Rabu, 23 Juli 2014

Paus menyerukan doa bagi orang Kristen yang eksodus dari Mosul





Ketika orang-orang Kristen Irak di Mosul terakhir meninggalkan kota itu, Paus Fransiskus menyerukan doa, dialog dan perdamaian.

“Kekerasan tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Kekerasan harus ditaklukkan dengan perdamaian,” kata Paus di hadapan ribuan peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus saat doa hening pada 20 Juli.

“Saudara-saudara kita dianiaya, mereka diusir,” katanya, sambil meminta umat Kristiani di seluruh Irak dan Timur Tengah agar “terus berdoa.”

Permintaan Paus muncul ketika keluarga-keluarga Kristen terpaksa meninggalkan Mosul setelah mereka menghadapi ancaman, kekerasan dan intimidasi.

Kelompok Negara Islam (ISIS), yang telah menguasai Mosul, kota terbesar kedua di Irak, mengancam untuk membunuh orang-orang Kristen yang tidak masuk Islam atau membayar pajak, kata Patriark Ignace Joseph III Younan kepada Radio Vatikan.

Para militan di Mosul juga membakar habis gedung kantor uskup, tempat tinggal dan perpustakaan, serta segala sesuatu di dalam gedung itu, katanya, 19 Juli.

Para pejuang ISIS “telah mengancam bahwa jika mereka tidak masuk Islam, semua orang Kristen akan dibunuh. Ancaman itu mengerikan! Ini adalah aib bagi seluruh masyarakat internasional,” katanya.

Masyarakat internasional harus segera menghentikan semua bantuan kepada ISIS, katanya.

“Darimana mereka mendapatkan senjata? Dari negara-negara ekstremis di Teluk (Persia), dengan persetujuan dari para pemimpin politik Barat karena mereka membutuhkan minyak.”

Patriark itu mengatakan masyarakat internasional harus menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan beragama.

“Kami berada di Irak, Suriah dan Lebanon: Kami orang Kristen asli, kami sudah berada di sini selama ribuan tahun, karena itu, kami memiliki hak untuk diperlakukan sama sebagai manusia dan warga negara,” katanya.

Patriark Younan berbicara dengan Paus Fransiskus melalui telepon pada 20 Juli saat mengunjungi Roma dan bercerita dengan Paus Fransiskus tentang situasi “bencana” di Mosul.

Paus mengatakan, “Ia mengikuti dengan seksama dan cemas dengan keadaan umat Kristiani” di Mosul, kata patriark itu kepada Catholic News Service.
 
 Sumber : http://indonesia.ucanews.com/ 


 
Salam Maria Penuh Rahmat Tuhan Sertamu,
Terpujilah Engkau diantara Wanita dan 
Terpujilah Buah Tubuhmu Yesus,
Santa Maria Bunda Allah,
Doakanlah Kami Yang Berdosa Ini,
Sekarang dan Waktu Kami Mati, Amin.
 
Malaikat Agung Santo Mikhel,
Tolonglah Umat Kristiani Di Seluruh Muka Bumi, 
Yang Saat Ini tengah mengalami penganiayaan,
Amin

 
 
 










Selasa, 01 Juli 2014

MARIA BERBICARA TENTANG YESUS


8 Desember 1943

Maria mengatakan:

"Lukas, penginjil-Ku, juga menulis bahwa YesusKu, sesudah disunat dan dipersembahkan kepada Tuhan, 'bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya'; dan lebih lanjut ia mengulang bahwa, ketika Ia seorang anak berusia duabelas tahun, Ia tetap hidup dalam asuhan kami dan 'bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia'.

Suatu penyimpangan dalam kesalehan kaum beriman telah menyebabkan tatanan yang ditetapkan oleh Allah bahkan bagi DiriNya Sendiri, mengenai keberadaan-Nya sebagai Putra Manusia, berubah. Legenda suka menjadikan AnakKu, suatu makhluk menakjubkan, yang tidak lazim, yang sejak dari kelahiran-Nya bertindak seperti manusia dan dengan demikian begitu aneh hingga menjadi mengerikan.

