Rabu, 19 Desember 2012

PALESTINA DAN BETLEHEM

Nativity Church (Gereja Kelahiran), Betlehem-Palestina



PALESTINA, FILISTIN, FISLISTEA

PALESTINA, Istilah 'Palestina' mula-mula dipakai untuk daerah musuh-musuh Israel, yaitu orang Filistin. Nama ini pertama kali dipakai oleh Herodutus untuk menamai daerah di sebelah selatan Siria. Dengan ejaan Palaestina, kemudian istilah itu dipakai oleh bangsa Romawi juga.

'Kanaan' adalah istilah yang lebih tua, mempunyai sejarah serupa (menjadi musuh Israel). Dalam surat-surat [b[Tell el-Amarna[/b] (abad 14 sM) istilah Kanaan terbatas hanya meliputi daerah tepi pantai, lalu dengan ditakhlukkannya daerah pedalaman oleh bangsa Kanaan, istilah itu dipakai untuk seluruh tanah di sebelah barat lembah Yordan.

"Palestina" (Ibrani: פלשת - PELESYET) pada mulanya merujuk "wilayah" pantai barat Kanaan (Keluaran 15:14, Yesaya 14:29, 31, LAI: tanah Filistin, Filistea) dan belakangan merujuk kepada seluruh wilayah. 


* Keluaran 15:14 LAI TB, Bangsa-bangsa mendengarnya, mereka pun menggigil; kegentaran menghinggapi penduduk tanah Filistin.  

Hebrew,
שָׁמְעוּ עַמִּים יִרְגָּזוּן חִיל אָחַז יֹשְׁבֵי פְּלָשֶׁת׃
Translit., SYAMU 'AMIM YIRGAZUN KHIL AKHAZ YOSYVEI PELASYET  


* Yesaya 14:29, 31
14:29 LAI TB, Janganlah bersukaria, hai segenap Filistea, karena walaupun gada orang yang memukul engkau sudah patah, tetapi dari keturunan ular itu akan keluar ular beludak, dan anaknya akan menjadi ular naga terbang.

Hebrew,
אַל־תִּשְׂמְחִי פְלֶשֶׁת כֻּלֵּךְ כִּי נִשְׁבַּר שֵׁבֶט מַךֵּךְ כִּי־מִשֹּׁרֶשׁ נָחָשׁ יֵצֵא צֶפַע וּפִרְיֹו שָׂרָף מְעֹוףֵף׃
Translit., AL-TISMEKHI PELESYET KULEKH KI NISYBAR SYEVET MAKEKH KI-MISYORESY NAKHASY YETSE TSEFA 'UFIRYO SARAF MEOFEF

 14:31 LAI TB, Merataplah, hai pintu gerbang! Berteriaklah, hai kota! Gemetarlah, hai segenap Filistea! Sebab di sebelah utara sudah mengepul asap perang, dan barisan musuh maju tanpa ada yang mundur.

Hebrew
הֵילִילִי שַׁעַר זַעֲקִי־עִיר נָמֹוג פְּלֶשֶׁת כֻּלֵּךְ כִּי מִצָּפֹון עָשָׁן בָּא וְאֵין בֹּודֵד בְּמֹועָדָיו׃
Translit, HE'ILILI SYA'AR ZA'AKI-'IR NAMOG PELESYET KULEKH KI MITSAFON 'ASYAN BA VE'EIN BODED BEMOADAV

Istilah negeri Israel (1 Samuel 13:19) dan 'tanah yang dijanjikan' (Ibrani 11:9) yang terkait dengan bangsa Israel adalah meliputi daerah yang sama, mulai dari Dan sampai Bersyeba, di sebelah utara padang gurun Negeb. Bermukimnya dua setengah suku umat Israel di sebelah timur Yordan, agaknya adalah akibat keadaan yang diluar dugaan, dan penguasaan mereka atas bagian lembah itu umumnya tidak mantap. Sesudah Israel terbagi dua, nama Israel biasanya dikenakan kepada kerajaan utara. Dalam Abad pertengahan Eropa (± 500-1500 M) istilah 'Tanah Suci' menjadi lazim dipakai (bandingkan Zakharia 2:12)

  * Zakharia 2:12-13
2:12 Dan TUHAN akan mengambil Yehuda sebagai milik-Nya di tanah yang kudus, dan Ia akan memilih Yerusalem pula.
2:13 Berdiam dirilah, hai segala makhluk, di hadapan TUHAN, sebab Ia telah bangkit dari tempat kediaman-Nya yang kudus.
 


I. NAMA

Dalam PL nama FILISTIN ditulis פלשתי - PELISYITI, biasanya dengan kata sandang, dan lebih umum lagi dalam bentuk jamaknya פְּלִשְׁתִּים - PELISYTIM . Daerah yang mereka tempati dikenal sebagai 'Tanah Filistin ' (Ibrani אֶרֶץ פְּלִשְׁתִּים - ''ERETS PELISYTIM) atau Filistea (Ibrani, פלשת - PELESYET). Dari sinilah diturunkan nama modern 'Palestina'.


  * Kejadian 21:34 LAI TB, Dan masih lama Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri orang Filistin.
Hebrew,
וַיָּגָר אַבְרָהָם בְּאֶרֶץ פְּלִשְׁתִּים יָמִים רַבִּים׃ פ
Translit., VAYAGAR 'AVRAHAM BE'ERETS PELISYTIM YAMIM RABIM
 LXX, παρωκησεν δε αβρααμ εν τη γη των φυλιστιιμ ημερας πολλαςTranslit, PARÔKÊSEN DE ABRAAM EN TÊ TÔN PHULISTIIM HÊMERAS POLLAS


Dalam Septuaginta (LXX) kata ini diterjemahkan dengan berbagai cara, yaitu Phulistiim (terutama dalam Pentateukh, Yosus dan Hakim), Hellenas (Yesaya 9:11), allophulos-oi, artinya 'orang asing' (tapi tidak terdapat dlm Pentateukh atau Yosua).

  * Yesaya 9:11 LAI TB, Orang Aram dari timur, dan orang Filistin dari barat, mereka menelan Israel dengan mulut yang lebar. Sekalipun semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung.

Hebrew,
אֲרָם מִקֶּדֶם וּפְלִשְׁתִּים מֵאָחֹור וַיֹּאכְלוּ אֶת־יִשְׂרָאֵל בְּכָל־פֶּה בְּכָל־זֹאת לֹא־שָׁב אַפֹּו וְעֹוד יָדֹו נְטוּיָה׃
Translit., 'ARAM MIQEDEM UFELISYTIM ME'AKHOR VAYOKHLU 'ET-YISRAEL BEKHOL-PE BEKHOL-ZOT LO-SYAV 'APO VE'OD YADO NETUYA 

LXX, συριαν αφ' ηλιου ανατολων και τους ελληνας αφ' ηλιου δυσμων τους κατεσθιοντας τον ισραηλ ολω τω στοματι επι τουτοις πασιν ουκ απεστραφη ο θυμος αλλ' ετι η χειρ υψηλη Translit, SURIAN APH HÊLION ANATOL ÔN KAI TOUS HELLÊNAS APH HÊLION APESTAPHÊ HO THUMOS ALL ETI HÊ KHEIR HUPSÊLÊ

Mungkin sekali nama ini dapat disamakan dengan nama yg tertulis dalam naskah-naskah Mesir prst (tulisan hieroglif memakai r untuk l menuliskan nama-nama bangsa asing, karena huruf l alpa) dan dalam tulisan paku Asyur palastu.

II. DALAM ALKITAB

A. ASAL BANGSA INI


Orang Filistin 'berasal. .. dari' orang Kasluhim, anak Misraim (Mesir), anak Ham (Kejadian 10:14; 1 Tawarikh 1:12). Waktu mereka kemudian tampil dan berhadapan dengan orang Israel, mereka datang dari Kaftor (Kreta) (Amos 9:7).


* Kejadian 10: 6, 13-14
10:6 Keturunan Ham ialah Kush, Misraim, Put dan Kanaan.
10:13 Misraim memperanakkan orang Ludim, orang Anamim, orang Lehabim, orang Naftuhim,
10:14 orang Patrusim, orang Kasluhim dan orang Kaftorim; dari mereka inilah berasal orang Filistin.



