Senin, 29 Januari 2018


Kristus akan Datang Mengadili Orang Hidup dan Mati
 

Yesus sebagai Penebus, Pengantara dan Hakim
Dalam pembahasan sebelumnya tentang pernyataan iman atau Syahadat, kita telah membahas bahwa Kristus telah menebus manusia dengan kedatangan-Nya ke dunia, terutama dengan penderitaan, wafat dan kematian-Nya, sehingga kita dapat menjadi anak-anak Allah (lih. Gal 4:5). Dengan kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke Sorga, Kristus menjadi Pengantara kita (lih. 1Yoh 2:1), sehingga dapat mengantar kita sampai kepada tujuan akhir, yaitu Sorga. Dan dengan duduk di sisi kanan Allah Bapa, maka segala kekuasaan untuk mengadili semua orang yang hidup dan mati telah diserahkan kepada Kristus (lih. 1Pet 3:22).

Syahadat menyatakan, “Dari situ Kristus akan datang mengadili orang hidup dan mati.” Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kristus datang ke dunia dua kali, dalam kodrat-Nya sebagai Allah dan sebagai manusia. Kedatangan-Nya yang pertama adalah dalam peristiwa Inkarnasi, yaitu ketika Dia mengambil kodrat manusia dan lahir dari Perawan Maria dan kemudian menjalankan seluruh misi penyelamatan manusia, yang berakhir pada Misteri Paskah – penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga. Kristus menjanjikan bahwa Dia akan turun lagi ke dunia di akhir zaman. Pada waktu para murid melihat kenaikan Kristus di awan-awan, seorang malaikat berkata kepada mereka, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” (Kis 1:11) Kedatangan Kristus kembali atau kedatangan-Nya yang kedua disebut Hari Tuhan (the day of the Lord) atau hari kiamat, yaitu berakhirnya dunia ini yang kemudian diubah menjadi langit dan bumi yang baru (lih. 2Ptr 3:13; Why 21:1); inilah yang sering disebutkan oleh Yesus sebagai hari di mana terjadinya seperti pencuri di malam hari (lih. Mat 24:43; 1Tes 5:2), di mana tentang hari dan saatnya tidak ada seorangpun yang tahu (lih. Mat 24:36). 
 
 
Tanda Kedatangan Kristus yang ke-dua

Walaupun tentang hari dan saatnya tidak ada yang tahu, namun Kristus juga memberikan tanda-tanda, sehingga kita semua dapat semakin meningkatkan kewaspadaan kita. Kita juga semakin waspada dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan, dengan cara terus berpegang pada pengajaran yang diberikan oleh Magisterium Gerjea. Dan kita juga dapat terus menaruh pengharapan kita di dalam Kristus, karena pada akhirnya peperangan akan dimenangkan oleh Kristus. Walaupun kita harus mewaspadai tanda-tanda zaman ini, namun jangan sampai kita terjebak pada pencarian tanda ini, dan melupakan persiapan yang sesungguhnya adalah paling penting, yaitu dengan senantiasa berjuang untuk bertumbuh dalam kekudusan. Berikut ini adalah beberapa tanda yang terjadi sebelum kedatangan Kristus yang kedua:

1. Kerajaan seribu tahun/ Milennium (berdasarkan Why 20)- tidak untuk diartikan literal.
“[Seorang malaikat] menangkap naga, si ular itu, yaitu Iblis dan Setan, dan mengikatnya seribu tahun lamanya….. Aku juga melihat [jiwa-jiwa yang dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus] hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun…. Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa…” (Why 20:1-8) Gereja Katolik tidak secara khusus mendefinisikan Millennium ini, namun mengambil patokan dari pengajaran St. Agustinus, yang menginterpretasikan secara allegoris, yaitu mengartikan 1000 tahun ini sebagai simbol, sebagai ‘jangka waktu yang cukup lama’, sebagaimana teks angka ’1000′ yang lain dalam Alkitab merupakan simbol dari jumlah yang banyak/ ribuan. ((Lihat Mzm 50:10 dan Dan 7:10: seribu dan beribu-ribu di sini maksudnya adalah banyak sekali)) Seribu tahun kejayaan ini dimana Iblis diikat dan para kudus memimpin bersama Kristus ini sebagai Gereja Katolik yang masuk ke dalam sejarah manusia untuk menebarkan nilai-nilai Injil. Jadi ke-seribu tahun kejayaan ini mengacu pada era Christendom. Pengikatan Iblis selama 1000 tahun ini dikaitkan dengan perumpamaan yang diajarkan oleh Kristus tentang orang kaya yang diikat: …Bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang yang kuat itu? Sesudah diikatnya, barulah dapat ia merampok rumah itu.” ((Mat 12:29, lihat St. Augustine, City of God, book XX, chap. 8.)) Kristus telah mengikat Iblis dengan korban sengsara dan salib-Nya. Namun demikian, Iblis terus berusaha mempengaruhi banyak bangsa, walaupun akhirnya mereka berangsur ‘tunduk’ dengan menerima nilai-nilai Injil dan pertobatan.

Maka, ke- 1000 tahun tersebut adalah untuk diartikan sebagai simbol, yang mengacu pada arti jangka waktu yang lama antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan Kristus yang kedua. Namun menjelang akhir zaman, terjadi pelepasan ikatan Iblis, yang dihubungkan dengan kejayaan singkat suatu kesesatan/apostasy yang besar yang memuncak pada kejayaan Antikristus. Pada saat inilah Gereja akan mengalami pencobaan yang hebat (lihat Why 20:7-9, KGK 675).