Kesalehan yang keliru ini tidak dihukum oleh Allah, yang melihat dan mengasihaninya dan menilainya sebagai karya kasih yang tak sempurna dalam bentuk, namun selalu menyenangkan sebab tulus.

Namun demikian Aku hendak berbicara kepadamu mengenai AnakKu sebagaimana Ia adanya apabila tanpa BundaNya, Ia tak akan dapat melakukan apa-apa: seorang kanak-kanak yang lembut, halus, berkulit cerah, sedikit kemerah-merahan dan elok, elok tak seperti anak manusia lainnya dan berbudi, lebih baik dari para malaikat yang diciptakan oleh BapaNya dan Bapa kita. Pertumbuhannya tidak lebih dan tidak kurang sebagaimana seorang anak yang sehat yang dirawat oleh BundaNya.

AnakKu cerdas. Sangat. Sesempurna yang mungkin. Tapi kecerdasan-Nya berkembang hari demi hari, seturut hukum umum yang berlaku bagi semua yang dilahirkan dari seorang perempuan. Seolah terbitnya matahari membuka jalan bagi dirinya sendiri dalam kepala kecil-Nya yang berkulit terang. Pandangan-pandangan pertama, yang tak lagi tanpa tujuan, seperti pada hari-hari pertama, mulai tertuju pada sesuatu dan teristimewa pada BundaNya. Senyum-senyum pertama, yang samar dan lalu semakin jelas ketika Aku membungkuk di atas buaian-Nya dan membawa-Nya ke dalam pangkuan-Ku untuk memberi-Nya susu, memandikan-Nya, mendandani-Nya, dan mengecup-Nya.

Kata-kata pertama, kacau, dan lalu semakin dan semakin jelas. Betapa berkat luarbiasa menjadi Bunda yang mengajarkan Putra Allah mengatakan 'Bunda!' Dan pertama kali Ia mengucapkan kata ini dengan benar, yang tak pernah seorang pun tahu bagaimana mengucapkannya dengan begitu banyak Kasih seperti yang dilakukan-Nya dan yang Ia ucapkan kepada-Ku hingga napas terakhir-Nya, betapa sukacita bagi-Ku dan Yosef dan betapa banyak kecupan pada mulut kecil-Nya, di mana gigi-gigi kecil pertama mulai muncul!

Dan langkah-langkah pertama-Nya dengan kaki-kaki kecil-Nya yang lembut, merah muda bagai kelopak mawar berwarna daging, kaki-kaki itu yang Aku belai dengan kasih seorang ibu dan adorasi saleh dan yang di kemudian hari akan dipakukan pada salib dan yang akan Aku lihat mengkerut dalam kesakitan, menghitam, dan menjadi sedingin es.

Dan jatuh-jatuh-Nya ketika Ia mulai berjalan sendiri. Aku akan berlari untuk membangkitkan-Nya kembali dan mengecup memar-memar-Nya ... Oh, aku bisa melakukannya kala itu! Suatu hari Aku akan melihat-Nya jatuh di bawah salib, telah sengsara, tercabik-cabik, berlumuran darah dan kotoran yang dilemparkan pada-Nya oleh massa yang keji, dan Aku tiada akan dapat lagi berlari untuk membangkitkan-Nya dan mengecup luka-luka-Nya yang berdarah - Bunda malang dari seorang Putra malang yang dijatuhi hukuman mati!

Dan tindakan-tindakan penuh perhatian-Nya yang pertama: sekuntum bunga kecil dipetik dari kebun kecil atau di sepanjang jalan dan diberikan kepada-Ku, sebuah bangku kecil yang diseret ke kaki-Ku supaya Aku dapat lebih nyaman, mengambilkan barang yang Aku jatuhkan.