B. PADA ZAMAN BAPAK-BAPAK LELUHUR 

Abraham dan Ishak pemah berhubungan dengan orang Filistin bernama Abimelekh, raja Gerar, dan dengan Pikhol, panglima tentaranya (Kejadian 20; 21; 26). Pada zaman kerajaan Israel keganasan orang Filistin sudah menjadi perumpamaan, tapi Abimelekh sendiri adalah orang berbudi. Banyak kebiasaan negeri itu yg ia adopsi sebab namanya adalah nama bangsa Sem, dan ia terikat dalam suatu perjanjian dengan Ishak.


C. PADA ZAMAN KELUARAN DAN HAKIM-HAKIM

Tatkala orang Israel meninggalkan Mesir, orang Filistin sudah bermukim secara luas di tepi pantai antara Mesir dan Gaza. Justru orang Israel terpaksa berputar menempuh jalan pedalaman untuk menghindarkan 'jalan ke negeri orang Filistin' (Keluaran 13: 17). Bagian dari Laut Tengah yg berbatasan dengan daerah ini sebetulnya disebut Laut Filistin (Keluaran 23 :31). Diduga bahwa orang Filistin yg bermukim di daerah inilah yg dimaksud orang Kaftor dalam Ulangan 2:23.

Sewaktu orang Israel merebut Tanah Kanaan mereka tidak bentrokan dengan orang Filistin. Tapi menjelang hari tua Y osua, orang Filistin diam di lima kota yakni Gaza, Askelon, Asdod, Ekron dan Gat, dan mereka diperintah oleh lima orang 'raja' (Yosua 13:2,3). Dari saat ini dan generasi-generasi berikutnya, bangsa ini sering dipakai Mah untuk 'mencobai' orang Israel (Hakim 3:1, 2).


Buat sementara Filistin dikalahkan oleh Samgar bin Anat (Hakim 3:31), tapi mereka terus menekan daerah pedalaman dari dataran tepi pantai. Bahkan orang Israel sempat terjerumus beribadah kepada allah-allah mereka (Hakim 10: 6-7). Pahlawan besar Israel pada zaman Hakim-hakim ialah Simson (Hakim 13-16). Pada zamannya ada hubungan sosial Filistin-Israel sebab Simson kawin dengan seorang perempuan Filistin. Kemudian Simson berhubungan dengan Delila, yg seandainya pun DeIila bukan orang Filistin, tapi sangat erat hubungannya dengan mereka.

Karena daerah pegunungan tidak termasuk kekuasaan Filistin, maka Simson selalu lari bersembunyi ke sana sesudah serangan-serangannya. Ketika pada akhimya ia tertangkap, ia dibelenggu dengan rantai tembaga (Hakim 16:21); lalu mereka menyuruhnya' melawak di depan mereka', sementara mereka menontonnya dari dalam dan dari atas sotoh gedung yg ditopang oleh tiang-tiang besar (Hakim 16:25-27).


D. PADA PEMERINTAHAN RAJA SAUL DAN RAJA DAUD

Mendesaknya kebutuhan akan seorang pemimpin militer yg kuat pada bangsa Israel, mungkin adalah akibat dari tekanan Filistin yg terus-menerus. Tabut perjanjian dirampas oleh Filistin dalam suatu pertempuran di Afek, dan 'rumah' Allah yg di Silo dimusnahkan (1 Sam 4). Pada saat ini mungkin Filistin sudah menguasai daerah Esdraelon, datar¬an tepi pantai, padang gurun Negeb dan bagian terbesar 'daerah pegunungan. Mereka menguasai juga perdagangan besi, dan dengan demikian mereka mencegah Israel me¬miliki senjata perang (1 Sam 13:19-22).

Saul diurapi oleh Samuel rnenjadi raja, dan sesudah Saul mengalahkan Filistin di Mikhrnas, ia mengusir mereka dari daerah pegunungan (1 Samuel 14). Tapi pemerintahan Saul yg bobrok memberi kesempatan bagi Filistin kembali pamer kekuatan, teristimewa saat mereka menentang Israel di Efes-Damim. Tapi Daud membunuh Goliat (1 Samuel 17; 18). Saul kemudian bermusuhan dengan Daud, dan mengenyahkan Daud dari perlindungan hukum dan kemudian menjadi taklukan di bawah Akhis, raja Gat (1 Samuel 27). Daud tidak turut berperang melawan Israel waktu pertempuran di G Gilboa (1 Sam 28:4) dimana Saul dan anak-anaknya terbunuh.

Sesudah Daud memegang tongkat kerajaan Israel, ia tetap menjaga hubungan damai dengan Gat, dan memang ia tetap mempunyai orang Filistin sebagai pengawal pribadi selama pemerintahannya (. Tapi perselisihan timbul pada akhimya. Daud mengusir orang Filistin dari daerah pegunungan dan menang mutlak atas mereka di tanah Filistea (2 Samuel 5:25). Itulah akhir orang Filistin sebagai ancaman atas Israel.


E. SELAMA KERAJAAN ISRAEL TERBAGI DUA

Orang Filistin tetap menjadi sumber petaka sejak Kerajaan Israel didirikan. Melemahnya kerajaan itu pada saat kematian raja Daud, memungkinkan kota-kota Filistin (kecuali Gat, 2 Tawarikh 11:8) menjadi bebas mandiri dan terjadilah pertempuran-pertempuran di perbatasan(l Raja 15:27; 16: 15). Upeti masih diterima oleh Yosafat dari beberapa tokoh Filistin (2 Tawarikh 17: 11), tapi dalam pemerintahan Yoram kota perbatasan Libna hilang dari kekuasaan Israel (2 Raja 8:22). Pada zaman Ahas, orang Filistin mulai lagi melancarkan serbuan (Yesaya 9:8-12) dan yg terakhir sekali' mereka disebut dalam Alkitab pada nubuat Zakharia sesudah ia kembali dari pembuangan.


D. PERKEMBANGAN LANJUT

Bangsa Filistin juga bercampur dengan bangsa Edom ( אדם - 'EDOM, keturunan Esau, Kejadian 36:8, Maleakhi 1:2 dyb), yang juga merupakan suatu bangsa Semit, yang pada zaman akhir tembaga (abad 14-13 sM) bergerak dari daerah gurun Siro-Arab menuju daerah-daerah kebudayaan di sekitarnya dan tinggal di situ.

Kitab Kejadian menghubungkan Edom dalam arti yang sekunder, sebab kata Edom dihubungkan dengan Esau, seorang pemburu dari daerah Israel timur ( אדם - 'EDOM = "merah" dikaitkan dengan "makanan merah", karena Esau telah menjual hak kesulungannya dengan makanan merah itu. Daerah tempat kediaman mereka adalah daerah di sebelah selatan laut Mati pada kedua belah sisi Arab. Daerah itu mereka tentukan dengan benteng-benteng perbatasan yang kuat. Mereka telah memiliki bentuk pemerintahan yang kuat, sebelum bangsa Israel memilikinya. Di antara kedua bangsa itu cepat timbul pertengkaran peperangan untuk memperoleh jalan ke laut dan menguasai sumber logam. Saul berperang melawan bangsa Edom. Daud mengalahkan mereka. Sebuah pemberontakan pada zaman Salomo gagal, tetapi mereka lalu mendapatkan kebebasan setelah pecahnya kerajaan.

Kira-kira tahun 800 sM, mereka membayar pajak-bakti kepada bangsa Asyur. Di kemudian harinya mereka ditaklukkan oleh Nebukadnezar. Setelah Yerusalem hancur, mereka maju mendesak ke daerah utara. Di kemudian hari mereka ditundukkan oleh Yudas Makabe, dan Yohanes Hirkanus memaksa mereka disunat dan dimasukkan ke dalam bangsa Yahudi. Raja-raja Herodes umumnya keturunan Edom. Belakangan nama Edom jarang digunakan lagi karena mungkin sudah bercampur-baur dengan bangsa-bangsa lain. Demikian juga dengan bangsa Filistin yang diperkirakan punah mulai dari ditaklukannnya bangsa ini oleh raja Babel, Nebukadnesar berangsur-angsur hilang.


 
 Tentara-tentara Filistea bertempur dengan 'bangsa-bangsa Pelaut' seperti nampak pada ukiran relief dalam kuil Medinet Habu (1191 sM).



III. FILISTEA

Daerah yg memakai nama Filistea, yg diambil dari Filistin, ialah pusat permukiman mereka. Di daerah inilah kelima kota Filistin yaitu Gaza, Askelon, Asdod, Ekron dan Gat termasuk daerah pantai yg sempit di sebelah selatan G Karmel, dan sebelah ke pedalaman sampai ke kaki pegunungan Yehuda. Kota-kota lain yg khas dihubungkan dengan orang Filistin dalam Alkitab ialah Bet-Sean dan Gerar. Tempat kelima kota Filistin itu belum ditentukan secara tepat (lihat nama-nama kota tersendiri).


