Kamis, 29 September 2016


Kerendahan Hati Memikat Hati Tuhan




Allah hari ini mengingatkan kepada kita sikap yang paling berkenan di mata Tuhan: kerendahan hati. Walaupun “kerendahan hati” mudah diucapkan, tetapi tidak sedemikian mudah diterapkan dalam hidup. Sebab kecenderungan umum manusia adalah menunjukkan diri sebagai yang terbaik agar dikagumi orang lain. Namun hari ini, Allah meminta agar kita mematikan kecenderungan tersebut. Bacaan Pertama mengingatkan kita, “Makin besar engkau, patutlah makin kaurendahkan dirimu, supaya engkau mendapat karunia di hadapan Tuhan” (Sir 3:18). Hal inipun dikatakan oleh Tuhan Yesus dengan cara yang berbeda, dalam Bacaan Injil. “Kalau engkau diundang ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan… tetapi… duduklah di tempat yang paling rendah…” (Luk 14:8,10). Pada akhirnya ‘pesta perkawinan’ mengingatkan kita pada pesta perkawinan Anak Domba di kota Allah yang hidup, Yerusalem Surgawi, di mana kita akan berhadapan dengan Tuhan Yesus, Pengantara Perjanjian Baru (lih. Ibr 12:22,24). Semoga kita telah melalui latihan kerendahan hati di dunia ini, agar jika saat itu tiba, kita telah memiliki kebajikan kerendahan hati yang berkenan kepada Tuhan.

Kerendahan hati yang sejati, tidak bertentangan dengan keinginan yang sehat untuk mencapai kemajuan diri, baik dalam hal prestasi maupun pekerjaan. Tapi orang yang yang rendah hati tidak suka pamer. Ia sepenuhnya sadar bahwa tujuan hidupnya bukan untuk dikagumi dan dipuji orang, tetapi untuk melaksanakan tugas dan misi yang Tuhan percayakan kepadanya, demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesamanya. Maka sikap kerendahan hati tidak ada hubungannya dengan sikap pemalu atau senang dengan apa yang “sedang-sedang saja”. Untuk menjadi rendah hati, kita perlu menyadari bahwa kita ini bukan siapa-siapa, tetapi sangat dikasihi oleh Tuhan. Kita bukan apa-apa, tetapi diberi talenta dan rahmat-Nya serta diangkat menjadi anak-anak-Nya. Jika kita mempunyai sikap ini, kita dapat berkata bersama pemazmur, “Bukan kepada kami, ya Tuhan, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mu lah beri kemuliaan….” (Mzm 113:1).

Jadi, agar kita dapat bertumbuh dalam kerendahan hati, kita perlu menghargai di satu sisi kerendahan kita, dan di sisi lain, semua karunia pemberian Tuhan, termasuk talenta yang Tuhan beri, yang daripadanya Tuhan mengharapkan buah. “Di samping kekurangan-kekurangan kita, kita adalah pembawa harta ilahi yang tak terbilang harganya: kita adalah alat-alat Tuhan. Dan karena kita ingin menjadi alat-alat yang baik, semakin kecil dan miskin kita memandang diri kita sendiri dalam kerendahan hati yang sejati, semakin Tuhan akan menyediakan segalanya yang kurang pada kita” (St. Josemaria Escriva, Letter 24, 24 March 1931). Ini akan membuat kita selalu bisa tersenyum dan bersuka cita dalam pelayanan maupun tugas-tugas kita: Tuhanku akan menyediakan apa yang kurang padaku.

Sikap kerendahan hati juga akan membuat kita menyadari bahwa segala yang baik itu berasal dari Tuhan dan segala yang buruk itu dari kita sendiri. Dengan kesadaran ini, kita dapat belajar untuk menerima dengan lapang hati, kejadian-kejadian yang membuat kita merasa malu. Dan ini, tidak usah dicari-cari, sebab dapat datang dengan sendirinya, entah karena kelalaian kita, atau karena kesalahan kita. Dalam keadaan ini, memang kecenderungan manusia mendorong kita untuk marah, tidak terima atau berusaha menutup-nutupi kesalahan kita. Kita mesti meminta rahmat Tuhan agar jika ini terjadi, kita tidak terlalu gengsi untuk meminta maaf. Juga, agar kita dapat melihat peristiwa ini dari sudut pandang yang berbeda. Marilah kita mengingat bahwa dulupun Tuhan Yesus pernah melalui pengalaman dipermalukan sedemikian rupa di Jalan Salib-Nya sampai wafat-Nya. Bahkan, lebih lagi, karena semua itu diterima-Nya padahal Ia sama sekali tidak bersalah. Maka penghinaan yang kita terima tidak ada apa-apanya dengan penghinaan yang pernah diterima oleh Tuhan Yesus. Jika kita dipermalukan, mari kita memohon kepada-Nya agar kejadian tersebut dapat menyatukan diri kita dengan-Nya, dan agar kita menjadikan pengalaman itu sebagai kesempatan untuk berbuat silih atas dosa-dosa kita. Semoga dengan demikian, hati kita dimurnikan dan kita semakin dipenuhi dengan kasih dan rahmat-Nya. Agar tergenapilah firman Tuhan ini, “Siapa yang merendahkan diri, akan mendapat karunia di hadapan Tuhan” (lih. Mzm 3:18).

Namun St. Fransiskus dari Sales juga mengingatkan kita supaya kita jangan berpura-pura rendah hati. Atau, punya kerendahan hati yang palsu, yaitu “bahwa ketika kita berkata bahwa kita bukan apa-apa… kita akan sangat menyesal dan kecewa jika orang menganggap kita benar-benar bukan apa-apa… Sebaliknya, kita berpura-pura mundur dan menyembunyikan diri, supaya seluruh dunia mengejar dan mencari kita. Kita berpura-pura menginginkan diri kita sebagai yang terakhir dan duduk di tempat terendah, tetapi dengan pandangan supaya kita dapat beralih dengan lebih mudah ke tempat yang tertinggi. Kerendahan hati tidak memamerkan diri atau menggunakan banyak kata-kata yang merendah….” (St. Francis de Sales, Introduction to the Devout Life, III,5.).

Akhirnya, baiklah jika kita belajar dari Bunda Maria, yang merupakan teladan kita dalam hal kerendahan hati. Ia sungguh menyadari kerendahannya namun pada saat yang sama, besarnya perbuatan-perbuatan Tuhan kepada-Nya. Semoga kita pun dapat melambungkan pujian ini bersama Bunda Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya…. karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus…” (Luk 1:46-49).

sumber: Katolisitas.org




WONDERFUL INDONESIA


Borobudur Temple-Jawa Tengah, Indonesia 

Prambanan Temple-Jawa Tengah, Indonesia 

Raja Ampat-Papua Barat, Indonesia 

Rammang Maros-Sulawesi, Indonesia 

Bromo Mountain-Jawa Timur, Indonesia 

Pekalen-Jawa Timur, Indonesia 

Conservation Of Sibolangit-Sumatera Utara, Indonesia 

Crater Lake Of Rinjani-NTB, Indonesia 

Waterfall of Lembah Anai-Sumatera Barat, Indonesia 

Beras Basah Island-Kalimantan Timur, Indonesia 

Labuan Cermin Lake-Kalimantan Timur-Indonesia

Pancur Aji Sanggau Waterfall-Kalimantan Barat-Indonesia

Banda Island-Maluku Tengah-Indonesia

Marine Park of Bunaken-Sulawesi Utara-Indonesia


Embeh Island-Sulawesi Utara-Indonesia


Beratan Bedugul Lake-Bali-Indonesia

Tanah Lot-Bali-Indonesia


Tanjung Tinggi Beach-Belitung-Indonesia


Selasa, 06 September 2016


Paus Fransiskus 
Resmi Nobatkan Bunda Teresa sebagai Orang Suci



VATIKAN - Paus Fransiskus, Minggu (4/9/2016), secara resmi menobatkan Bunda Teresa sebagai santa atau orang suci terkait kerja kemanusiaannya di Kalkuta, India.

Upacara kanonisasi ini digelar sehari sebelum peringatan 19 tahun kematian Bunda Teresa di Kalkuta, kota di India tempat dia menghabiskan hampir empat dekade hidupnya untuk bekerja dengan orang-orang miskin.

Penobatan Bunda Teresa menjadi orang suci ini dilakukan dalam sebuah misa di Lapangan Santo Petrus di Vatikan yang dihadiri lebih dari 100.000 umat Katolik sedunia.

"Dalam nama Trinitas Suci, kami menetapkan Teresa dari Kalkuta yang diberkati menjadi seorang santa dan memasukkannya ke dalam jajaran para orang suci dan harus dimuliakan oleh gereja," ujar Paus yang dalam misa ini menggunakan bahasa Latin.

Lebih jauh Paus menambahkan, meski Bunda Teresa sudah dinobatkan sebagai seorang santa, tetapi perempuan kelahiran Albania itu tetap sosok seorang ibu dalam keluarga Katolik.

Paus juga menyebut, pekerjaan Bunda Teresa di antara orang miskin di Kalkuta merupakan bukti kedekatan Tuhan dengan orang-orang yang dianggap paling miskin.

"Bunda Teresa pernah mengatakan, 'saya mungkin tak memahami bahasa mereka, tetapi saya bisa tersenyum'," kata Paus disambut tepuk tangan meriah umat yang memadati Lapangan Santo Petrus.

"Mari kita bawa senyum Teresa di dalam hati dan memberikan senyum itu kepada siapa saya yang kita temui dalam perjalanan hidup, terutama mereka yang menderita," tambah Paus.

Paus juga menggunakan kesempatan itu untuk mengenang keteguhan Bunda Teresa menentang aborsi yang dia sebut sebagai "pembunuhan oleh para ibu" dalam sebuah pidato kontroversial saat dia memenangkan Piala Nobel 1979.

Warisan Bunda Teresa ini dianggap sesuai dengan visi Paus Fransiskus mengenai gereja untuk orang-orang miskin. Bunda Teresa dan Misionaris Cinta Kasih yang dibentuknya juga menjadi teladan kepedulian pada sesama bagi banyak orang.

Sebelumnya, Paus Fransiskus sudah menyetujui dua mukjizat sebagai syarat untuk menentukan kanonisasi terhadap Bunda Teresa. Salah satunya adalah mukjizat yang dialami Monica Besra.


Monica Besra, seorang perempuan desa di India bagian timur, mengalami kesembuhan dari kanker setelah berdoa kepada Bunda Teresa. Monica mengatakan kankernya sembuh seketika karena doa Bunda Teresa dan tanpa pengobatan dokter.

"Saya mengambil obat dokter, muntah, dan mengalami banyak rasa sakit. Tapi ketika saya berdoa kepada Bunda Teresa dari hati saya, Ibu Teresa memberkati saya dan sekarang saya sehat," katanya kepada CNN. "Seluruh desa dan saya sangat senang apabila Bunda Teresa menjadi orang suci."

sumber: http://www.bersatulahdalamgerejakatolik.com/2016/09/paus-fransiskus-resmi-nobatkan-bunda.html



WONDERFUL INDONESIA


Borobudur Temple-Jawa Tengah, Indonesia 

Prambanan Temple-Jawa Tengah, Indonesia 

Raja Ampat-Papua Barat, Indonesia 

Rammang Maros-Sulawesi, Indonesia 

Bromo Mountain-Jawa Timur, Indonesia 

Pekalen-Jawa Timur, Indonesia 

Conservation Of Sibolangit-Sumatera Utara, Indonesia 

Crater Lake Of Rinjani-NTB, Indonesia 

Waterfall of Lembah Anai-Sumatera Barat, Indonesia 

Beras Basah Island-Kalimantan Timur, Indonesia 

Labuan Cermin Lake-Kalimantan Timur-Indonesia

Pancur Aji Sanggau Waterfall-Kalimantan Barat-Indonesia

Banda Island-Maluku Tengah-Indonesia

Marine Park of Bunaken-Sulawesi Utara-Indonesia


Embeh Island-Sulawesi Utara-Indonesia


Beratan Bedugul Lake-Bali-Indonesia

Tanah Lot-Bali-Indonesia


Tanjung Tinggi Beach-Belitung-Indonesia