Dan senyum-Nya. Matahari rumah kami! Kekayaan yang membalut tembok-tembok telanjang rumah mungil-Ku dengan sutera dan emas! Barangsiapa sudah melihat senyum PutraKu sudah melihat Firdaus di Bumi. Senyum yang tenang selama Ia masih seorang kanak-kanak. Senyum yang semakin bijak hingga ke tahap melankolis sementara Ia menjadi seorang dewasa. Tapi selalu sebuah senyuman. Untuk semua orang. Dan itu merupakan salah satu alasan bagi pesona ilahi-Nya, yang menjadi alasan orang banyak mengikuti-Nya, terpikat.

Senyumnya sudah merupakan sepatah kata cinta. Ketika, terlebih lagi, suara digabungkan dengan senyum, yang merupakan yang terindah di dunia, bahkan permukan tanah dan batang-batang gandum gemetar. Itu adalah suara Allah yang berbicara, Maria. Dan adalah suatu misteri, yang tak terpahami dan hanya Allah saja yang tahu, bahwa Yudas dan orang-orang Yahudi, sesudah mendengar-Nya berbicara, dapat sebegitu jauh hingga mengkhianati dan membunuh-Nya.

Kecerdasan-Nya, yang semakin dan semakin terbuka hingga mencapai kesempurnaan, membangkitkan kekaguman dan hormat-Ku. Namun kecerdasan-Nya dibumbui begitu rupa dengan kebaikan hingga tiada pernah merendahkan siapa pun. PutraKu yang manis, Engkau lemah-lembut terhadap semua, dan teristimewa terhadap BundaMu!

Ketika Ia telah menjadi seorang pemuda, Aku melarang DiriKu mengecup-Nya seperti ketika Ia masih kecil. Tapi Aku tiada pernah kekurangan kecupan-Nya dan belaian-Nya. Dan Dia-lah yang mendesak BundaNya, yang dahaga kasihnya Ia mengerti, untuk minum dalam hidup dengan mengecup daging-Nya yang kudus, untuk minum dalam sukacita.

Sebelum Perjamuan Malam Terakhir Ia datang guna menimba penghiburan dari BundaNya. Dan Ia tinggal beristirahat pada hati-Ku, seperti ketika Ia masih kecil. Ia hendak mengisi DiriNya dengan kasih seorang bunda agar dapat menanggung ketiadaan kasih seluruh dunia.

Sesudahnya Aku mendekap-Nya, sekarang dingin dan tak bernyawa, ke hati-Ku dalam kelam cahaya Jumat Agung. Dan untuk melihat Ia yang masih AnakKu - sebab bagi seorang ibu, puteranya adalah selalu seorang anak, dan semakin menderita dan tak bernyawa dia, semakin dia adalah anaknya - untuk melihat AnakKu berubah sama sekali menjadi sebuah luka, diremukkan oleh penderitaan yang ditanggung, berlumuran darah, telanjang, didera hingga ke Hati, untuk melihat Mulut terberkati yang tak bergerak, yang telah mengucapkan hanya kata-kata suci, Mata yang dikagumi itu, yang tatapannya adalah sebuah berkat, Tangan itu, yang tiada bergerak terkecuali untuk bekerja, memberkati, menyembuhkan, dan membelai, dan Kaki itu, yang telah menjadi penat untuk mencari dan mengumpulkan kawanan-Nya dan yang telah ditembusi oleh kawanan itu merupakan suatu penderitaan yang tak terhingga yang menghentak Bumi demi menebusnya dan mengisi cakrawala-cakrawala, yang gemetar dengan kasih sayang.

Aku lalu memberi-Nya semua kecupan yang ada dalam hati-Ku dan yang, karena terpaksa berpisah selama tiga tahun terakhir itu, belum bisa Aku berikan kepada-Nya. Tak ada memar yang tinggal tanpa kecupan dan airmata. Dan hanya Aku yang tahu berapa banyak jumlahnya. Kecupan-kecupan dan airmata adalah yang pertama membasuh Tubuh tak bernyawa-Nya, pula tak pernah puas Aku mengecup-Nya sebelum melihat-Nya menghilang di bawah wangi-wangian, sudarium, kain kafan, dan perban-perban, dan, akhirnya, di atas batu gelinding penutup pintu masuk ke Makam.