IV. DALAM TULISAN-TULISAN UKIR

Pertama kali orang Filistin disebut dengan nama itu (prst) adalah dalam catatan tahunan Rameses III untuk thn ke-5 pemerintahannya (1185 sM) dan thn-thn berikutnya. Diukir di kuilnya untuk dewa Aman di Medinet Habu dekat Tebe. Tulisan ukir ini mencatat dia bertempur melawan orang Libia bersama beberapa suku bangsa yg umumnya dikenal sebagai 'Bangsa-bangsa Pelaut'. Salah satu di antaranya ialah orang prst. Suku-suku lain yg termasuk 'Bangsa-bangsa Pelaut' ini sudah disebut dalam tulisan ukir dari Merenptah, Rameses II, dan dalam Surat-surat Amama dari abad 14 (Luku, Serdanu, Danuna).

Gambar-gambar setengah timbul yg diukir dalam kuil di Medinet Habu, menunjukkan bahwa Bangsa-bangsa Pelaut itu tiba bersama keluarga mereka dan harta bendanya dengan memakai gerobak dan kapal. Sedang orang prst dengan kelompok lain yg akrab sekali dengan mereka, yaitu orang tkr (Ceker), dilukis dengan memakai hiasan kepala yg dibuat dari bulu, yg ditusukkan tegak lurus pada suatu pengikat yg mendatar. Lukisan kepala yg memakai hiasan demikian merupakan salah satu tanda dalam tulisan gambar pada sebuah cakram tanah liat, yg dijumpai di Faistos di Kreta, dan biasanya ditentukan berasal dari abad 17 sM.

Tulisan ukir Asyur menyebut Filistea sebagai daerah yg sering memberontak. Kejadian pertama. ialah dalam tulisan ukir Adad-nirari III (810-782 sM). Di situ Filistea disebut di antara sekian negara termasuk Israel, yg membayar upeti. Di kemudian hari Filistea atau kota-kotanya disebut dalam catatan tahunan Tiglat-Pileser III, Sargon dan Sanherib, biasanya untuk menyatakan bahwa suatu pemberontakan sudah ditindas.

Dalam setumpuk dokumen tulisan paku dari zaman pembuangan yg dijumpai di Babel, terdapat catatan-catatan tentang pembagian catu kepada orang-orang buangan. Di antaranya disebut orang-orang dari Filistin.


V. ARKEOLOGI

A. TEMBIKAR TANAH LIAT

Sejenis benda kerajinan tangan dari tanah liat ditemukan di berbagai tempat di Filistea, pada lapisan atas bertarikh akhir milenium 2 sM. Sejak inilah daerah dan zaman Filistin biasanya dihubungkan dengan kerajinan tangan itu sebagai berasal dari mereka. Dalam segi dekorasi mencolok keserupaannya dengan daerah Egea. Dan penggalian baru-baru ini di Enkomi dan Sinda di Siprus menunjukkan hasil kerajinan tanah liat setempat (± tahun 1225-1175 sM), yg digolongkan kepada zaman Mukenai Mycenae IIIC Ib, yg diturunkan dari barang-barang asli Egea, dan sangat mungkin merupakan perintis dari kerajinan tanah liat Filistin.


B. PETI MAYAT TANAH LIAT

Peti-peti mayat tanah liat, yg dihiasi gambar timbul wajah pada ujung sebelah kepala, ditemukan di Bet-Sean, Tell el-Far'a, Lakhis dan Transyordan, yg barangkali harus dihubungkan dengan peti-peti mayat serupa yg ditemukan di Mesir, terutama di Tell el-Yehudiyeh yg ada di Delta. Tanggal dan tempat penemuan mengisyaratkan peti-peti itu berasal dari orang Filistin, suatu pandangan yg ditopang fakta bahwa di bagian atas dari ukiran wajah itu terdapat beberapa garis tegak, yg mungkin menggambarkan hiasan kepala dari bulu seperti disebut di atas.

C. SENJATA-SENJATA

Gambar-gambar timbul yg ditemukan di Mesir memperlihatkan orang prst bersama orang Ceker dan Serdanu, diperlengkapi dengan tombak, perisai bulat, pedang dan belati bermata tiga. Mereka sampai di Palestina pada masa peralihan Zaman Perunggu ke Zaman Besi. Dengan demikian pernyataan Alkitab bahwa mereka menggunakan rantai tembaga membelenggu Sirnson (Hakim 16:21), adalah selaras dengan temuan arkeologi, karena menjelang zaman Saul daerah itu sudah menguasai industri besi.


VI. KEBUDAYAAN

Memang hanya ada sedikit data kebudayaan Filistin yg dapat membuktikan asal mereka adalah negeri asing, atau mereka terutama terhisab ke dalam kebudayaan Kanaan yg mengelilingi mereka.


A. PEMERINTAHAN

Kelima kota Filistin masing-masing diperintah oleh seorang Seren (Yosua 13:3; Hakim 3:3; 16:5,8,18,27,30; 1 Samuel 5:8,11; 6:4, 12, 16, 18; 7:7; 29:2, 6-7; 1 Tawarikh 12:19). Istilah ini mungkin berhubungan dengan tarwanas ('hakim') dalam Luwi (bahasa Het yg ditulis dengan hieroglif), dan dengan bahasa Yunani pra-Helenis (mungkin bh Indo-Eropa) tyrannos ('penguasa mutlak'). Arti persis dari "Seren" tak diketahui, tapi 'raja' dapat diterima.


B. BAHASA

Belum ada tulisan ukir Filistin yg ditemukan dan bh mereka tidak dikenal. Beberapa ahli menduga bahwa bh mereka diturunkan dari suatu bh Indo-Eropa pra-Yunani, dari daerah Egea. Barangkali kata-kata tertentu dalam Alkitab merupakan pinjaman dari bahasa Filistin, di antaranya hel(e)m kata untuk topi. Asal kata asingnya terdapat dalam ejaan-ejaan yg berbeda koha dan qoba, biasanya dianggap berasal dari orang Filistin. Kata lain yg cenderung dianggap oleh beberapa ahli berasal dari bh Filistin ialah 'orgaz', 'peti' (I Samuel 6:8, II, 15). Beberapa kata lain juga dianggap berasal dari bh Filistin, tapi para ahli tidak sepakat. Dan barangkali nama Akhis ('akhisy} sama dengan 'ksy, yg terdaftar sebagai nama kaftor dalam tulisan ukir Mesir zaman wangsa ke-I8. Suku kata terakhir dari nama Goliat mungkin sama dengan -wattassy atau -uattes pada nama-nama Luwi dan Lidia. Kecuali kata-kata yg sedikit ini, jelaslah bahwa orang Filistin menerima bh Sem dari bangsa-bangsa yg mereka taklukkan.


C. AGAMA

Pengetahuan tentang agama orang Filistin bergantung pada Alkitab. Ketiga allah mereka yg disebut Dagon, Asytoret dan Baal-Zebub berasal dari Asia Barat. Barangkali harus dianggap bahwa mereka menyamakan allah-allah mereka dengan yg mereka dapati di Palestina, dan mencocokkan agama mereka kepada agama yg sudah ada di sana. Penggalian di Bet-Sean mengisyaratkan bahwa kedua kuil yg ditemukan di sana nampaknya adalah milik Dagon dan Asytoret. Di situ digantungkan tanda-tanda kemenangan waktu menaklukkan Saul. Tapi tak satu pun dari kuil itu yg dapat dipastikan kuil orang Filistin. Mereka mempersembahkan korban-korban sembelihan (Hakim 16:23) dan membawa jimat jika berperang (2 Samuel 5:21).


VII. ASAL DAN PERANAN MEREKA

Jika dikumpulkan semua bukti yg ada, maka hampir dapat dipastikan bahwa orang Filistin datang langsung dari daerah Egea, walaupun mungkin tidak berasal dari sana. Ada ahli yg menyamakan nama itu dengan Pelasgoi, penduduk daerah Egea pra-Yunani, suatu pandangan yg lebih berbobot karena nama itu muncul dua kali dalam sastra Yunani, yg dieja dengan t dan bukan dengan g. Pandangan ini masih diperdebatkan, dan sekiranya pun diakui demikian, sebutan kuno tentang Pelasgoi masih terlalu kacau untuk menjernihkan pengertian.