Gereja Katolik menolak untuk mengajarkan pandangan mengartikan 1000 tahun itu sebagai sesuatu masa yang literal. Hal ini dinyatakan secara tegas pada pernyataan Kongregasi untuk Ajaran Iman di Roma pada tahun 1944, yang bunyinya sebagai berikut:

“In recent times, on several occasions this Supreme Sacred Congregation of the Holy Office has been asked what must be thought of the system of mitigated Millenarianism, which teaches for example, that Christ the Lord before the final judgment, whether or not preceded by the resurrection of the many just, will come visibly to rule over this world. The answer is: The system of mitigated Millenarianism cannot be taught safely.” ((Congregation for the Doctrine of the Faith, Decree of 19 July 1944, DS, 3839.))

Kelihatannya pernyataan ini sulit, tetapi maksudnya sebenarnya sederhana: sebagai orang Katolik, kita menolak doktrin yang mengajarkan bahwa sebelum kedatangan Kristus yang kedua, Kristus akan datang lagi sebagai manusia dalam sejarah manusia, untuk memimpin kerajaan-Nya di dunia.

2. Kebangkitan Antikristus (1Yoh 2:18-23, 2Tes 2:3-4, Why 13, KGK 675-676)
“Seperti yang telah kamu dengar, seorang Antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus…” (1 Yoh 2:18). “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan berbagai cara…Sebab sebelum Hari itu, haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa…. Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai dengan rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat…” (2Tes 2:3-10) Antikris adalah seseorang yang menyebut dirinya sendiri sebagai Kristus, dan dengan bantuan Iblis akan melakukan banyak mukjizat untuk menarik banyak orang (lih. 2Tes 2:9-10) dan ia akan menganiaya Gereja (lih. KGK 675). Antikristus ini juga disebut oleh Rasul Paulus sebagai “manusia durhaka” atau yang disebut dalam kitab Wahyu sebagai “binatang yang keluar dari dalam laut” yang disembah sebagai nabi palsu.

3. Penyesatan secara besar-besaran (2 Tes 2-3, Why 13:3, Mat 24:11-12 dan Luk 18:8).
“Akan tetapi jika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk 18:8) Alkitab mengajarkan bahwa sebelum kedatangan Kristus yang kedua akan terjadi banyak orang meninggalkan iman Kristiani. Banyak orang akan tertipu oleh nabi-nabi palsu, terutama nabi palsu yang terakhir, yaitu, Antikristus.

4. Pertobatan bangsa Yahudi (Rom 11)

“Aku mau kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Dengan jalan demikian, seluruh Israel akan diselamatkan…” (Rom 11:25-26) Dengan demikian, kita dapat berharap bahwa bangsa Israel akan akhirnya menerima Yesus sebagai Sang Mesias.

5. Pemberitaan Injil sampai ke ujung dunia (Mat 24:14)

“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Mat 24:14) Maksudnya, ini bukan hanya penyiaran Injil melalui mass-media dan internet, namun merupakan penanaman nilai-nilai Injil di setiap bangsa.

6. Tampaknya tanda Kristus [dimengerti sebagai tanda salib] di langit (Mat 24:30)
“Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit…” (Mat 24:30)

7. Tanda-tanda yang menakutkan di langit, bencana alam yang dashyat dan kerusakan hebat yang disebabkan oleh manusia (Mat 24: Luk 21:25-26).

“Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” (Mat 24: 29) “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang. Dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelombang laut…” (Luk 21:25)

8. Kemenangan Allah dalam perjuangan akhir melawan Si jahat (lih. Why 20:7-10)
Namun pada akhirnya, perjuangan melawan si jahat akan dimenangkan oleh Allah, sehingga si jahat akhirnya dilemparkan dalam kesengsaraan abadi.
Dapatkah kita mengetahui waktu kedatangan Yesus yang kedua?

Yesus mengatakan bahwa kita tidak dapat mengetahui waktu kedatangan-Nya yang kedua (Mat 24:42). Kitab Suci berkali-kali menyatakan bahwa kedatangan Yesus yang kedua ini sifatnya seperti pencuri, dan tak pernah dapat diketahui (lih. Mat 25: 13. Luk 17:22-35, 1 Tes 5:2 dan 2 Pet 3:10). Hal ini juga dinyatakan dengan jelas dalam KGK 673 dan KGK 1040), bahwa hanya Tuhan saja yang mengetahui kapan saatnya kedatangan Yesus yang kedua tersebut.

Jika kita teliti tanda-tanda yang diberikan itu tidak dengan jelas menunjukkan urutan-urutannya, juga periode/ interval yang ada tidak jelas disebutkan jangka waktunya, dan banyak dari tanda itu mempunyai banyak arti dan telah terpenuhi, dan kita tidak tahu persis apakah hal yang lebih besar akan terjadi sebagai pemenuhan tanda-tanda tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa banyak orang telah berusaha mengartikan tanda-tanda, menghitung tahun-tahun untuk meramalkan akhir zaman, namun hanya berakhir dengan sejumlah teori yang tidak menjadi kenyataan. 
 
