Rabu, 03 November 2021

JANGAN BERZINAH

dikutip dari: Puisi Manusia-Allah, Vol. 2



KHOTBAH YESUS:



"Bukankah berahi juga adalah penajisan persatuan dengan istrimu, penajisan sebab adalah kejahatan yang disahkan karena adalah kepuasan sensual timbal balik, yang, meski demikian, mengelakkan konsekuensinya?

Perkawinan berarti prokreasi dan perbuatannya berarti dan haruslah subur. Jika tidak, itu adalah amoral. Janganlah jadikan ranjang pengantinmu sebagai tempat pelacuran. Dan itulah apa jadinya mereka jika mereka dicemarkan oleh berahi dan tidak dikuduskan dengan keibuan. Dunia tidak menolak benih. Dunia menerimanya dan menjadikan tanaman darinya. Benih tidak menghindarkan diri dari galur sesudah ditempatkan di sana. Tapi benih segera berakar dan berjuang untuk tumbuh dan menghasilkan buah, yakni makhluk hidup sayur-sayuran yang dilahirkan dari persatuan antara tanah dan benih. Laki-laki adalah benih, perempuan adalah tanah, buahnya adalah anak. Adalah dosa untuk menolak menghasilkan buah dan menebar kekuatan dalam kejahatan. Adalah pelacuran yang dilakukan di atas ranjang pengantin, dan sama sekali tidak berbeda dari pelacuran lainnya, sebaliknya diperparah dengan ketidaktaatan pada perintah yang mengatakan: 'Jadilah satu daging dan bertambah banyaklah dengan melahirkan anak-anak.'

Oleh karenanya, perempuan yang dengan sengaja mandul, adalah istri yang sah dan jujur di mata dunia, tapi tidak di mata Allah, engkau dapat lihat bahwa kau dapat dianggap sebagai pelacur dan engkau sama saja berzinah bahkan meski hanya dengan suamimu, sebab engkau tidak mencari keibuan tetapi terlalu sering engkau hanya mengejar kesenangan. Dan tidakkah engkau berpikir bahwa kesenangan adalah racun yang mencemari setiap mulut yang merasakannya? Dia membakar dengan api yang tampaknya memuaskan, tapi sebaliknya dia jatuh dari tungku dan melahap, semakin dan semakin tak terpuaskan, meninggalkan rasa masam debu pada lidah sekaligus kejijikan, kemuakan dan kehinaan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pasangan dalam kesenangan, sebab ketika hati nurani hidup kembali, dan dia sungguh hidup kembali di antara dua panas, orang hanya dapat merasakan kehinaan macam itu atas dirinya sendiri, sebab direndahkan di bawah tingkat binatang...

Tubuh manusia adalah bait mulia yang di dalamnya terdapat sebuah altar. Allah seharusnya ada di altar. Tapi Allah tidak ada di mana ada kerusakan. Sebab itu tubuh yang cemar memiliki altar yang najis tanpa Allah. Seperti seorang mabuk yang berkubang dalam lumpur dan dalam muntahan kemabukannya sendiri, manusia merendahkan dirinya sendiri dalam kebrutalan perzinahan dan menjadi lebih buruk dari cacing dan binatang liar yang paling najis."


sumber: yesaya.indocell.net”