Kelihatannya orang Filistin adalah salah satu dari bangsa pelaut, yg pada akhir milenium 2 meninggalkan daerah Egea, barangkali disebabkan datangnya orang Yunani. Mereka mengungsi melalui darat dan laut, sebagian melalui Kreta dan Siprus ke Asia Barat. Di sana mereka mencari tanah tempat berpijak. mula-mula sebagai tentara bayaran dari para firaun, raja-raja orang Het dan penguasa-penguasa Kanaan, dan kemudian sebagai pemukim yg terhisab dalam penduduk asli. Walaupun nama mereka bertahan beberapa abad, tapi orang Filistin yg terdapat dalam Alkitab dan orang Ceker yg menduduki daerah pantai yg berbatasan. dan mungkin bangsa-bangsa pelaut lainnya juga secara praktis menjadi orang Kanaan.


VIII. ORANG FILISTIN DALAM KITAB KEJADIAN

Karena bangsa Filistin tidak disebut dalam tulisan ukir di luar Alkitab sampai abad 12 sM, dan data-data arkeologi yg berkaitan dengan mereka tidak ada sebelum saat ini. maka banyak ahli kritik mencap ay-ay yg menyebut nama mereka pada zaman Bapak-bapak leluhur adalah anakronistik - hal yg tidak cocok tanggalnya dengan peristiwanya. Tapi dua pertimbangan melawan pandangan ini. Ada bukti bahwa perdagangan daerah Egea pada zaman Pertengahan Minoa II meluas secara besar-besaran (± tahun 1900-1700 sM). dan barang-barang industri buatan Egea atau barang-barang yg dipengaruhinya sudah ditemukan, berasal dari zaman itu di Ras Syamra di Siria, Hazor dan barangkali di Megido di Palestina, dan di Tod, Harageh, Lahun dan Abudos di Mesir.

Sangat mungkin sebagian besar barang dagangan ini mudah rusak, seperti tekstil umpamanya. Sebuah jenis hiasan berbentuk spiral yg tampil pada saat itu di Mesir dan Asia (Mari) menopang pendapat ini. Bukti yg lebih meyakinkan mengenai hubungan daerah Egea dengan Palestina terdapat pada sebuah lempeng dari Mari (abad 18) yg mencatat pengiriman pemberian-pemberian raja Hazor kepada Kaptara. Kedua, nama-nama (suku) bangsa dalam zaman kuno tidak dipakai dalam pengertian yg tepat sekali. Para anggota dari suatu kelompok campuran seperti bangsa pelaut, sangat mungkin tidak dibedakan dengan nama-nama khusus. Jadi alpanya suatu nama pada tulisan-tulisan ukir itu bisa saja berarti bahwa kelompok khusus yg dimaksud tidak cukup menonjol untuk disebut. Bangsa pelaut dan bangsa-bangsa yg mendahului mereka, yg berdagang dengan Asia Barat, datang bergelombang, dan yg paling dominan pada gelombang abad 12 ialah bangsa Filistin, justru muncul dalam sumber-sumber catatan. Tidak mungkin kelompok-kelompok kecil orang Filistin alpa di antara pedagang Egea dulu. Hanya memang tidak cukup menonjol untuk diperhatikan oleh negara-negara yg lebih besar.



IX. BANGSA PALESTINA MASA KINI



Sumber : http://commons.wikimedia.org/wiki/File: ... p_2007.gif


Kurang diketahui pasti apakah orang Filistin dalam Perjanjian Lama itu identik dengan orang Palestina dewasa ini, mungkin sama dan barangkali pula berbeda.

Ada pendapat bahwa Bangsa Arab Palestina yang sekarang ada di wilayah Palestina bukanlah keturunan bangsa Filistin. Karena bangsa filistin mulai punah sejak kekuasaan raja Babel, Nebukadnesar. Orang Palestina sekarang ini orang Arab/Semite (rumpun Shem) yang tinggal disana. Berikut ini adalah alasan-alasan yang mendasari pendapat tsb :

Meski sampai sekarang terdapat perseteruan antara Israel dan Palestina. Alkitab menulis bahwa bangsa Israel dalam "merebut tanah" (tanah perjanjian) itu bukan dari bangsa Palestina melainkan dari bangsa Kanaan dan nama awal wilayah tsb adalah Kanaan.

Ketika bangsa Ibrani datang dari Mesopotamia dan bangsa Filistin dari dari Laut Tengah / Mediterania, bangsa Kanaan akhirnya punah. Dengan berbagai perang, bangsa Filistin itu akhirnya dikalahkan dan diusir ke utara oleh bangsa Israel.

 
Wilayah itu kemudian dibagi dua menjadi wilayah Yudea dan Samaria (kerajaan Israel pecah menjadi 2). Kemudian, ketika raja Nebukadnesar dari Babel menginvasi wilayah tsb, wilayah dikuasai Yahudi. Yahudi akhirnya merebut kembali kemerdekaan mereka dari dinasty Seleucid Syria keturunan Yunani di sekitar 160 sM hingga kedatangan Romawi. Kaum Yahudi kemudian memberontak melawan penjajah Romawi di pertengahan abad ke 1 M dan kalah. Pemberontakan kedua dilakukan Simon Bar Kokhba adi awal abad ke 2 M dan kembali berhasil dikalahkan. Pada tahun 135 M Tinneius Rufus, orang Romawi gubernur Yudea, membersihkan bukit Bait Allah sebagai tanda kehancuran totas Yerusalem. Romawi mengusir semua orang Yahudi dari wilayah Yudea dan Samaria dan mengganti nama wilayah tsb menjadi PALESTINA. Kerajaan Romawi sengaja menggunakan nama "Palestina" karena bangsa Filistin dulu adalah musuh keturunan bangsa Ibrani yaitu Israel.

Kemudian orang-orang keturunan Arab baru memasuki wilayah tsb pasca Era Muhammad di abad ke 7 M. Bangsa Arab menguasai wilayah tsb hingga kemudian wilayah tsb menjadi wilayah mayoritas keturunan Arab. Kemudian mereka disebut "Arab-Palestina".

Pada tahun 1099-1118 tentara Perang Salib menaklukkan Yerusalem dan mengubah 'Dome of the Rock' menjadi gereja Kristen dan Mesjid Al-Aqsa sebagai markas tentara. Kemudian Sultan Saladin pada tahun 1187 menaklukkan Yerusalem untuk orang Islam dan Sultan Sulaiman yang perkasa memperbaiki 'Dome of the Rock' pada tahun 1537.

Pada tahun 1917-1948 Yerusalem ditaklukkan oleh orang-orang Inggris dan berakhir dengan pemberian kemerdekaan kepada Israel pada tanggal 14 Mei 1948, tetapi jalan masuk ke Tembok Barat atau bukit Bait Allah masih tertutup bagi mereka. Setelah Israel merdeka di tahun 1948, pada tahun 1958-1964, Mesir, Yordania, Arab Saudi menanggung perbaikan 'Dome of the Rock.' Peristiwa penting lainnya adalah ketika pada tahun 1967 dalam 'Perang 6 Hari', Israel membebaskan Bukit Bait Allah. Peristiwa ini membangkitkan kembali harapan orang Israel untuk membangun kembali bait Allah, tetapi hal ini kandas karena jendral Moshe Dayan memerintahkan penurunan bendera Israel dari 'Dome of the Rock.'

Demikianlah 'tanah Kanaan' itu senantiasa menjadi kancah peperangan antara Israel dan Palestina masa kini dalam perebutan wilayah bagi masing-masing pihak yang berseteru.

Yahudi/ Israel masa kini tidak identik dengan Kristen dan Palestina pun tidak identik dengan Islam. Mayoritas Israel adalah Yahudi dan 'sebagian kecil' Yahudi adalah Kristen. Israel sebagian kecilnya penduduknya adalah juga Arab Muslim (warga Arab-Israel) 16%.

Palestina sebagian besar adalah beragama Islam dan sebagian kecilnya adalah Kristen-Arab Palestina. Di daerah Betlehem, hampir 30 persen penduduknya adalah Palestina Kristen atau Katolik. Di era kepemimpinan Yasser Arafat alm. ada seorang tokoh yang bernama Hanan Asrawi, ia adalah jurubicara Palestina yang kondang, ia beragama Kristen.