Akan tetapi pada pagi kebangkitan Aku dapat mengkontemplasikan Tubuh PutraKu yang dimuliakan. Ia masuk dengan sinar matahari, yang kalah cemerlang dari-Nya, dan Aku melihat-Nya dalam Keindahan-Nya yang sempurna - PutraKu, sebab Aku telah membentuk-Nya, namun Allah, sebab Ia sekarang telah melampaui waktu manusia dan akan kembali kepada Bapa, melahirkan-Ku ke dalam surga dengan Daging IlahiNya, yang dibentuk dalam rahim-Ku dalam keserupaan dengan kemanusian-Ku.

Larangan yang dikenakan pada Maria Magdalena tak berlaku bagi BundaNya. Aku dapat menyentuh-Nya. Aku tidak akan mencemari Kesempurnaan-Nya, yang akan naik ke Surga, dengan kemanusiaan-Ku, sebab kemanusiaan minimal yang aku miliki, dalam kondisi-Ku yang Dikandung Tanpa Dosa, sudah dibakar bagai sekuntum bunga dicampakkan ke dalam api dalam bakaran penebusan Golgata. Perempuan-Maria telah wafat bersama Putra-Nya. Sekarang Maria-sebagai-jiwa tinggal, rindu untuk bangkit bersama PutraNya ke Surga. Dan pelukan adorasi-Ku tiada dapat mencemarkan Keilahian yang jaya.

Ah, kiranya Ia diberkati demi kasih-Nya itu! Sebab, jika sesudahnya selalu ada dalam benak-Ku Tubuh-Nya yang dianiaya, dan kenangan akan penyiksaan itu masih belum kehilangan sengatnya, kenangan akan Tubuh-Nya yang dimuliakan dan jaya, indah dan mulia dengan Keindahan ilahi yang merupakan sukacita Surga, adalah penghiburan abadi-Ku sepanjang hari-hari hidup-Ku yang terlalu panjang, dan adalah kerinduan abadi-Ku pada akhir hidup demi dapat melihatnya lagi.

Maria, dua jam yang lalu pesta-Ku (HR SP Maria Dikandung Tanpa Dosa) dimulai, dan Aku membuatmu bersama-Ku, menjadikan YesusKu dikenal olehmu. Sekarang beristirahatlah, tataplah Mereka yang mengasihimu dan menantikanmu dan melihat Keindahan yang mendatangkan sukacita para kudus."



Juga pada tanggal 8 Desember pukul 06:00 pagi

Maria mengatakan:

"Ketika dalam murka Jumat Agung Aku bertemu dengan Putra-Ku di sebuah persimpangan jalan yang menghantar ke Golgota, tak sepatah kata pun meluncur dari bibir kami terkecuali 'Bunda!' dan 'Nak!'

Di sekeliling kami ada Hujat, Keberingasan, Cemooh, dan Keingintahuan. Sia-sialah, di hadapan keempat Murka ini, membuka hati dengan degup-degup tersucinya. Mereka pastilah melemparkan diri ke atasnya demi melukainya bahkan dengan terlebih lagi, sebab ketika manusia menyentuh kesempurnaan si Jahat, ia akan dapat melakukan kejahatan tak hanya terhadap tubuh, melainkan juga terhadap pikiran dan perasaan sesamanya.

Kami saling memandang satu sama lain. Yesus, yang telah berbicara kepada para perempuan yang berbelas-kasihan, mendorong mereka untuk menangisi dosa-dosa dunia, hanya menatap-Ku lekat-lekat, melalui selubung keringat, airmata, debu, dan darah yang membentuk kerak di atas kelopak mata-Nya.

Ia tahu bahwa Aku sedang berdoa bagi dunia dan bahwa Aku ingin menekuk Surga untuk datang menolong-Nya dengan meringankan bukan siksaan-Nya - sebab itu harus digenapi seturut ketetapan abadi - melainkan lawanya waktu. Aku ingin menekuknya dengan harga kemartiran-Ku sepanjang hidup. Tapi aku tak dapat. Itu adalah saat Keadilan.

