalah Hari Raya Pentakosta tahun 1592. Pada hari raya yang sama di tahun 1540 Paskalis dilahirkan. Hari Raya Pentakosta tahun 1592 di Valencia sangat berarti bagi Paskalis karena hari ulang tahun ini menandakan masuknya dia ke dalam kerajaan surga. Dia minta jubahnya. Dengan ini para saudara tahu bahwa ‘Saudari Maut badani’ sudah mendekat.

Sehari sebelumnya Bruder Paskalis telah menerima komuni (Viaticum). Pada jam 10 hari Minggu pagi dia sedang memikirkan dan merenungkan Allah. Dia bertanya bukankah ini waktunya perayaan Misa. Waktu dijawab ‘ya’, kelihatan dia puas. Tiba-tiba terjadilah perubahan. Bruder Paskalis mulai berdoa dengan suara keras kepada Bunda Maria: “Oh Bunda Allah, lihatlah dengan penuh kebaikan orang berdosa keparat ini. Aku berseru kepadamu; datanglah Tuan Puteriku yang manis, tolonglah aku dalam saat kesusahan ini. Inilah saatnya untuk mana aku telah memohon pertolonganmu sepanjang hidupku. Janganlah meninggalkan daku pada saat ini, oh penolongku; dengan sepenuh hatiku aku berseru memohon pertolonganmu.” Untuk beberapa saat kelihatan adanya ketidaktenangan dalam tubuh Paskalis; lalu dua kali dia menyerukan Nama Yesus yang Kudus. Dia diberkati dengan air suci dan kelihatan ada damai kembali dalam dirinya. Untuk beberapa saat dia terbaring tenang dan kemudian meninggal dunia. Jam kematian Paskalis adalah tepat pada saat imam mengangkat hosti dalam Misa Kudus (waktu konsekrasi).

Bruder Paskalis sudah mati, tetapi …… Karena hari Minggu itu adalah Hari Raya Pentakosta, maka gereja biara penuh dikunjungi umat. Sejak beberapa waktu lamanya umat sudah mengetahui mengenai sakitnya Bruder Paskalis. Sekarang dari mulut ke mulut tersebar berita dengan cepat bahwa orang kudus mereka telah meninggal dunia. Berita ini menjalar dari rumah ke rumah dan dari kota ke kota. Orang-orang pun berdatangan dari mana-mana guna menghormati orang kudus ini. Mula-mula Saudara Gardian menempatkan jenazah di dalam biara dan orang-orang perempuan tidak dapat masuk. Para pengunjung laki-laki lalu menceritakan kepada semua orang tentang mukjizat-mukjizat yang terjadi di dalam. Lumrah kalau orang-orang perempuan menjadi marah. Mereka mengancam akan menyerbu biara. Akan tetapi Saudara Gardian dengan cepat mengambil tindakan, yaitu memerintahkan agar jenazah Paskalis ditempatkan di Gereja sehingga semua orang dapat datang untuk memberi penghormatan terakhir.

Banyak orang sakit dibawa ke dalam gereja dan banyak yang disembuhkan. Pada dokumen tentang kanonisasi tercatat tidak kurang dari 25 mukjizat terjadi selama tiga hari jenazah disemayamkan di depan altar. Berikut ini adalah beberapa kasus sebagai contoh:

Pada saat Hosti dan Piala diangkat, Paskalis membuka matanya guna menyembah Sang Kekasih. Ada seorang gadis kecil berumur 9 tahun yang telah menderita sakit bertahun-tahun berada dekat peti jenazah, kedua orangtuanya berdoa dengan iman serta penuh keyakinan yang mendalam akan kuat-kuasa pengantaraan Paskalis. Anak itu langsung disembuhkan setelah pengangkatan hosti dan piala itu. Mukjizat ini diakui oleh para dokter yang memeriksa gadis kecil yang bernama Kartarina Simon ini. Ada pula seorang laki-laki yang tidak dapat berbicara selama 40 tahun, mulai berbicara. Seorang buta yang bernama Balthasar Rupert mengambil tangan Bruder Paskalis lalu menyentuhkannya pada kedua matanya. Dia langsung dapat melihat. Begitulah ceritanya, mukjizat yang satu disusul dengan mukjizat lainnya. Segera para pembesar Gereja dan pejabat pemerintahan mulai berdatangan mengunjungi Paskalis di gereja di Villareal, di mana jenazah Paskalis diletakkan di bawah altar Santa Perawan Maria. Bahkan raja Spanyol pun datang menghormati bruder yang rendah-hati ini, yang telah mampu merebut hati orang banyak lebih daripada yang dapat dilakukan oleh seorang raja.