Keturunan Arab juga ada yang beragama Kristen. Sejarah mencatat : Eusebius menulis bahwa di abad ke-3 Masehi sudah ada dua bishop di Arab bernama Beryllus dan Maximus. Tokoh sejarah lain mengatakah sudah ada yang mati sahid di Arab demi Yesus Kristus. Di abad ke-4 sudah ada wakil dari Arab yang hadir di konsili Nicea. Tentu saja Yesus Kristus yang dalam bahasa Aram disebut Yesua Ha Mesiha dan bahasa Arab 'Isa Al Masih pun sudah dikenal di sana.

Jangan dilupakan bahwa ada orang Arab di Yerusalem saat terbentuknya gereja perdana.

* Kisah Para Rasul 2:11
"baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."

Di era Yesus Kristus tepatnya di zaman para rasul sudah ada orang Arab di Yerusalem, diperkirakan ada di antara mereka yang bertobat, bahkan rasul Paulus pernah "menginjil" ke tanah Arab.

* Galatia 1:17
"juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik."
Jadi konflik yang terjadi antara Negara Israel dan Palestina di masa kini tersebut tidak dapat dikatakan sebagi konflik agama, karena kelompok Kristen Palestina pun ambil bagian dan bahkan menjadi orang-orang penting bagi kemerdekaan Palestina. Konflik Israel-Palestina sepenuhnya adalah perang wilayah.


Sumber :
1. http://www.sarapanpagi.org/palestina-vt414.html



Hieronimus dan Bethlehem


Salah satu dari penduduk Bethlehem yang paling terkenal adalah Hieronimus. Sebagai seorang mahasiswa dalam bidang kesusasteraan klasik, ia berangkat dari Roma ke Palestina pada tahun 384 M. Ini adalah periode saat banyak orang Kristen mengunjungi Tanah Suci dan banyak di antara mereka memutuskan untuk tinggal di sana. Akibatnya beberapa komunitas monastik didirikan untuk menampung mereka yang ingin tinggal untuk belajar dan berdoa.
Hieronimus memutuskan untuk mendirikan komunitasnya di Bethlehem. dekat dengan Gereja Kelahiran yang didirikan oleh Konstantinus. Banyak orang segera bergabung dengan dia termasuk di antaranya seorang perempuan bernama Paula dengan anak perempuannya, Eustochium. Mereka berdua membantu Hieronimus membangun sebuah komunitas yang berarti dan disegani.
Hieronimus terkenal sebagai penerjemah Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin (dikenal dengan nama Vulgata yang berarti "populer"). Sebelumnya Gereja Barat hanya mempunyai Kitab Suci dalam bahasa Yunani. Selama tinggal di Bethlehem, Hieronimus mempelajari teks Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya, Ibrani, serta berdiskusi dengan para rabi lokal sehingga dia dapat menghasilkan sebuah terjemahan yang benar-benar baru. Karyanya bertahan dalam terjangan waktu dan merupakan versi yang otoritatif bagi Gereja Katolik Roma sampai abad ke 20.


Hieronimus juga menulis komentar atas Kitab Suci serta menerjemahkan ke dalam bahasa Latin beberapa karya utama dari para tokoh yang berasal dari Tanah Suci, seperti Origenes dan Eusebius. Dari karya-karyanya ini (dan juga dari surat-suratnya), kita mendapatkan gambaran yang tepat mengenai Palestina pada periode dia hidup. Dalam salah satu suratnya, Epistle 108, Hieronimus menggambarkan perjalanan Paula berziarah mengunjungi "tempat-tempat suci" yang berkaitan dengan karya publik Yesus. Ia juga mendorong sahabat-sahabatnya untuk mengunjungi Tanah Suci. Akan tetapi, kepada sahabat yang lain, dia justru menghalangi mereka yang mau datang dengan meyakinkan bahwa dengan berada di Bethlehem tidak membuat mereka lebih dekat dengan Allah dibandingkan saat mereka berada di "pulau-pulau Inggris yang jauh", "jalan masuk ke surga sama mudahnya dari Inggris dan dari Yerusalem" (Epistle 58).
Mereka yang mengunjungi gua yang berdekatan dengan Gua Kelahiran dapat melihat tempat yang dianggap tempat Hieronimus belajar. Meskipun tidak seluruhnya benar, bukan tidak mungkin bahwa kadang-kadang Hieronimus bekerja di tempat itu. Bagi mereka yang menerima bahwa Kitab Suci adalah "Firman Allah", tentu ada kesan tertentu jika membayangkan bagaimana Hieronimus mengerjakan terjemahan dari "Firman" ini di tempat yang berdekatan dengan tempat kelahiran Yesus, yang oleh Injil Yohannes disebut "Firman yang bersama-sama dengan Allah" (Yoh 1:1)
Hieronimus juga menulis bahwa Paula "dimakamkan di bawah basilika di samping gua Tuhan". Paula juga sudah merencanakan tempat untuk pemakaman Hieronimus. Makam mereka sudah tidak tampak lagi; tetapi makam tersebut pastilah di sekitar tempat itu, di dekat gua tersebut. Mereka dimakamkan sedekat mungkin dengan tempat kelahiran dari Dia yang mereka akui sebagai Tuhan mereka.
Sumber  : http://tarcicioangelottimaria.blogspot.com/2012/02/hieronimus-dan-bethlehem.html


Minggu, 16 Desember 2012


PERUMPAMAAN TENTANG BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR




PERUMPAMAAN TENTANG BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR
dikutip dari penglihatan Beata Anna Katharina Emmerick

Bahkan sebagai seorang kanak-kanak, aku melihat perumpamaan ini dan perumpamaan-perumpamaan lain melintas bagai adegan-adegan nyata di hadapan mataku, dan aku biasa berpikir bahwa, di sana sini, aku mengenali sosok-sosok mereka yang sesekali terlihat dalam kehidupan sekitarku. Dan demikian juga yang terjadi dengan bendahara ini yang selalu aku lihat sebagai seorang yang bongkok dengan jenggot kemerahan, seorang penerima pendapatan. Aku biasa melihatnya lari dengan sangat cepat dan gesit di antara para penyewa, membuat mereka menandatangani kontrak dengan sebuah pena. Aku melihat bendahara yang tidak jujur tinggal dalam sebuah kemah istana, di padang gurun Arabia, tak jauh dari tempat di mana Anak-anak Israel meratap. Tuannya, yang tinggal jauh di seberang Gunung Libanus, di sini di perbatasan-perbatasan Palesina memiliki sebuah kebun ladang jagung dan zaitun. Di masing-masing sisi kebun tinggal dua orang petani kepada siapa kebun disewakan. Bendahara ini adalah seorang yang kerdil dan bongkok, amat licik dan penuh siasat. Ia berpikir: "Tuanku masih belum akan datang," dan jadi ia berpesta-pora dan membiarkan segala sesuatu terjadi begitu saja. Kedua orang petani juga kurang lebih sama perangainya; mereka menghabiskan waktu dengan bermabuk-mabukan. Sekonyong-konyong, aku melihat sang tuan datang. Jauh di atas suatu barisan pegunungan yang tinggi, aku melihat sebuah kota dan istana yang indah dari mana sebuah jalanan yang sangat indah menghantar langsung ke kebun. Kemudian aku melihat raja dan segenap pegawainya menuruni gunung dengan sebuah karavan besar yang ditarik onta-onta dan kereta-kereta perang kecil yang rendah yang ditarik oleh keledai-keledai. Aku melihat semua ini sementara aku melihat jalanan-jalanan turun dari Yerusalem surgawi. Rajanya adalah seorang raja surgawi yang memiliki sebuah ladang gandum dan zaitun di bumi ini. Akan tetapi ia datang dengan cara seperti raja-raja partriark, dengan diiringi oleh suatu rombongan besar. Aku melihatnya turun dari atas, sebab orang kerdil itu, sang bendahara, telah dilaporkan kepadanya menghambur-hamburkan pendapatan sang tuan.