Ia tahu bahwa Aku mengasihi-Nya lebih dari sebelumnya. Dan Aku tahu bahwa Ia mengasihi-Ku dan bahwa kecupan BundaNya akan merupakan suatu kelegaan bagi-Nya lebih dari kerudung Veronica yang berbbelas-kasihan dan segala pertolongan lainnya. Tetapi bahkan siksaan ini dibutuhkan demi menebus dosa-dosa ketiadaan kasih.

Tatapan kami bertemu, beradu pandang, dan berpisah, dengan mencabik-cabik hati kami. Dan lalu massa mengepung dan mendorong Kurban menuju altar-Nya dan menyembunyikan-Nya dari kurban yang lain, yang telah berada di altar pengorbanan dan yang adalah Aku, Bunda Dukacita.

Apabila Aku melihat kalian begitu keras, berdegil dalam dosa, dan menganggap siksaan ganda kami yang tak terhingga itu sia-sia untuk menjadikan kalian baik, Aku bertanya-tanya siksaan lebih besar yang bagaimana yang dibutuhkan demi menetralisir racun Setan dalam diri kalian dan Aku tidak menemukannya, sebab tidak ada siksaan yang terlebih besar dari siksaan Kami.

Sejak saat Perkandungan-Ku Yang Tanpa Dosa, Aku menempatkan kepala Setan di bawah tumit-Ku sebagai yang tanpa dosa. Tapi, sebab tak dapat merusakkan tubuh-Ku dan jiwa-Ku dengan racunnya, ia telah menyemprotkan racun itu bagai suatu asam neraka ke Hati keibuan-Ku, dan, jika hati itu tanpa dosa oleh kasih karunia Allah, hati itu berduka ke tingkat yang paling dahsyat oleh karya Setan, yang telah secara mematikan menembusinya melalui perbuatan anak-anak manusia yang adalah algojo-algojo PutraKu, dari saat Getsemani hingga akhir dunia.

Bunda ini memberitahukan kepada kalian, makhluk yang Aku kasihi, bahwa dalam berkat Surga pelanggaran-pelanggaran yang kalian lakukan terhadap PutraKu bangkit untuk melukai-Ku bagai anak-anak panah, dan masing-masingnya membuka kembali luka Jumat Agung. Luka-luka yang ditanggung Hati-Ku demi kalian lebih banyak dibandingkan bintang-bintang di cakrawala-cakrawala Allah. Dan kalian tiada berbelas kasihan pada Bunda yang telah memberikan hidup-Nya kepada kalian.

Aku akan datang kembali untuk berbicara kepadamu hari ini sebab Aku ingin kau bersama-Ku sepanjang hari. Aku adalah Ratu di Surga lebih dari sebelumnya pada hari ini, dan Aku akan membawa jiwamu bersama-Ku.

Kau adalah seorang gadis yang tahu sedikit saja tentang Bunda-nya. Tetapi ketika kau tahu banyak hal dan mengenal-Ku bukan seperti sebuah bintang nun jauh, yang berkasnya saja yang kelihatan dan yang namanya dikenal, bukan sekedar sebagai suatu panutan dan pribadi teladan, melainkan sebagai suatu realita yang hidup dan mengasihi, dengan hati-Ku sebagai Bunda Allah dan Bunda Yesus, sebagai Perempuan yang memahami penderitaan-penderitaan perempuan sebab penderitaan-penderitaan yang paling keji tak diluputkan dari-Nya dan Ia hanya perlu mengingat penderitaan-penderitaan-Nya sendiri demi memahami penderitaan-penderitaan mereka yang lain, maka saat itu kau akan mengasihi-Ku seperti kau mengasihi PutraKu - yaitu, dengan keseluruhan dirimu."



Hari yang sama, pukul 12.00 tengah hari

Maria mengatakan:

"Adalah belas-kasih Longinus yang mengijinkan-Ku mendekati Salib, di mana Aku tiba melewati jalan-jalan pintas yang curam, dihantar lebih oleh kasih daripada oleh kekuatan-Ku sendiri.