Yesus sebagai Hakim Agung

Di dalam Kis 10:42 dituliskan sebagai berikut, “Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.” (bdk 1Ptr 4:5) Bagaimana kita mengartikan orang-orang hidup dan orang-orang mati? Pengertian pertama, orang-orang hidup dapat menggambarkan orang-orang yang masih hidup di dunia ini ketika Kristus datang yang kedua kali, sedangkan orang-orang mati adalah orang-orang yang telah mati dari awal penciptaan sampai kedatangan Kristus yang kedua. Pengertian yang lain adalah orang-orang hidup adalah orang-orang yang dibenarkan oleh Allah, yang akan mendapatkan kebahagiaan abadi di Sorga; sedangkan orang-orang mati adalah orang-orang jahat yang akan mendapatkan penghukuman abadi di neraka. Namun, secara prinsip, Kristus akan mengadili seluruh umat manusia, baik yang jahat maupun yang baik, baik yang hidup ataupun yang telah mati ketika Kristus datang yang kedua kali.

Dalam bukunya, The Aquinas Catechism, St. Thomas Aquinas mengutip St. Gregorius menuliskan tentang pengelompokan orang-orang yang jahat dan yang baik. Kitab Suci juga menjelaskan tentang adanya pengelompokan domba yang baik di sebelah kanan, yang kemudian memperoleh kebahagiaan sejati dan kambing yang jahat di sebelah kiri, yang mendapatkan penghukuman abadi di neraka (lih. Mat 25:31-46). Kelompok yang jahat adalah termasuk orang-orang yang tidak percaya. Mereka yang tidak percaya telah berada di bawah hukuman (lih. Yoh 3:18). Rasul Paulus menegaskan “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibr 11:6) Namun, orang-orang yang percayapun tidak lepas dari kategori ini, yaitu yang meninggal dalam kondisi dosa berat (lih. 1Yoh 5:16), karena upah dari dosa adalah maut (lih. Rm 6:23). Yang termasuk dalam kategori orang-orang yang baik yang diselamatkan adalah orang-orang yang mengikuti Kristus dengan setia (lih. Mat 19:28), yang mensyaratkan iman, pengharapan dan kasih. 
 
Dua pengadilan: Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum
Kristus yang duduk sebagai Hakim akan mengadili yang hidup dan mati. Dalam pengajaran Gereja Katolik, kita mengenal adanya dua pengadilan, yaitu pengadilan khusus dan pengadilan umum. Pengajaran ini sesuai dengan ajaran St. Agustinus, yang mengatakan “Begitu jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa tersebut diadili“. Hal ini sesuai juga dengan pengajaran di Alkitab, seperti yang kita lihat pada kisah yang dialami oleh Lazarus dan orang kaya itu setelah kematian mereka (lih. Luk 16:16-31). Rasul Paulus mengajarkan, “…manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9: 27). Maka di saat kematian kita kita akan diminta pertanggungan jawab atas urusan kita (lih. Luk 16:2). Kita akan diadili oleh Tuhan menurut perbuatan kita (1 Pet 1:17, Rom 2:6). Jika Tuhan sendiri mengajarkan bahwa gaji pekerja tidak boleh ditunda (lih Im 19:13), maka Ia sendiri pasti memenuhi peraturan tersebut, dan Ia akan memberi penghargaan kepada mereka yang telah melakukan tugasnya di dunia dengan setia seturut perintah-perintah-Nya. Maka seperti kata St. Ambrosius, “Kematian adalah penghargaan perbuatan baik, mahkota dari panen.”

Tuhan Yesus akan duduk sebagai Hakim (lih. Yoh 5:22). Pada Perjamuan Terakhir, Yesus berjanji kepada para rasul-Nya untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga dan untuk membawa mereka kepada diri-Nya (lih. Yoh 14:3).

Setelah dihakimi secara pribadi oleh Tuhan Yesus, maka jiwa orang yang meninggal akan ditentukan masuk surga (jika ia sempurna), atau masuk neraka (jika ia meninggal dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat ), atau masuk Api Penyucian (jika ia meninggal dalam keadaan berdamai dengan Allah, namun masih harus dimurnikan terlebih dahulu).

Maka, Gereja Katolik mengajarkan adanya dua macam Penghakiman setelah kematian. Yang pertama adalah Pengadilan Khusus (Particular Judgment) yang diadakan sesaat setelah kematian, dan yang kedua adalah Pengadilan Umum (General Judgment) yang diadakan pada akhir zaman, setelah kebangkitan badan. Pada pengadilan khusus, yaitu kita masing-masing diadili secara pribadi oleh Yesus Kristus; dan kedua adalah pengadilan umum/ terakhir, yaitu pada akhir zaman, saat kita diadili oleh Yesus Kristus di hadapan semua manusia. Setelah Pengadilan Khusus itu, kita sudah ditentukan, apakah jiwa kita masuk surga, atau neraka, ataukah masih perlu dimurnikan dahulu dalam Api Penyucian. Penentuan dalam Pengadilan Khusus ini dilakukan oleh Tuhan Yesus, dan tidak dapat diubah/ ditarik kembali. Tentang Pengadilan Khusus, Katekismus Gereja Katolik menjelaskannya sebagai berikut:

KGK 1022 Pengadilan khusus adalah “Pada saat kematian setiap manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tidak dapat mati. Ini berlangsung dalam satu pengadilan khusus, yang menghubungkan kehidupannya dengan Kristus: entah masuk ke dalam kebahagiaan surgawi melalui suatu penyucian (bdk. Konsili Lyon: DS 857-858; Konsili Firense: DS 1304-1306; Konsili Trente: DS 1820), atau langsung masuk ke dalam kebahagiaan surgawi (bdk. Benediktus XII: DS 1000-1001; Yohanes XXII: DS 990) ataupun mengutuki diri untuk selama-lamanya (bdk. Benediktus XII: DS 1002)”