Mereka yang berhutang kepada tuan ini adalah dua orang yang berbalut mantol panjang berkancing dari atas ke bawah. Sang bendahara mengenakan sebuah topi kecil. Istana sang bendahara lebih dekat ke padang gurun dibandingkan ke kebun gandum dan zaitun, di mana di masing-masing sisinya para petani tinggal. Kebun lebih ke arah tanah Kanaan, dan membentuk sebuah segitiga dengan kemah istana. Dan sekarang turunlah sang tuan ke ladang jagung. Kedua orang yang berhutang telah menghamburkan buah-buahan dari kebun bersama sang bendahara, meski terhadap orang-orang yang bergantung padanya mereka keras dan menindas. Mereka adalah dua orang imam paroki yang buruk, dan sang bendahara adalah seorang uskup yang jauh dari baik. Sang bendahara, mengetahui kedatangan tuannya sementara tuannya itu masih jauh, dikuasai kekhawatiran besar. Ia mempersiapkan sebuah pesta besar, dan menjadi sangat aktif dan giat melayani. Ketika tuannya tiba, demikianlah ia menyapa sang bendahara: "Mengapa, apakah ini yang aku dengar mengenaimu, bahwa engkau menghambur-hamburkan hartaku! Buatlah suatu pertanggung-jawaban, sebab engkau tidak lagi menjadi bendaharaku!" Kemudian aku melihat sang bendahara bergegas memanggil kedua petani. Mereka menghadirkan diri dengan membawa gulungan-gulungan, yang lalu mereka bentangkan. Ia menanyai mereka mengenai jumlah hutang-hutang mereka, sebab ia sama sekali tak tahu-menahu, dan mereka menunjukkannya kepadanya. Dengan sebuah buluh lengkung yang ia genggam di tangannya, ia menyuruh mereka cepat-cepat mengubah jumlah hutang menjadi lebih sedikit, sebab pikirnya: "Jika aku dipecat, aku akan menumpang pada mereka dan tahu di mana harus tinggal, sebab aku tak dapat bekerja."
 
 
PERUMPAMAAN TENTANG BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR
Homili : Paus Benediktus XVI, St Clement's Square, Minggu 23 September 2007  
St Lukas Penginjil, yang terlebih peduli dibandingkan yang lain dalam menunjukkan kasih Yesus kepada kaum miskin, menawarkan kepada kita berbagai gagasan sebagai refleksi mengenai bahaya kelekatan berlebihan kepada uang, kepada barang-barang dan kepada segala yang menghalangi kita mengamalkan secara penuh panggilan kita untuk mengasihi Allah dan sesama. Juga pada hari ini, melalui suatu perumpamaan yang membangkitkan dalam diri kita suatu keterkejutan sebab berbicara mengenai seorang bendahara yang tidak jujur yang dipuji (bdk Lukas 16:1-13). Suatu pengamatan yang lebih seksama menyingkapkan bahwa di sini Tuhan menyampaikan suatu pengajaran yang serius dan sangat berguna bagi kita. Sebagaimana biasa, Tuhan mengambil inspirasi dari peristiwa kehidupan sehari-hari: Ia bercerita mengenai seorang bendahara yang di saat hendak dipecat karena ketidakjujurannya dalam mengurus milik tuannya dan yang, demi menjamin masa depannya sendiri, dengan licik menyusun rencana bersama orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Tak diragukan lagi dia tidak jujur, namun cerdik: Injil tidak menghadirkannya kepada kita sebagai seorang teladan untuk diteladani ketidakjujurannya, melainkan sebagai contoh untuk diteladani muslihatnya dalam menyiasati masa depan. Perumpamaan ini, sesungguhnya, diakhiri dengan perkataan berikut: "Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik" (Lukas 16:8).

Akan tetapi apakah yang hendak disampaikan Yesus kepada kita dengan perumpamaan ini? Dan dengan akhirnya yang mengejutkan? Penginjil melanjutkan perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur dengan serangkaian nasehat dan petuah singkat mengenai hubungan yang harus kita miliki dengan uang dan barang-barang duniawi. Ayat-ayat tersebut merupakan suatu undangan terhadap pilihan yang mengisyaratkan suatu keputusan radikal, suatu konflik batin yang terus-menerus. Hidup sungguh selalu merupakan suatu pilihan: antara jujur dan tidak jujur, antara setia dan tidak setia, antara cinta diri dan cinta sesama, antara baik dan jahat. Akhir dari perikop Injil ini tajam dan pasti: "Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain" (Lukas 16:13). Pada akhirnya, Yesus mengatakan, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Lukas 16:13). Mamon adalah suatu istilah Phoenician yang membuat orang berpikir mengenai jaminan ekonomi dan keberhasilan dalam usaha; kita dapat mengatakan bahwa kekayaan ditunjukkan sebagai berhala dengan mana segala sesuatu dikorbankan demi mendapatkan kesuksesan materi diri sendiri; dengan demikian keberhasilan ekonomi ini menjadi berhala orang. Oleh sebab itu, adalah penting untuk membuat suatu keputusan penting antara Allah dan mamon, adalah penting untuk memilih antara alasan keuntungan sebagai kriteria utama tindakan kita, dan alasan berbagi dan solidaritas. Jika alasan keuntungan yang menang, ia akan memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin, juga meningkatkan eksploitasi yang merusak planet ini. Di lain pihak, jika alasan berbagi dan solidaritas yang menang, ada kemungkinan untuk memperbaiki dan mengarahkannya pada perkembangan yang adil demi kebaikan bersama. Pada dasarnya, adalah masalah memilih antara egois dan kasih, antara keadilan dan ketidakjujuran dan akhirnya, antara Allah dan setan. Apabila mengasihi Kristus dan sesama tidak dianggap sebagai sesuatu yang kurang penting dan polesan belaka, melainkan, sebagai tujuan sejati dan dasar dari seluruh keberadaan kita, maka adalah penting untuk mengetahui bagaimana menentukan pilihan-pilihan dasar, untuk siap membuat penyangkalan-penyangkalan radikal, jika perlu bahkan hingga ke tahap kemartiran. Hari ini, seperti kemarin, hidup Kristiani menuntut keberanian untuk melawan arus, untuk mengasihi seperti Yesus, yang bahkan sebegitu jauh hingga mengurbankan Diri-Nya Sendiri di salib.

Jadi, dapat kita katakan, dengan mengatakan kembali salah satu pemikiran St Agustinus, bahwa melalui kekayaan duniawi kita harus mendapatkan bagi diri kita sendiri kekayaan yang sejati dan abadi itu: sungguh, jika ada orang-orang yang siap untuk mengambil segala bentuk cara ketidakjujuran demi menjamin keadaan jasmani mereka sendiri yang senantiasa tak terduga, betapa terlebih lagi kita umat Kristiani harus peduli untuk mempersiapkan kebahagiaan kekal kita dengan barang-barang dari dunia ini (bdk. Risalat, 359, 10). Sekarang, satu-satunya cara untuk menghantarkan bakat-bakat dan kecakapan pribadi kita serta kekayaan yang kita miliki pada tujuan akhir kekekalan adalah dengan membagikannya pada sesama, dengan demikian menunjukkan bahwa kita adalah bendahara-bendahara yang baik dari apa yang Allah percayakan kepada kita. Yesus bersabda: "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar" (Lukas 16:10).
 
 
 JANGAN KITA MENJADI BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR
Oleh : oleh: St Basilius Agung (± 330-379), Uskup & Pujangga Gereja
 
Hendaknya kalian tahu dari mana keberadaanmu sendiri berasal: napas, akal budi, dan yang terpenting dari semuanya adalah: pengetahuan akan Allah; darimana berasal pengharapan akan kerajaan surga dan akan menyaksikan kemuliaan yang, sekarang, kalian lihat hanya secara samar-samar seperti dalam sebuah cermin akan tetapi yang, kelak, akan kalian lihat dalam segala kemurnian dan kecemerlangannya (1 Kor 13:12). Dari manakah berasal bahwa engkau adalah anak Allah, ahli waris bersama Kristus (Roma 8:16-17) dan, aku berani katakan, bahwa engkau sendiri adalah allah? Dari manakah semua ini berasal, dan melalui siapa?

Lagi, berbicara mengenai hal-hal yang kurang penting, yang nyata: siapakah gerangan yang memberimu penglihatan akan keindahan langit, pergerakan matahari, perputaran bulan, bintang-bintang yang tak terbilang banyaknya, dan keharmonisan serta keteraturan dalam kesemuanya? … Siapakah gerangan yang memberi kalian hujan, kesuburan tanah, makanan, seni, hukum, kota-kota, kehidupan yang beradab, hubungan yang erat dengan orang-orang seperti dirimu sendiri?

Bukankah dari Dia yang, di atas segalanya dan sebagai balas atas segala anugerah-Nya, menuntut dari kalian untuk mengasihi sesama manusia? … Jadi, apabila Ia, Allah dan Tuhan kita, tidak malu disebut Bapa kita, adakah kita hendak menyangkal persaudaraan kita? Tidak, para saudara dan sahabatku, janganlah kita menjadi bendahara-bendahara yang tidak jujur dari segala hal baik yang dipercayakan kepada kita.


Sumber : http://yesaya.indocell.net/


Rabu, 28 November 2012

Sudah Pedulikah Kita ?





Saat kita sedang menikmati makanan lezat, mereka di belahan dunia lain menderita kelaparan tak terperikan …….. 
 







Saat kita sedang menikmati ketenangan    
hidup dan kegembiraan, mereka hidup
dalam kepedihan……….
dalam ketakutan………..
dalam tangis………………
dalam keterpurukan….. 

dalam keputusasaan… 










Lakukanlah apa yang dapat kita lakukan untuk anak-anak ini….. 
Sebuah tindakan kecil, namun mampu mengguncang dunia…. 
Sebuah doa sederhana untuk mereka…. 
Amin 

Inquam























 






 













































































































 





























































































 
 





Minggu, 25 November 2012


Apakah Roh Kudus hanya bisa dimiliki oleh orang Katolik? 
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami terlebih dahulu beberapa prinsipnya, yaitu:

1. Pembaptisan yang sah memberikan Roh Kudus

Semua orang yang dibaptis secara sah, “dilahirkan kembali oleh air dan Roh Kudus” (lih. Yoh 3:5), sehingga dengan demikian menerima Roh Kudus yang memungkinkan ia masuk dalam Kerajaan Allah.
KGK 1215    Sakramen ini [Pembaptisan] juga dinamakan “permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit 3:5), karena menandakan dan melaksanakan kelahiran dari air dan dari Roh, yang dibutuhkan setiap orang untuk “dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3: 5).
KGK 1213    Pembaptisan suci adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam Roh [vitae spiritualis ianua] dan menuju Sakramen-sakramen yang lain. Oleh Pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam perutusannya (Bdk. Konsili Firense: DS 1314; KHK, Kann. 204 §1; 849; CCEO, can. 675 §1). “Pembaptisan adalah Sakramen kelahiran kembali oleh air dalam Sabda” (Catech. R. 2,2,5).

2. Pembaptisan yang sah diberikan oleh Gereja Katolik, dan dapat  pula oleh gereja-gereja non Katolik, sepanjang ketentuan dipenuhi.

Baptisan ini dapat diberikan oleh Gereja Katolik atau gereja non-Katolik, asalkan itu dilakukan sesuai dengan maksud Gereja, dan dengan materia dan forma yang sah, yaitu dengan air dan dengan rumusan Baptisan:. “… di dalam nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus”.
KGK 1256    Biasanya pelayan Pembaptisan adalah Uskup dan imam dan, dalam Gereja Latin, juga diaken (Bdk. KHK, Kan. 861 §1; CCEO, Kan. 677 §1). Dalam keadaan darurat setiap orang, malahan juga seorang yang belum dibaptis, dapat menerimakan Pembaptisan, asal saja ia mempunyai niat yang diperlukan: Ia harus bersedia melakukan, apa yang dilakukan Gereja, waktu Pembaptisan, dan memakai rumusan Pembaptisan yang trinitaris. Gereja melihat alasan untuk kemungkinan ini dalam kehendak keselamatan Allah yang mencakup semua orang (Bdk. 1 Tim 2:4) dan perlunya Pembaptisan (Bdk. DS 1315; 646; KHK, Kan. 861 §2) demi keselamatan (Bdk. Mrk 16:16).
KGK 1284    Dalam keadaan darurat setiap orang dapat membaptis, sejauh ia mempunyai niat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja, dan menuangkan air di atas kepala orang yang dibaptis dan berkata: “Aku membaptis engkau atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”.

3. Terdapat 3 jenis/cara Baptisan disampaikan

Terdapat 3 jenis/ cara Baptisan yang diakui oleh Gereja Katolik yang kesemuanya bersumber pada wafat dan kebangkitan Kristus: 1) Baptisan air, yaitu Pembaptisan yang umum dilakukan; 2) Baptisan darah, yang terjadi pada para martir yang membela iman; 3) Baptisan keinginan, yang terjadi pada para katekumen dan mereka yang dengan tulus mencari Allah namun yang bukan karena kesalahannya sendiri, tidak sampai mengenal Kristus dan Gereja-Nya. Tentang Baptisan darah dan baptisan keinginan, Katekismus mengajarkan:
KGK 1258    Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.
KGK 1259    Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu.
KGK 1260    “Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu” ((GS 22) Bdk. LG 16; AG 7). Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan peranannya demi keselamatan.

4. Walaupun Allah mengikatkan rahmat keselamatan pada sakramen, namun Allah tidak terikat pada sakramen-sakramen.

Walaupun Gereja Katolik mengajarkan Pembaptisan perlu untuk keselamatan, dan mengikatkan rahmat keselamatan pada Pembaptisan, namun Allah sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya. Artinya, Allah tetap dapat berkarya di luar batas-batas sakramen- sakramen-Nya.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1257    Tuhan sendiri mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan (Bdk. Yoh 3:5). Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa (Bdk. Mat 28:19-20; DS 1618; LG 14; AG 5). Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini (Bdk. Mrk 16:16). Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh “kelahiran kembali dari air dan Roh“. Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya.

5. Kuasa menguduskan diberikan Kristus kepada para Rasul.

Dengan memberikan Roh Kudus-Nya kepada para Rasul, Yesus memberikan kuasa kepada para Rasul untuk menguduskan. Kuasa yang sama diberikan kepada para penerus Rasul melalui jalur apostolik.
KGK 1087    Ketika Kristus yang bangkit memberikan Roh Kudus kepada para Rasul, Ia mempercayakan wewenang pengudusan-Nya kepada mereka (Bdk. Yoh 20:21-23) para Rasul menjadi tanda sakramental Kristus. Berkat kekuatan Roh Kudus yang sama, mereka menyerahkan wewenang pengudusan itu kepada pengganti-penggantinya. “Suksesi apostolik” ini membentuk seluruh kehidupan liturgi Gereja. Suksesi itu bersifat sakramental dan dilanjutkan melalui Sakramen Tahbisan.

6. Rahmat adalah karunia Roh Kudus yang menguduskan, namun keadaan rahmat itu dapat hilang karena dosa berat (mortal sin).

Dosa berat tersebut menghilangkan rahmat, karena dosa tersebut menghilangkan kasih. Dalam keadaan berdosa berat, manusia ‘kehilangan’ Roh Kudus, bukan karena Roh Kudus meninggalkannya, tetapi karena manusia itu sendiri meninggalkan Roh Kudus [Dalam keadaan ini, jika ia wafat dalam keadaan tidak bertobat, ia akan kehilangan rahmat keselamatan yang diperolehnya melalui Baptisan]. Keadaan rahmat diperoleh kembali melalui sakramen Pengakuan Dosa. Proses pengudusan umat beriman ini, melibatkan para rasul dan para penerus mereka yaitu para uskup dan imam, oleh rahmat tahbisan.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 2003    Rahmat adalah pertama-tama anugerah Roh Kudus yang membenarkan dan menguduskan kita. Tetapi di dalam rahmat termasuk juga anugerah-anugerah yang Roh berikan kepada kita, untuk membuat kita mengambil bagian dalam karya-Nya serta menyanggupkan kita untuk berkarya demi keselamatan orang lain dan pertumbuhan Tubuh Kristus, yaitu Gereja. Termasuk di dalamnya rahmat-rahmat sakramental, artinya anugerah-anugerah khusus dalam Sakramen yang berbeda-beda. Termasuk juga di dalamnya rahmat-rahmat khusus, yang dinamakan karisma, sesuai dengan ungkapan Yunani yang dipergunakan oleh santo Paulus, yang berarti kemurahan hati, anugerah bebas, dan perbuatan baik (Bdk. LG 12). Ada berbagai macam karisma, sering kali juga yang luar biasa seperti anugerah mukjizat atau anugerah bahasa. Semuanya itu diarahkan kepada rahmat pengudusan dan bertujuan pada kesejahteraan umum Gereja. Karisma itu harus mengabdi kasih, yang membangun Gereja (Bdk. 1 Kor 12).
KGK 1855    Dosa berat merusakkan kasih di dalam hati manusia oleh satu pelanggaran berat melawan hukum Allah. Di dalamnya manusia memalingkan diri dari Allah, tujuan akhir dan kebahagiaannya dan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih rendah.
 KGK 1861    Dosa berat, sama seperti kasih, adalah satu kemungkinan radikal yang dapat dipilih manusia dalam kebebasan penuh. Ia mengakibatkan kehilangan kebajikan ilahi, kasih, dan rahmat pengudusan, artinya status rahmat. Kalau ia tidak diperbaiki lagi melalui penyesalan dan pengampunan ilahi, ia mengakibatkan pengucilan dari Kerajaan Kristus dan menyebabkan kematian abadi di dalam neraka karena kebebasan kita mempunyai kekuasaan untuk menjatuhkan keputusan yang definitif dan tidak dapat ditarik kembali. Tetapi meskipun kita dapat menilai bahwa satu perbuatan dari dirinya sendiri merupakan pelanggaran berat, namun kita harus menyerahkan penilaian mengenai manusia kepada keadilan dan kerahiman Allah.
KGK 1856    Karena dosa berat merusakkan prinsip hidup di dalam kita, yaitu kasih, maka ia membutuhkan satu usaha baru dari kerahiman Allah dan suatu pertobatan hati yang secara normal diperoleh dalam Sakramen Pengakuan.
KGK 1087    Ketika Kristus yang bangkit memberikan Roh Kudus kepada para Rasul, Ia mempercayakan wewenang pengudusan-Nya kepada mereka (Bdk. Yoh 20:21-23) para Rasul menjadi tanda sakramental Kristus. Berkat kekuatan Roh Kudus yang sama, mereka menyerahkan wewenang pengudusan itu kepada pengganti-penggantinya. “Suksesi apostolik” ini membentuk seluruh kehidupan liturgi Gereja. Suksesi itu bersifat sakramental dan dilanjutkan melalui Sakramen Tahbisan.

7. Hubungan dengan saudara-saudari Kristen non-Katolik.

Berdasarkan prinsip bahwa Gereja Katolik mengakui adanya satu Roh dan satu Baptisan (Ef 4:4) yang bersumber pada wafat dan kebangkitan Kristus, maka Gereja Katolik mengakui adanya hubungan persaudaraan dengan saudara-saudari Kristen non Katolik:
KGK 1271    Pembaptisan membentuk dasar persekutuan semua orang Kristen, juga dengan mereka yang belum sepenuhnya berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. “Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibaptis dengan sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja Katolik, sungguhpun tidak secara sempurna. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disatu-ragakan dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan” (UR 3). “Baptis merupakan ikatan sakramental kesatuan antara semua orang yang dilahirkan kembali karenanya” (UR 22).
Tentang kesatuan ini, Konsili Vatikan II mengatakan:
“Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awal mula telah timbul berbagai perpecahan, yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak di hukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, yang seringnya karena kesalahan orang- orang di kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan di besarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibaptis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja Katolik, meskipun persekutuan ini tidak sempurna. Perbedaan- perbedaan yang ada dalam derajat yang berbeda di antara mereka dan Gereja Katolik-  baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, memang menciptakan banyak hambatan, kadang menjadi hambatan yang serius, terhadap persekutuan gerejawi yang penuh. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan.
“Oleh karena itu Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja Katolik.
Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yang adalah “sarana umum untuk keselamatan”, dapat dicapai seluruh kepenuhan sarana penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh Kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah, Selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.” (Konsili Vatikan II, Unitatis Redintegratio 3)
Maka, walaupun Allah tetap dapat mengikutsertakan gereja-gereja non-Katolik dalam misteri keselamatan-Nya, namun kepenuhan rahmat misteri keselamatan Allah diperoleh di dalam Gereja Katolik. Maka kesatuan penuh dengan Gereja Katolik diperlukan, agar seseorang memperoleh kepenuhan sarana yang menghantar kepada keselamatan. Paus Pius XII menjelaskan tentang hal ini demikian:
103. As you know, Venerable Brethren, from the very beginning of Our Pontificate, We have committed to the protection and guidance of heaven those who do not belong to the visible Body of the Catholic Church, solemnly declaring that after the example of the Good Shepherd We desire nothing more ardently than that they may have life and have it more abundantly.[194] Imploring the prayers of the whole Church We wish to repeat this solemn declaration in this Encyclical Letter in which We have proclaimed the praises of the “great and glorious Body of Christ”[195] and from a heart overflowing with love We ask each and every one of them to correspond to the interior movements of grace, and to seek to withdraw from that state in which they cannot be sure of their salvation. For even though by an unconscious desire and longing they have a certain relationship with the Mystical Body of the Redeemer, they still remain deprived of those many heavenly gifts and helps which can only be enjoyed in the Catholic Church. Therefore may they enter into Catholic unity and, joined with Us in the one, organic Body of Jesus Christ, may they together with us run on to the one Head in the Society of glorious love. Persevering in prayer to the Spirit of love and truth, We wait for them with open and outstretched arms to come not to a stranger’s house, but to their own, their father’s home.” (Mystici Corporis, 103)
Terjemahannya:
“103. Sebagaimana kamu ketahui, Saudara-saudara yang terhormat, sejak awal masa Pontifikat kami, Kami telah berkomitmen untuk menjaga dan membimbing ke Surga mereka yang tidak menjadi anggota Tubuh yang kelihatan dari Gereja Katolik, dengan menyatakan dengan agung bahwa menurut teladan Sang Gembala yang Baik [Kristus], Kami dengan sungguh menghendaki tiada lain kecuali bahwa mereka dapat memperoleh hidup dan memperolehnya dalam kelimpahan. Memohon doa dari seluruh Gereja, Kami hendak mengulangi deklarasi agung ini di dalam surat ensiklik ini, di mana Kami menyatakan pujian akan “Tubuh Kristus yang agung dan mulia”, dan dari hati yang melimpah dengan kasih, Kami meminta kepada setiap orang dari mereka untuk menanggapi gerakan rahmat di dalam hati dan menarik diri dari keadaan di mana mereka tidak dapat menjadi yakin akan keselamatan mereka. Sebab meskipun oleh kehendak dan kerinduan yang tak disadari, mereka mempunyai hubungan tertentu dengan Tubuh Mistik Sang penebus, mereka tetap menarik diri dari banyaknya karunia surgawi dan pertolongan yang hanya dapat diterima di dalam Gereja Katolik. Oleh karena itu, semoga mereka dapat masuk dalam kesatuan Katolik dan bergabung dengan Kami di dalam Tubuh Yesus Kristus yang satu dan organik, semoga mereka bersama dengan kita berlari kepada satu Kepala di dalam Persekutuan kasih yang mulia. Bertekun dalam doa kepada Roh kasih dan kebenaran, Kami menantikan mereka dengan tangan yang terbuka dan terbentang, untuk dapat datang, tidak sebagai rumah yang asing, tetapi sebagai rumah mereka sendiri, rumah Bapa mereka.” (Mystici Corporis, 103).

8. Kesimpulan:

Roh Kudus diberikan Allah kepada umat manusia seturut kehendak-Nya, namun cara yang diketahui Gereja adalah melalui Pembaptisan. Pembaptisan yang dikenal dalam Gereja Katolik disampaikan melalui sakramen Baptis (dengan air), Baptisan darah dan Baptisan keinginan. Semua orang yang telah dibaptis secara sah (walaupun baptisan itu diberikan tidak di Gereja Katolik), telah menerima Roh Kudus. Namun diperlukan kondisi rahmat untuk menjaga rahmat Baptisan tersebut, sebab jika seseorang melakukan dosa berat, ia dapat kehilangan rahmat tersebut dan terpisah dari Allah. Untuk mengembalikannya, diperlukan rahmat Allah yang diterima melalui sakramen Pengakuan Dosa, dan untuk menerima rahmat pengampunan ini diperlukan imam yang mempunyai jalur apostolik. Itulah sebabnya walaupun saudara-saudari kita yang Kristen non- Katolik dapat menerima Roh Kudus, mereka tetap kekurangan dalam hal rahmat yang dapat diberikan Allah untuk kembali ke dalam keadaan rahmat, jika mereka terjatuh di dalam dosa berat. Walaupun Tuhan dapat bekerja di luar sakramen, tetapi kita mengetahui bahwa Allah telah mempercayakan kepenuhan sarana untuk memberikan karunia-karunia keselamatan-Nya dalam Gereja Katolik, terutama melalui sakramen-sakramen, yang telah diinstitusikan oleh Kristus sendiri. Oleh karena itu, jika kita ingin tetap tinggal di dalam keadaan rahmat karunia Roh Kudus yang menghantar kita kepada keselamatan kekal, kita perlu untuk tetap tinggal dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, sebagai Gereja satu-satunya yang didirikan oleh Kristus.


Sumber : http://katolisitas.org