Tempat menaruh peti jenazah dibuka beberapa kali untuk melihat apakah telah terjadi dekomposisi. Meskipun dimasukkan kalsium oksida ke dalam peti jenazah orang kudus ini tetap segar tidak terjadi dekomposisi. Akan tetapi kalsium oksida itu telah memakan habis jubah Paskalis. Atas permintaan Bapa Suci tempat menaruh peti jenzah itu dibuka lagi di tahun 1611, 19 tahun setelah kematian Paskalis, dan jenazah itu masih utuh. Para saksi medis yang melakukan pengujian ilmiah membuat kesaksian resmi atas kenyataan ini. Kemudian relikui-relikui berharga dari Paskalis mulai ditaruh di tempat-tempat yang khusus dan didirikanlah juga kapel indah untuk menghormati orang kudus ini.

Menjadi orang kudus Gereja. Setelah melalui proses semestinya, maka pada tahun 1618 Paskalis dinyatakan sebagai Beato oleh Paus Paulus V. Sementara itu mukjizat-mukjizat terjadi terus. Sebelas orang yang telah mati menjadi hidup kembali. Seorang petani miskin di Valencia melihat tanah garapannya menjadi tidak berguna karena musim kering yang luarbiasa. Pada suatu hari dia pergi ke ladang dan memohon kepada Bruder Paskalis; dia mencangkul; tanah sedikit dan mengalir keluarlah air yang kemudian menjadi sumber pengairan lahan pertaniannya. Dua orang laki-laki melihat seorang anak laki-laki berumur enam tahun luput dari kematian karena ibu anak itu memohon pertolongan dari Bruder Paskalis

Karena mukjizat-mukjizat ini dan permintaan mendesak dari rakyat Spanyol, nama Bruder Paskalis pun tercantum dalam katalog orang kudus pada tanggal 16 Oktober 1690. Pada waktu itu pemimpin Gereja adalah Paus Aleksander VIII. Akan tetapi Bapa Suci meninggal dunia sebelum dekrit diterbitkan. Maka baru pada bulan Juli Paus Innocentius XII mengkanonisasikan Bruder Paskalis; 99 tahun setelah kematiannya.

Selama abad berikutnya devosi kepada Santo Paskalis menurun. Akan tetapi menjelang akhir abad ke-18 perhatian dipusatkan kepada seorang bruder Fransiskan Observan tak berkasut yang bernama Egidio Maria yang tinggal di Napoli, Italia. Pekerjaan bruder ini sama dengan pekerjaan Bruder Paskalis, yang menjaga pintu biara dll. Egidio mencoba meniru modelnya yang termashyur itu, yaitu Santo Paskalis dalam segala hal. Seorang pendoa yang ulung, Egidio juga dianugerah karunia untuk membuat mukjizat bagi orang-orang miskin di Napoli. Selama 40 tahun dia melayani orang-orang miskin dan menjadi orang paling termasyhur di kota Napoli. Egidio juga dianugerahi karunia untuk bernubuat dan dia biasa dikunjungi oleh para pembesar Gereja dan pejabat pemerintahan untuk dimohonkan nasihat-nasihat dan bimbingan-bimbingannya.

Pada tanggal 7 Februari 1812, lonceng biara berdentang dan diumumkanlah kematian Bruder Egidio Maria. Banyak orang mengunjungi sang Bruder untuk menghormatinya. Kematian bruder yang suci ini berakibat lain pula, yaitu orang mulai memperhatikan lagi peri kehidupan Santo Paskalis 200 tahun sebelumnya. Bruder Egidio dibeatifikasikan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1888. Pada tahun 1897, Paus yang sama memilih Santo Paskalis menjadi orang kudus pelindung segala Liga dan Kongres Ekaristi. Banyak orang kudus tercatat sanfgat menonjol di dalam hal devosi mereka kepada Sakramen Mahakudus dan pilihan Sri Paus yang jatuh atas Paskalis itu sungguh subuah kejutan. Tidak sedikit orang yang berpikir Santo Tarcisius-lah yang akan dipilih. Paus Leo XIII memilih Santo Paskalis atas dasar pertimbangan bahwa cintakasih dan devosi orang kudus ini kepada Ekaristi sangatlah unggul.