Sedangkan pada akhir jaman, setelah kebangkitan badan, kita (jiwa dan badan) akan diadili dalam Pengadilan Umum/ Terakhir. Pengadilan ini tidak lagi bersifat pribadi antara kita dengan Yesus, namun diadakan di hadapan semua orang. Pada saat inilah segala perbuatan baik dan jahat dipermaklumkan di hadapan semua mahluk, “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak diketahui dan diumumkan.”(Luk 8: 17). Pada saat itu, seluruh bangsa akan dikumpulkan di hadapan tahta Kristus, dan Dia akan mengadili semua orang: yang baik akan dipisahkan dengan yang jahat seperti memisahkan domba dan kambing (lih. Mat 25: 32-33). Pengadilan ini merupakan semacam ‘pengumuman’ hasil Pengadilan Khusus tiap-tiap orang di hadapan segala ciptaan yang lain. Hasil Pengadilan itu akan membawa penghargaan ataupun penghukuman, bagi jiwa dan badan. Tubuh dan jiwa manusia bersatu di Surga, apabila ia memang layak menerima ‘penghargaan’ tersebut; inilah yang disebut sebagai kebahagiaan sempurna dan kekal di dalam Tuhan. Atau sebaliknya, tubuh dan jiwa manusia masuk ke neraka, jika keadilan Tuhan menentukan demikian, sesuai dengan perbuatan manusia itu sendiri; inilah yang disebut sebagai siksa kekal. Setelah akhir zaman, yang ada tinggal Surga dan Neraka, tidak ada lagi Api Penyucian, sebab semua yang ada di dalam Api Penyucian akan beralih ke Surga. Katekismus Gereja Katolik menuliskan tentang Pengadilan Umum:

KGK 1040 Pengadilan terakhir akan berlangsung pada kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya Bapa yang mengetahui hari dan jam, Ia sendiri menentukan, kapan itu akan terjadi. Lalu, melalui Putera-Nya Yesus Kristus Ia akan menilai secara definitif seluruh sejarah. Kita akan memahami arti yang terdalam dari seluruh karya ciptaan dan seluruh tata keselamatan dan akan mengerti jalan-jalan-Nya yang mengagumkan, yang di atasnya penyelenggaraan ilahi telah membawa segala sesuatu menuju tujuannya yang terakhir. Pengadilan terakhir akan membuktikan bahwa keadilan Allah akan menang atas segala ketidak-adilan yang dilakukan oleh makhluk ciptaan-Nya, dan bahwa cinta-Nya lebih besar dari kematian (bdk. Kid 8:6)

Mungkin ada orang bertanya, apa gunanya Penghakiman Terakhir, jika jiwa-jiwa sudah berada di surga setelah menyelesaikan pemurnian di Api Penyucian?

Penghakiman Terakhir diadakan setelah kebangkitan badan. Dalam Pengadilan Terakhir, setiap orang akan diadili di hadapan semua ciptaan, sehingga segala perbuatan baik akan diumumkan di hadapan semua mahluk, demikian juga perbuatan yang jahat. Tuhan Yesus akan duduk sebagai hakim yang mengadili semua orang, dan pengadilan ini dimaksudkan untuk menyatakan kebijaksanaan dan keadilan Tuhan kepada semua ciptaan. Jadi tidak ada lagi segala sesuatu yang ‘relatif’ di sini. Yang salah dinyatakan salah, yang benar dinyatakan benar, dan ini berlaku pada semua orang. Orang-orang yang baik mendapat penghargaan di hadapan semua ciptaan, dan sebaliknya, orang-orang yang jahat menerima hukuman di hadapan semua. Penghakiman ini merupakan pengulangan pengadilan khusus di hadapan semua mahluk, dan pengulangan sejarah dunia, di mana semua kejadian akan ditampilkan di hadapan semua orang, dan pada saat itu tidak ada sesuatu yang tersembunyi, yang tidak akan dinyatakan (lih. Mat 10: 26-27, Luk 8:17). Maka Penghakiman Terakhir merupakan momen yang penting, yang menjadi dasar pengharapan Kristiani (seperti yang diungkapkan oleh Bapa Paus Benediktus XVI dalam surat ensikliknya Spe Salvi/ Diselamatkan di dalam Pengharapan, 44). Sebab pada saat Penghakiman Terakhir pengorbanan para martir dan orang benar akan mendapat penghargaan. Orang-orang yang jahat akan memandang orang-orang yang baik dan berkata dengan menyesal, “Dia itulah yang dahulu menjadi tertawaan kita, dan buah cercaan kita ini, orang-orang yang bodoh… ia terbilang di antara anak-anak Allah dan bagiannya terdapat di antara para kudus… Kita inilah yang tersesat dari jalan kebenaran dan cahaya kebenaran tidak menerangi kita…” (Kebj 5:3-6).

Setelah Pengadilan Terakhir ini, tidak ada lagi Api Penyucian. Dan karena seluruh semesta alam akan dihancurkan dengan api pada akhir zaman, maka orang-orang yang baik/ benar dapat masuk surga jiwa dan badannya setelah melalui api itu, seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego (lih. Dan 3:1-30), tanpa terbakar. Sedang mereka yang jahat akan masuk neraka, jiwa dan badannya. Persatuan jiwa dan badan di surga inilah yang disebut sebagai kesempurnaan kebahagiaan kekal, dan sebaliknya, yang di neraka sebagai siksa kekal yang tak terlukiskan.

Maka perbedaan antara Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum pada akhir zaman ini adalah, pada Pengadilan Khusus, yang diadili adalah jiwa manusia, sehingga setelah mendapat keputusan (surga, neraka, atau api penyucian), yang masuk ke dalamnya hanya jiwa saja. Sedangkan sesudah Pengadilan Terakhir, yaitu setelah kebangkitan badan, maka tubuh manusia akan bersatu dengan jiwanya, dan keduanya akan masuk kedalam kebahagiaan abadi (Surga), ataupun siksa abadi (neraka). Pengadilan Khusus bersifat pribadi, antara yang meninggal dengan Kristus, sedangkan Pengadilan Umum diadakan di hadapan semua orang.

Katekismus Gereja Katolik menjelaskan arti perkataan Syahadat bahwa Yesus akan ….”mengadili orang yang hidup dan yang mati….”, sebagai berikut:

KGK 678 Seperti para nabi (bdk. Ul 7:10. Yl 3-4; Mal 3:19) dan Yohanes Pembaptis (bdk. Mat 3:7-12), Yesus pun mengumumkan pengadilan pada hari terakhir dalam khotbah-Nya. Di sana akan disingkapkan tingkah laku (bdk. Mrk 12:38-40) dan isi hati yang paling rahasia dari setiap orang (bdk. Luk 12:1-3; Yoh 3:20-21; Rm 2:16; 1Kor 4:5). Lalu ketidak-percayaan orang berdosa, yang telah menolak rahmat yang ditawarkan Allah, akan diadili (bdk. Mat 11:20-24; 12:41-42). Sikap terhadap sesama akan menunjukkan, apakah orang menerima atau menolak rahmat dan cinta Allah (bdk. Mat 5:22; 7:1-5). Yesus akan mengatakan: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

KGK 679 Kristus adalah Tuhan kehidupan abadi. Sebagai Penebus dunia, Kristus mempunyai hak penuh untuk mengadili pekerjaan dan hati manusia secara definitif. Ia telah “mendapatkan” hak ini oleh kematian-Nya di salib. Karena itu, Bapa “menyerahkan seluruh pengadilan kepada Putera-Nya” (Yoh 5:22, bdk. Yoh 5:27; Mat 25:31; Kis 10:41; 17:31; 2 Tim 4:1). Akan tetapi, Putera tidak datang untuk mengadili, tetapi untuk menyelamatkan (bdk. Yoh 3:17) dan untuk memberikan kehidupan yang ada pada-Nya (bdk. Yoh 5:26). Barang siapa menolak rahmat dalam kehidupan ini, telah mengadili dirinya sendiri (bdk. Yoh 3:18; 12:48). Setiap orang menerima ganjaran atau menderita kerugian sesuai dengan pekerjaannya (bdk. 1 Kor 3:12-15) ia malahan dapat mengadili dirinya sendiri untuk keabadian, kalau ia tidak mau tahu (bdk. Mat 12:32; Ibr 6:4-6; 10:26-31) tentang cinta.

KGK 681 Pada hari pengadilan, pada hari kiamat, Kristus akan datang dalam kemuliaan-Nya, untuk menentukan kemenangan kebaikan secara definitif atas kejahatan, yang dalam perjalanan sejarah hidup berdampingan bagaikan gandum dan rumput di ladang yang sama.

KGK 682 Kalau Ia datang pada akhir zaman untuk mengadili orang hidup dan orang mati, Kristus yang dimuliakan akan menyingkapkan isi hati yang terdalam dan akan membalas setiap manusia sesuai dengan pekerjaannya, tergantung pada, apakah ia menerima rahmat Tuhan atau menolaknya. 
 
Pengadilan Terakhir: antara harapan dan ketakutan
Kita mungkin sering mempertanyakan bagaimana sikap kita akan pengadilan Allah? Apakah kita harus menyikapi dengan sikap takut atau dengan penuh harapan. Sebagai umat beriman, kita harus melihatnya dengan takut dan pada saat yang bersamaan memandangnya dengan penuh harap. Sikap takut akan pengadilan terakhir dapat membantu kita untuk hidup lebih baik pada masa ini dan sikap penuh harapan akan pengadilan terakhir dapat membantu kita untuk tidak kehilangan harapan walaupun banyak ketidakadilan di dunia ini, karena tahu bahwa pada saatnya, Tuhan akan memberikan keadilan dengan seadil-adilnya.

Memang sudah selayaknya, kita harus takut akan Pengadilan Terakhir. Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Filipi untuk mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12). Ketakutan ini bukanlah tanpa alasan, karena adanya empat alasan ((St. Thomas Aquinas, The Aquinas Catechism, p. 67-68)) sebagai berikut:

(1). Karena kebijaksanaan Hakim. Hakim Agung yang akan mengadili kita mengetahui segala pikiran, perkataan dan perbuatan kita, karena tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Ibrani 4:13 menyatakannya demikian “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” (bdk. Ams 16:2) Apalagi suara hati kita turut bersaksi, sehingga kita juga tidak dapat berbohong (lih. Rm 2:15-16). Bahkan setiap kata sia-sia yang diucapkan kita harus dipertanggungjawabkan kita pada hari penghakiman (lih. Mat 12:36).

(2). Karena kekuasaan Hakim Agung. Yesus mengatakan “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat 10:28) Dengan demikian, kita seharusnya berhati-hati dalam setiap pikiran, perkataan maupun perbuatan kita, sehingga kita tidak mendapatkan penghukuman selamanya di neraka.

(3). Karena keputusan yang tetap dari Hakim Agung. Menjadi satu permenungan bagi kita bahwa pada saatnya nanti, masing-masing dari kita akan menerima keputusan dari Hakim Agung dan keputusan yang diberikan secara benar dan bijaksana tidak adakan berubah dan akan berlaku untuk selamanya. Kitab Mazmur menuliskan “Apabila Aku menetapkan waktunya, Aku sendiri akan menghakimi dengan kebenaran.” (Mzm 75:2).

(4). Karena Hakim Agung akan menyatakan keadilan-Nya. Kita mengenal Allah sebagai Pribadi yang penuh kasih, yang senantiasa siap sedia mengampuni dosa manusia, seperti yang digambarkan dalam perumpamaan anak yang hilang (lih. Luk 15:11-31). Namun, dalam Pengadilan, maka Hakim Agung akan menunjukkan keadilan-Nya yang tidak terpisah dari kasih-Nya.

Namun sebagai umat Katolik, Pengadilan Terakhir tidak boleh hanya dilihat sebagai peristiwa yang menakutkan, namun juga memberikan pengharapan, karena Kristus sendiri telah datang ke dunia untuk menebus dosa dunia penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib. Kasih Allah inilah yang harus menjadi harapan bagi kita. Paus Benediktus XVI, dalam ensiklik “Spe Salvi” bagian III, 41-48, memaparkan bahwa pengadilan terakhir merupakan harapan bagi seluruh umat beriman, karena pengadilan Allah menjadi saat rahmat dan keadilan. Segala ketidakadilan di dunia akan diluruskan oleh Allah dengan keadilan-Nya yang sempurna, sehingga seluruh makhluk akan berseru “Ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, benar dan adil segala penghakiman-Mu.” (Why 16:7) Sudahkah kita siap menghadap Kristus dalam Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum?

Sumber : http://www.katolisitas.org/kristus-akan-datang-mengadili-orang-hidup-dan-mati/





WONDERFUL INDONESIA
Image result for candi di jawa Tengah
Prambanan Temple, Middle Java-Indonesia
  
Borobudur Temple, Middle Java-Indonesia
Image result for candi di jawa Tengah
Plaosan Temple, Middle Java-Indonesia
Sukuh Temple, Middle Java-Indonesia
Mendut Temple, Middle Java-Indonesia
Sewu Temple, Middle Java-Indonesia

Senin, 22 Januari 2018

REINKARNASI DAN KERASUKAN SETAN
(dikutip dari: Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku, Jilid 4)[Puisi Manusia-Allah]


Percakapan Yesus dengan para muridnya:

Negeri memudar dalam damai tenang malam tak berbintang. Hanya terang redup bintang-bintang memperlihatkan bayangan gelap pepohonan dan bayangan putih rumah-rumah. Tak ada yang lain. Beberapa burung malam mengepak-ngepakkan sayap diam-diam sekitar rumah Susana, dalam upaya mencari serangga, melesat lewat dekat orang-orang yang duduk di teras sekeliling sebuah lampu, yang menyorotkan terang redup kekuningan pada wajah-wajah mereka yang berkumpul sekeliling Yesus. Marta, yang pastinya ngeri akan kelelawar, man denjerit setiap kali seekor kelelawar noctule besar melesat lewat dekatnya. Yesus sebaliknya sibuk dengan ngengat-ngengat yang tertarik oleh lampu dengan lengan-Nya yang panjang Ia berusaha menjauhkan mereka dari api.

"Keduanya adalah binatang yang sangat bodoh," kata Tomas. Yang pertama salah menganggap kita sebagai lalat hijau, yang lain salah menganggap api sebagai matahari dan akhirnya terbakar. Mereka tidak punya bahkan bayangan otak."

"Mereka itu binatang. Apa kau berharap mereka dapat berpikir?" tanya Iskariot.

"Tidak. Tapi aku ingin mereka setidaknya punya insting."

"Mustahil mereka memilikinya. Aku berbicara tentang ngengat. Sebab mereka mati sesudah upaya pertama mereka. Insting muncul dan berkembang melalui pengalaman mengejutkan yang menyakitkan," komentar Yakobus Alfeus.

"Dan bagaimana dengan kelelawar? Mereka seharusnya memilikinya sebab mereka hidup selama bertahun-tahun. Mereka bodoh, itu saja," jawab pedas Tomas.

"Tidak, Tomas. Tidak lebih bodoh dari manusia. Sering kali manusia juga seperti kelelawar-kelelawar yang bodoh. Mereka terbang, atau tepatnya mereka mengepak-ngepakkan sayapnya, seperti orang mabuk, sekeliling hal-hal yang hanya dapat menyebabkan kesedihan. Itu dia: saudara-Ku sudah memukul jatuh seekor dengan mantolnya. Berikan pada-Ku," kata Yesus.

Yakobus Zebedeus, yang di kakinya si kelelawar yang bingung sudah jatuh dan sekarang menggelepar dengan canggung di atas lantai, memungutnya dengan dua jari pada satu dari sayap-sayapnya yang seperti membran dan mengulurkannya, seolah sehelai gombal kotor, dan menempatkannya di atas pangkuan Yesus.

"Ini dia binatang yang tidak waspada. Biarlah kita membiarkannya dan kalian akan lihat bahwa dia akan pulih, tetapi tidak mengubah kelakuannya."

"Suatu upaya penyelamatan yang aneh. Aku pasti akan sudah membunuhnya," kata Iskariot.

"Jangan. Kenapa? Dia punya hidup juga, dan dia ingin hidup," jawab Yesus.

"Aku pikir tidak. Dia entah tidak tahu bahwa dia punya hidup atau tidak ingin hidup. Dia membahayakan hidupnya!"

"Oh! Yudas! Yudas! Betapa kau akan berlaku keras terhadap para pendosa, terhadap manusia. Juga manusia tahu bahwa mereka punya satu hidup dan hidup yang lainnya dan mereka tidak ragu untuk membahayakan keduanya, yang satu maupun yang lainnya."

"Apakah kita punya dua hidup?"

"Hidup jasmani dan hidup jiwa, kau tahu itu."

"Ah! Aku pikir Engkau sedang berbicara tentang reinkarnasi. Sebagian orang mempercayainya."

"Tidak ada reinkarnasi. Tetapi ada dua hidup. Dan kendati demikian manusia membahayakan keduanya. Andai kau adalah Allah bagaimana kau akan menghakimi manusia, yang dianugerahi akal budi di samping insting?"

"Dengan keras. Terkecuali dia adalah orang yang tidak waras otaknya."

"Tidakkah kau akan mempertimbangkan situasi-situasi yang membuat manusia gila secara moral?"

"Tidak, tidak akan."

"Jadi kau tidak akan berbelas-kasihan pada siapa pun yang mengenal Allah dan mengenal Hukum, dan kendati demikian berdosa."

"Aku tidak akan berbelas-kasihan. Sebab manusia harus dapat mengendalikan dirinya sendiri."

"Dia seharusnya dapat."

"Dia harus, Guru. Suatu aib yang tak dapat diampuni jika seorang dewasa melakukan dosa-dosa tertentu, teristimewa ketika tiada suatupun yang memaksanya."

"Dosa-dosa yang manakah menurutmu?"

"Dosa-dosa sensualitas yang pertama. Orang merendahkan dirinya sendiri tanpa dapat diperbaiki…"

Maria dari Magdala menundukkan kepalanya… Yudas melanjutkan: "… dan orang yang merusak orang-orang lainnya juga, sebab semacam ragi terpancar keluar dari tubuh orang-orang yang tidak murni dan itu mengganggu bahkan orang-orang yang murni dan mendorong mereka untuk meniru yang tidak murni…"

Sementara Magdalena menundukkan kepalanya lebih dalam, Petrus berkata: "He, kamu! Jangan terlalu keras! Yang pertama bersalah atas aib yang tak dapat diampuni macam itu adalah Hawa, dan kau tidak akan mengatakan padaku bahwa dia dirusakkan oleh pancaran ragi tidak murni dari seorang yang berhasrat berahi. Bagaimanapun aku ingin kamu tahu bahwa, sepanjang menyangkut aku, bagaimanapun aku tidak akan terganggu bahkan andai aku duduk dekat seorang yang cabul. Itu urusannya…"

"Orang selalu tertular dengan berada di dekatnya. Jika tubuhnya tidak, maka jiwanya ya, dan itu lebih buruk."

"Kau kelihatan seperti seorang Farisi! Maafkan aku, jika demikian halnya maka orang seharusnya mengunci diri dalam sebuah menara kristal dan tinggal di sana, terpenjara."

"Tetapi, janganlah percaya, Simon, bahwa itu akan membantumu. Pencobaan-pencobaan lebih mengerikan dalam kesendirian," kata Zelot.

"Oh! Baiklah! Itu akan bagai mimpi. Tidak mencelakakan," jawab Petrus.

"Tidak mencelakakan? Tidak tahukah kau bahwa pencobaan menghantar pada gagasan, gagasan pada kompromi demi bagaimanapun memuaskan insting orang yang bangkit, dan lalu kompromi membuka jalan ke pembenaran dosa di mana sensualitas digabungkan dengan pemikiran?" tanya Iskariot.

"Aku tidak tahu menahu mengenai itu semua, Yudasku tersayang. Mungkin karena aku tidak pernah menggagas, seperti katamu, suatu hal tertentu. Tetapi aku pikir bahwa kita sudah pergi sangat jauh dari kelelawar dan bahwa adalah suatu kerja yang bagus bahwa kau bukan Allah. Jika tidak kau akan sama sekali seorang diri di Firdaus, dengan kekerasanmu. Apa kata-Mu, Guru?"

"Aku katakan bahwa adalah bijaksana untuk tidak terlalu mutlak sebab para malaikat Tuhan mendengarkan perkataan-perkataan manusia dan mencatatnya dalam kitab-kitab abadi dan akan dapat tidak menyenangkan suatu hari kelak dikatakan: 'Terjadilah padamu seturut penghakimanmu sendiri.' Aku katakan bahwa jika Allah mengutus Aku itu berarti bahwa Ia hendak mengampuni semua dosa-dosa yang atasnya manusia bertobat, sebab Ia tahu betapa lemahnya manusia, karena Setan. Yudas, katakan pada-Ku: apa kau setuju bahwa Setan dapat menguasai suatu jiwa hingga memaksakan paksaan atasnya, yang dapat mengurangi beratnya dosa di mata Allah?"

"Tidak setuju. Setan dapat merusak, tetapi bagian yang inferior saja."

"Kau menghujat, Yudas anak Simon," seru Zelot dan Bartolomeus nyaris bersamaan.

"Kenapa? Dengan cara apa?"

"Kau membuat Allah dan Kitab berdusta. Kita baca di dalamnya bahwa Lucifer merusak juga bagian yang superior, dan Allah, melalui sabda-Nya, sudah mengatakannya kepada kita berulang kali," jawab Bartolomeus.

"Dikatakan juga bahwa manusia punya kehendak bebas. Yang artinya Setan tidak dapat melakukan kekerasan terhadap pikiran dan perasaan manusia. Bahkan Allah tidak melakukannya."

"Tidak, Allah tidak melakukannya, sebab Ia adalah Keteraturan dan Kesetiaan. Tetapi Setan melakukannya, sebab dia adalah Ketidakteraturan dan Kedengkian," Zelot bersikeras.

"Kedengkian bukanlah sentimen yang dipertentangkan dengan kesetiaan. Kau salah."

"Aku benar, sebab jika Allah adalah Kesetiaan dan karenanya tidak akan ingkar untuk memenuhi perkataan-Nya untuk membiarkan manusia bebas dalam perbuatan-perbuatannya, roh jahat tidak dapat mengingkari perkataan yang demikian, sebab dia memang tidak pernah menjanjikan kehendak bebas kepada manusia. Tetapi benar bahwa dia adalah Kedengkian dan karenanya menyerang Allah dan manusia, menyerang kebebasan intelektual manusia, di samping tubuhnya, dengan mengurangi kebebasan berpikir macam itu ke perbudakan dalam orang-orang yang dirasukinya, dengan jalan mana orang melakukan perbuatan-perbuatan, yang tidak akan dilakukannya, andai dia bebas dari Setan," Zelot bersiteguh.

"Aku tidak setuju."

"Jadi, bagaimana dengan orang-orang yang kerasukan? Kau menyangkal bukti dari fakta-fakta," teriak Yudas Tadeus.

"Orang-orang kerasukan itu tuli, atau bisu atau gila. Mereka tidak cabul."

"Itukah satu-satunya kejahatan yang ada dalam pikiranmu?" tanya Tomas ironis.

"Itu adalah yang paling umum dan paling rendah."

"Ah! Aku pikir itu adalah yang kau kenal dengan lebih baik," kata Tomas tertawa. Yudas melompat bangun seolah dia ingin bereaksi. Tetapi dia mengendalikan diri dan turun ke bawah dan lalu berjalan pergi melintasi ladang-ladang.

Ada keheningan… Kemudian Andreas berkata: "Gagasannya tidak sama sekali salah. Sesungguhnya orang akan berkata bahwa Setan menguasai hanya indera: penglihatan, pendengaran, perkataan dan otak. Tetapi, Guru, bagaimanakah perbuatan-perbuatan jahat tertentu dapat dijelaskan? Apakah itu bukan kerasukan? Doras, misalnya?..."

"Doras, seperti katamu, untuk tidak menjadi tanpa cinta kasih terhadap siapa pun, dan kiranya Allah mengganjarimu untuk itu, atau Maria, seperti kita semua tahu, dan dia adalah yang pertama tahu, sesudah petunjuk-petunjuk jelas yang tanpa kasih dari Yudas, adalah mereka yang secara lebih sepenuhnya dirasuki oleh Setan, yang memperluas kuasanya atas ketiga kuasa besar manusia. Itu adalah kerasukan yang paling menindas dan tidak kentara, dari mana hanya mereka yang dapat membebaskan diri mereka sendiri yang sangat sedikit direndahkan dalam jiwa mereka sehingga masih dapat mengenali undangan dari Terang. Doras tidak cabul. Tetapi bahkan meski begitu dia tidak mau datang kepada sang Penebus. Dan itulah di mana terletak perbedaannya. Yakni, sementara dalam kasus orang-orang yang gila, bisu, tuli, buta sebab kerasukan roh jahat, sanak keluarga mereka berupaya dan melakukan apa yang perlu untuk membawa mereka kepada-Ku, dalam kasus mereka yang rohnya dirasuki, hanya roh mereka yang dapat mencari kebebasan. Itulah sebabnya mengapa mereka diampuni sekaligus dibebaskan. Sebab adalah kehendak mereka untuk memulai perlawanan terhadap perbudakan roh jahat. Dan sekarang marilah kita pergi dan beristirahat. Maria, sebab kau tahu bagaimana rasanya dijerat, berdoalah bagi mereka yang memberikan diri mereka sendiri dari waktu ke waktu pada perbuatan si Musuh, dengan berbuat dosa dan menyebabkan kesedihan."

"Ya, Guru-ku. Akan aku lakukan. Dan tanpa prasangka buruk apapun."

Sumber :http://yesaya.indocell.net/




WONDERFUL INDONESIA
Image result for candi di jawa Tengah
Prambanan Temple, Middle Java-Indonesia
  
Borobudur Temple, Middle Java-Indonesia
Image result for candi di jawa Tengah
Plaosan Temple, Middle Java-Indonesia
Sukuh Temple, Middle Java-Indonesia
Mendut Temple, Middle Java-Indonesia
Sewu Temple, Middle Java-Indonesia
Lumbung Temple, Middle Java-Indonesia