Longinus adalah seorang prajurit jujur yang melaksanakan kewajibannya dan menggunakan haknya dengan adil. Pada waktu itu, ia sudah tergerak oleh mukjizat Rahmat. Karena belas-kasihnya itu, Aku memperolehkan baginya karunia tetesan-tetesan dari Lambung, dan itu menjadi pembaptisannya dalam rahmat, sebab jiwanya haus akan Keadilan dan Kebenaran.

Saat fajar pada hari kelahiran Yesus, malaikat mengatakan: 'Damai di bumi bagi orang-orang yang berkehendak baik.' Saat matahari terbenam pada hari wafat-Nya, Kristus yang sama memberikan kepada orang yang berkehendak baik ini Damai-Nya. Dan Longinus adalah putera pertama yang dilahirkan bagi-Ku dari karya Salib, Disma adalah yang terakhir ditebus melalui perkataan Yesus dari Nazaret, sementara Yohanes adalah yang pertama, dan dapat Aku katakan bahwa ia, dengan hatinya bagai sekuntum bunga lily yang terbuat dari berlian yang dibakar oleh kasih, adalah cahaya yang dilahirkan dari Terang, dan Kegelapan tiada akan pernah dapat menyuramkannya.

Aku tiada melakukan apa pun selain dari mengambil 'putera Kristus' ini dari tangan PutraKu, mengawali periode keibuan rohani-Ku dengan sekuntum bunga yang telah merekah ke Surga - keibuan rohani-Ku, naik bagai sekuntum mawar ungu dari telapak tangan yang dipakukan ke batang Salib, tetapi yang juga diberikan kepada manusia oleh kasih Kristus kepada BundaNya, yang tiada lagi memiliki seorang Putra.

Suatu mukjizat kasih menandai era evangelisasi; suatu mukjizat kasih adalah masa penebusan, sebab semua yang berasal dari YesusKu adalah kasih dan semua yang berasal dari Maria juga adalah kasih. Hati Bunda tiada berbeda dari Hati Putra terkecuali dalam Kesempurnaan ilahi.

Dari ketinggian Salib kata-kata itu telah turun perlahan, berjeda dalam waktu bagai dentang jam pada sebuah jam surgawi. Dan Aku telah mengumpulkan semuanya, termasuk yang paling kecil yang disampaikan kepada-Ku, sebab bahkan satu desahan dari Ia yang dalam Sakrat Maut dikumpulkan, diserap, oleh pendengaran-Ku, mata-Ku, dan hati-Ku.

'Perempuan, ini putera-Mu.' Dan sejak dari saat itu Aku telah memberikan anak-anak kepada Surga, yang diperanakkan oleh penderitaan-Ku. Sebuah kelahiran perawan, seperti yang pertama, kelahiran mistik kalian ini bagi-Nya. Aku memberikan kalian kepada terang Langit melalui PutraKu dan penderitaan-Ku. Dan jika kelahiran ini, yang dimulai dengan kata-kata itu, kurang dalam erangan daging, sebab daging-Ku kebal dari dosa dan dari kutuk melahirkan melalui kesakitan, maka Hati-Ku yang terkoyak-koyak mengerang tanpa suara dengan erangan roh yang diam, dan bisa Aku katakan bahwa kalian dilahirkan melalui jalan yang dibuka oleh kesakitan-Ku sebagai seorang Bunda dalam hati-Ku sebagai seorang Perawan.

Akan tetapi kata yang adalah ratu dari April sore yang keji itu hanyalah satu saja: 'Bunda!' Satu-satunya penghiburan PutraKu adalah memanggil-Ku, karena Ia tahu betapa Aku mengasihi-Nya dan bagaimana roh-Ku naik menuju Salib demi mengecup Putra kudus-Ku yang Tersiksa. Kata itu diulang semakin dan semakin sering dan secara lebih menyakitkan sementara penderitaan meningkat bagai pasang naik.

Seruan nyaring yang dibicarakan para penginjil adalah kata ini. Ia telah mengatakan segala sesuatu dan melakukan segala sesuatu; Ia telah menyerahkan RohNya kepada BapaNya dan memohon kepada Bapa dalam penderitaan-Nya yang tak terhingga. Dan Bapa tidak memperlihatkan DiriNya kepada Dia dengan siapa Ia telah sangat berkenan hingga saat itu dan yang, dibebani dengan dosa-dosa dunia, sekarang dipandang dengan tanpa belas kasihan oleh Allah. Kurban memanggil Bunda-Nya. Dengan suatu erangan pilu penderitaan yang menembusi Langit, mendatangkan pengampunan tercurah darinya, dan yang menembusi hati-Ku, mengakibatkan darah dan airmata tercurah darinya.

Aku bersatu dalam seruan itu, di mana, karena ambang ajal, dan maut itu, perkataan tersekat dalam suatu ratapan derita, dan Aku menanggung suara itu dalam DiriKu bagai sebilah pedang api hingga pagi Paskah, ketika si Pemenang masuk, dengan lebih kemilau dari matahari pada pagi yang tenang itu, lebih elok dari Aku pernah melihat-Nya sebelumnya, sebab Makam telah menelan Manusia-AllahKu dan mengembalikan kepada-Ku Allah-Manusia, sempurna dalam kemuliaan-Nya yang perkasa, amat bersukacita atas pencobaan yang telah digenapi.

Waktu itu 'Bunda', juga. Akan tetapi - O puteri! - ini adalah seruan sukacita-Nya yang tak tertahankan, yang Ia bagikan dengan-Ku dengan mendekapkan-Ku pada hati-Nya dan dengan membasuh kecupan pahit cuka dan empedu BundaNya.

Janganlah membuatmu heran jika, pada pesta kemurnian-Ku, Aku telah berbicara kepadamu mengenai penderitaan-Ku. Demi keadilan, suatu hadiah bagi dia yang mendapatkannya ditetapkan bagi setiap karunia Allah. Setiap pilihan mendatangkan bersamanya tugas kewajiban yang sekaligus dahsyat dan manis dan yang menjadi sukacita abadi ketika pencobaan telah usai.

Hadiah itu, di pihak-Ku, dari menjadi Bunda Penebus - yakni, Perempuan Dukacita - harus selaras dengan karunia tertinggi Perkandungan yang tanpa dosa. Dan penderitaan Golgota adalah mahkota yang ditetapkan atas kemuliaan Perkandungan-Ku yang Tanpa Dosa."

(Buku Catatan 1943: 
MARIA VALTORTA)

Sumber: yesaya.indocell.net


MIKHAEL KECIL


(Hari yang sangat panas, dan Yesus, para rasul-Nya, dan mantan gembala Matias - yang ada di Betlehem ketika Yesus dilahirkan - sedang beristirahat di sebuah gubuk jerami. Seorang anak laki-laki kecil datang, dan terpesona oleh Yesus yang sedang tidur. Dia tersandung Matias, membangunkannya, dan membisikkan banyak pertanyaan. Matias menjelaskan tentang Surga, jiwa-jiwa, bahwa Yesus adalah Allah, dan bahwa para malaikat datang mengunjungi Bayi Yesus pada malam Natal. Yesus, yang sekarang terjaga, tak dapat menahan diri. Ia berkata:)

"Kemarilah, nak."

Oh! anak itu tak perlu dipanggil dua kali, dan ia menghambur pada Yesus, membelai dan mengecup-Nya, menyentuh dahi-Nya, alis-Nya yang keemasan dan kelopak mata-Nya, dengan jari mungilnya, melihat dirinya dalam mata-Nya yang biru, mengusap-usapkan dirinya pada jenggot-Nya yang lembut dan rambut-Nya yang halus, mengulang di setiap penemuan: "Betapa cakep-Nya Engkau! Cakep! Cakep!" Yesus dan Matias tersenyum.

Kemudian, sementara yang lain terbangun - sebab anak itu tidak begitu berhati-hati sekarang dalam membuat terlalu banyak keributan - para murid dan para rasul tersenyum, melihat pemeriksaan yang begitu teliti oleh si buyung kecil, setengah telanjang, montok, yang bergerak bahagia naik turun tubuh Yesus, menelitinya dari kepala hingga kaki, dan mengakhirinya dengan mengatakan: "Berbaliklah!" Dan ia menjelaskan mengapa: "untuk melihat sayap-sayap-Mu." Dan ketika ia kecewa, ia bertanya: "Mengapakah Engkau tidak punya sayap?"

"Aku bukan malaikat, anak-Ku."

"Tapi Engkau Allah! Bagaimana Engkau bisa menjadi Allah jika Engkau tidak penuh sayap? Bagaimana Engkau bisa naik ke Surga?"

"Aku Allah. Justru karena Aku Allah Aku tidak butuh sayap. Aku melakukan apa yang Aku inginkan dan Aku bisa melakukan segalanya."

"Baiklah, kalau begitu, buatlah mataku seperti mata-Mu. Mata-Mu indah."

"Tidak. Aku memberimu apa yang kau miliki, dan Aku menyukainya seperti adanya. Sebaliknya, mintalah pada-Ku untuk membuat jiwamu adil, supaya kau dapat mengasihi-Ku lebih dan lebih lagi."

"Engkau juga yang memberiku jiwa, jadi pastinya Kau menyukainya seperti adanya," jawab si kecil dengan logika kekanak-kanakan.

"Ya, Aku sangat menyukainya sekarang, sebab tanpa dosa. Tapi sebab matamu akan selalu menjadi rona zaitun yang matang, jiwamu bisa berubah dari putih ke hitam, jika kau jahat."

"Tidak, tidak jahat. Aku mengasihi-Mu dan aku mau melakukan apa yang dikatakan para malaikat ketika Kau dilahirkan: "Damai bagi Allah di Surga dan kemuliaan bagi orang-orang yang berkehendak baik" kata si anak, yang membuat orang-orang dewasa tertawa, dan si anak kecil itu menjadi malu dan diam.

Tetapi Yesus menghiburnya seraya mengoreksinya: "Allah selalu adalah Damai, anak-Ku. Ia adalah Damai. Tetapi para malaikat memberi-Nya kemuliaan sebab Juruselamat dilahirkan, dan mereka menyampaikan kepada manusia peraturan pertama untuk mendapatkan damai, yang akan datang dari kelahiran-Ku: 'memiliki kehendak baik'. Itu yang kau inginkan."

"Ya, berikan itu padaku. Taruhlah di sini di mana orang tadi katakan ada jiwaku" dan dengan jari-jari telunjuknya ia menepuk-nepuk dada kecilnya beberapa kali.

"Ya, sobat kecil-Ku. Siapakah namamu?"

"Mikhael!"

"Nama Malaikat Agung yang perkasa. Baiklah, Aku memberikan kehendak baik kepadamu, Mikhael. Dan kiranya kau menjadi pengaku Allah yang benar, mengatakan kepada para penganiaya apa yang dikatakan malaikat pelindungmu: "Siapakah yang seperti Allah?" Kiranya kau diberkati sekarang dan selalu." Dan Ia menumpangkan tangan-tangan-Nya atasnya.

Namun si kecil tak yakin. Dia mengatakan: "Tidak, cium aku di sini. Pada jiwaku. Dan berkat-Mu akan masuk ke dalamnya dan akan tetap tersimpan, di dalamnya" dan dia membuka dadanya untuk dicium - tanpa apapun antara tubuhnya dan bibir ilahi Yesus.

Semua yang hadir tersenyum, dan sekaligus tersentuh. Dan sungguh tepat! Iman mengagumkan dari seorang anak tak berdosa, yang telah pergi mendapatkan Yesus - sebagian orang mungkin mengatakan karena naluri, tetapi didorong oleh jiwanya - sungguh menyentuh hati, dan Yesus menunjukkan itu dengan mengatakan: "Oh! andai semua orang memiliki hati seorang kanak-kanak! ..."

(Puisi Manusia-Allah, Vol. 3: 751-5)


Sumber : Yesaya.indocell