Ada juga faktor manusia yang mempengaruhi keputusan Sri Paus ini, yaitu Uskup Agung Briganti. Pada tahun 1891 diselenggarakanlah Kongres Ekaristi yang pertama di Napoli. Kongres kedua diselenggarakan di Turino pada tahun 1894. Kongres ketiga diselenggarakan di Milano pada tahun 1895. Kongres keempat diselenggarakan di Orvieto. Pada tahun 1897 Kardinal Sarto (seorang anggota imam praja anggota Fransiskan Sekular yang kelak dipilih menjadi Paus Pius X) memimpin Kongres yang kelima di Venezia. Pada saat inilah Uskup Agung Briganti menulis sebuah penghargaan yang indah kepada Santo Paskalis, tulisan mana didedikasikannya kepada Kardinal Sarto. Uskup Agung Briganti menulis: “Adalah keyakinan saya bahwa Santo Paskalis Baylon harus dipilih sebagai pelindung dan santo pelindung istimewa, pertama-tama untuk semua kongres Ekaristi dan kedua untuk para pelaku devosi saleh terhadap Juruselamat kita di dalam Ekaristi.” Uskup Agung mendukung pilihannya atas Santo Paskalis dengan mengatakan: “Di dalam diri Santo Paskalis cintakasih kepada Allah Ekaristik kita mencapai suatu kedalaman dan kehangatan yang luarbiasa. Cintakasih ini kelihatan telah bertumbuh dalam dirinya sejak masa kanak-kanak sebagai privilese istimewa. Ini berlangsung tidak hanya sampai akhir hidupnya, tetapi diperpanjang bahkan sampai di luar saat kematiannya.” Dalam hal yang disebutkan terakhir ini Uskup Agung Briganti mengacu kepada mukjizat ketika Paskalis yang sudah meninggal dunia dan terbaring di dalam peti jenazah masih membuka matanya pada saat hosti dan piala diangkat oleh imam pada waktu konsekrasi.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 15 Juli 1897. Pada tanggal 28 November tahun yang sama, Paus Leo XIII menerbitkan dekrit Providentissimus yang menyatakan Santo Paskalis sebagagi orang kudus pelindung semua kongres dan perserikatan Ekaristi, baik sekarang maupun di masa depan. Dengan dikeluarkannya pernyataan pemimpin Gereja, umat sekali lagi memandang Santo Paskalis . Banyak altar dan gereja di seluruh dunia didirikan untuk menghormatinya. Terutama di Spanyol devosi kepada orang kudus ini bangkit kembali. Ziarah besar dijadualkan untuk tahun 1898, namun terganggu oleh perang Spanyol-Amerika Serikat. Akan tetapi ziarah nasional pada tanggal 17 Mei 1899 betul-betul menjadi suatu sukses.

Pada awal abad ke-20 Raja Alphonso yang masih muda berlutut di dekat makam Santo Paskalis. Dia melakukan apa yang telah dilakukan raja-raja Spanyol 200 tahun sebelumnya.

Jawaban Santo Paskalis Baylon. Ekaristi Kudus merupakan inspirasi dari hidup Santo Paskalis. Sebagai seorang gembala domba yang masih muda belia dan kemudian sebagai seorang bruder Fransiskan,dia mencintai Sang Raja Ekaristi dengan cintakasih yang luarbiasa. Jam lepas jam digunakannya untuk berdoa. Hanya ketaatanlah yang membuatnya melepaskan pekerjaannya sebagai ‘pengawal Sakramen Mahakudus’. Kemudian datanglah ‘Saudari Maut Badani’ dan mukjizat-mukjizat yangt tak terbilang banyaknya dengan mana Allah memuliakannya. Dengan demikian Paskalis pantas dijuluki ‘Insan Ekaristi’. Tidak heranlah apabila Paus Leo XIII memilih dia sebagai orang kudus pelindung semua perserikatan Ekaristi.

Seperti juga dalam abad ke-16, pada zaman sekarang pun Sakramen Mahakudus adalah sumber dari mana kita harus menimba kekuatan kita. Tanpa Kristus tidak ada kehidupan Kristiani. Jenazah Santo Paskalis tidak rusak dan disimpan di Villareal sampai terjadi perang saudara di Spanyol ketika orang-orang komunis membakar gereja itu dan mencoba merusak relikui dari sang ‘Insan Ekaristi’.

Siapa pun tidak dapat menyangkal kenyataan, bahwa sampai saat ini Santo Paskalis adalah pelindung dan model (panutan) yang kuat. Orang kudus ini adalah inspirasi, tidak hanya bagi para anggota keluarga besar Fransiskan, tetapi juga bagi semua orang Katolik yang berusaha keras untuk membuat Sakramen Mahakudus ini sebagai sumber dan pusat hidup keagamaan mereka.

Dengan kesederhanaan yang tidak mungkin salah, Santo Paskalis datang dengan jawaban yang tetap dan pasti bagi umat beriman di dalam dunia yang penuh dengan segala gejolak dan pertanyaan. Jawabannya: EKARISTI KUDUS !!!


Sumber : catatanseorangofs.wordpress.com

 

Tidak ada komentar: