Selasa, 28 Mei 2013

Kisah Inspiratif
Kasih Anak terhadap Orang Tua


"Mama, kami menunggumu.” 
 Kisah Zhang Da (15 thn) yang mengharap kehadiran ibunya !!!
 
Marilah kita belajar dari perjuangan hidup seorang anak miskin bagaimana ia bisa memelihara cinta dengan menjaga komitmen melalui perhatian dan pengabdian, kerja keras dan pantang menyerah. ……..
Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa (U hao)”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.

Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.
Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin.
 
Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.
Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.

Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
 
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,

“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah?

Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir.
Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu.”
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,

“Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah !!!”

Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya?
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.
Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman.
Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.

Sumber :http://ratnaariani.com/2013/02/05/mama-kami-menunggu-mu-kisah-zhang-da-15-thn-yang-mengharap-kehadiran-ibunya/ 



Kisah Mengharukan Anak 6 Tahun,
Memulung Demi Menghidupi Ayahnya yang Lumpuh



Satu lagi sebuah kisah yang sangat mengharukan dari Negeri Tirai Bambu, seorang anak kecil di Dajiyuan, menghidupi ayahnya yang lumpuh dengan menjadi seorang pemulung. Karena ayahnya lumpuh bertahun-tahun, anak yang baru berumur 6 tahun ini terpaksa memikul tanggung jawab rumah tangga. Selain setiap hari mencuci muka ayahnya, memijat dan memberi makan, dia masih bersama ibunya mengambil botol air mineral bekas sebagai tambahan pendapatan keluarga. Cerita Tse Tse ini banyak menyentuh hati teman di internet, hanya beberapa jam, sudah puluhan ribu orang yang mengkliknya.

Begitu sampai di rumah, Tse Tse langsung sibuk menyiapkan seember air, lantas dengan tangannya yang mungil ia memeras selembar handuk yang besar, karena handuk terlalu besar buat dia, Tse Tse membutuhkan 3 sampai 4 menit baru bisa mengeringkannya, kemudian dengan handuk itu dia menyeka wajah ayahnya dengan lap itu. Dia sangat teliti melapnya, sepertinya khawatir kurang bersih. Setelah selesai, Tse Tse kemudian berjingkat melap punggung ayahnya, di belakang, selesai semua, dengan puas dia tersenyum ke ayahnya.

Tse Tse tahun ini berumur 6 tahun, baru kelas 1 SD, tinggal di jalan Baoan, desa Nantong, papanya Xiong Chun pada 5 tahun lalu tiba-tiba menderita otot menyusut, di bawah leher semua lumpuh, untuk mengobati penyakitnya dia telah menghabiskan semua tabungannya. Sekarang, keluarga yang beranggotakan 3 orang ini hanya mengandalkan ibunya yang bekerja di pabrik, dengan penghasilan kecil itulah mereka bertahan hidup.

Di sekolah Houde, anak yang seumur dengannya dengan ceria bergandeng tangan dengan orang tuanya sambil berjalan, namun Tse Tse malah harus sekuat tenaga mendorong ayahnya pulang. Ketika mau menyeberang jalan, dia akan berhenti sejenak, menoleh kendaraan yang lalu lalang, setelah aman dia baru menyeberang. Setiap ketemu tempat yang tidak rata, Tse Tse harus mengeluarkan tenaga ekstra menaikkan roda depan, menarik kursi roda itu dari belakang, wajahnya yang mungil sampai terlihat kemerahan. Dari sekolah sampai rumah jaraknya sekitar 1.500 meter, harus ditempuh selama 20 menit.

Satu keluarga 3 orang menempati rumah 8 m2
Rumah Tse Tse adalah sebuah rumah dengan kamar kecil seukuran 8 m2, hanya besi seng menutupi atap yang menghalangi cahaya masuk ke kamar, di atap tergantung sebuah lampu energi kecil. Dalam rumah penuh debu, yang paling mencolok adalah penghargaan Tse Tse yang tergantung di dinding. Terhadap sekeluarga yang pendapatan bulanannya hanya sekitar 1.000 RMB (Rp. 1,5 juta) bisa dikatakan, sebuah TV 21″ sudah merupakan barang mewah.

Sebuah ranjang atas dan bawah sudah memenuhi seluruh kamar, di atasnya penuh dengan barang pecah belah, hanya tersisa sedikit ruang kecil. Xiong Chun berkata, itu adalah ranjang Tse Tse. Sebuah meja lipat tergantung di dinding, itu adalah meja belajar Tse Tse, juga adalah meja makan keluarga.

Di samping pintu yang luasnya tidak sampai 1 m2, ada “dapur” yang dibuatnya sendiri, di samping kompor masih tersisa sebatang kubis. “Makanan dan minyak di rumah semua diberikan oleh teman mamanya, satu hari tiga kali makan, cuma makan malam yang agak lumayan, di rumah jarang makan daging, namun setiap minggu mereka akan mengeluarkan sedikit biaya untuk mengubah kehidupan anaknya, namun setiap kali makan, Tse Tse akan membiarkan saya makan dulu, baru dia makan.” Kata Xiong Chun.

Setiap hari memijat papanya 3 kali
Mama Tse Tse bekerja di pabrik, setiap siang hari dia akan menyisakan sedikit waktu pulang ke rumah menanak nasi untuk suaminya, setelah menyuapi dia segera balik ke pabrik bekerja, tanggung jawab merawat suaminya semua di bebankan ke pundak Tse Tse.





Xiong Chun memberitahu wartawan, setiap pagi jam 6.30 begitu jam alarm berbunyi, Tse Tse akan bangun, cuci muka dan sikat gigi, dia juga membantu papanya mencuci muka, selesai itu dia akan memijat tangan dan kaki papanya, kira-kira 10 menit. Pulang sekolah sore, dia akan memijat papanya lagi, malam setelah memandikan papanya, dia akan memijat papanya lagi, baru tidur.

“Agar bisa lebih banyak membantu mamanya, Tse Tse kadang-kadang ikut mamanya memungut barang bekas untuk menambah penghasilan keluarga.” Xiong Chun sangat sayang anaknya. Tetangga di sekeliling sangat terharu dan mengatakan: “Tse Tse sangat mengerti. Kita semua merasa bangga ada anak seperti ini.”

Boneka 5 Yuan yang paling disukainya
 Mama membawa dia memungut botol air bekas untuk menambah penghasilan. Suatu ketika, Tse Tse memungut satu mainan mobil plastik bekas di tempat sampah, dia bagaikan mendapat barang pusaka, setiap hari akan main sebentar dengan mobil plastiknya itu. Yang Xianfui berkata, kemarin mama dan anak pergi memungut besi bekas, bisa dijual 20 Yuan.

Tse Tse dengan tekun merawat papanya
Tse Tse punya satu boneka kecil yang lucu, itu yang paling disayanginya. Malam hari juga mengendongnya tidur. “Dia melihat boneka itu di toko, beberapa kali dia memintanya, 5 Yuan, saya tidak tega terus, akhirnya saya nekat membelikannya,” Kata Xiong Chun.
Begitu Tidak Boleh Sekolah, Langsung Menangis

Untuk mengirit biaya listrik,setiap hari begitu pulang sekolah Tse Tse akan memindahkan “Meja kecilnya” keluar, mengejar siang hari menyelesaikan PR-nya. “Uang sekolahnya setahun sekitar 3.000 sampai 4.000, kami tidak sanggup. Karena tidak ada uang, tahun ini saya juga melepaskan berobat lagi,” kata Xiong Chun. Beberapa waktu yang lalu, dia berbicara dengan istrinya agar Tse Tse berhenti sekolah saja, Tse Tse begitu tahu langsung menangis.

Xiong Chun berteriak, “Hidup normal saja bermasalah, masih harus kasih dia sekolah, sungguh susah, bila sudah tidak mungkin, biar dia berhenti saja.” Tse Tse yang sedang bermain boneka, begitu mendengar kata papanya, langsung menangis. Xiong Chun menarik Tse Tse ke sisinya, membujuk: “Papa akan usahakan kamu sekolah, biar kamu bisa sekolah!” Setelah dibujuk beberapa kali, Tse Tse baru berhenti menangis, dengan tangan mungilnya dia menyeka air matanya.

“Terhadap Tse Tse, saya sungguh menyesal….,” sambil menangis tersedu, Xiong Chun sudah tidak dapat berkata lagi. Xiong Chun berkata: “Saya percaya pasti akan sembuh, Tse Tse adalah harapan saya.”


Semoga Kisah Ini Menjadi Inspirasi Bagi Kita Untuk Lebih Menyayangi, Menghargai Dan Merawat Orang Tua Kita ..... JAdilah Anak Yang Baik Bagi Orang Tua Kita ..... Tuhan Memberkati
Sumber: http://19malaikatkecil.blogspot.com/2012/08/kisah-mengharukan-anak-6-tahun-memulung.html


Katedral Tulang-belulang dan Kisah 813 Martir Otranto



Ini adalah salah satu katedral Katolik yang unik dan khas sekaligus indah namun juga mungkin horor bagi kebanyakan orang Indonesia.


Tulang Martir-martir Otranto


Ini adalah Katedral Keuskupan Agung Otranto di wilayah Puglia, Italia. Nama Katedral ini adalah Katedral Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga. Di belakang altar kapel dan tabernakel yang diatasnya terdapat patung Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus, tengkorak dan tulang belulang sebagian dari 813 Martir Otranto disusun sedemikian rupa di balik jendela kaca tembus pandang. Dengan demikian, seandainya kita menghadiri Misa Kudus di sini, di depan mata kita akan terpampang tengkorak dan tulang-belulang para Martir Otranto. Ya, hal ini dilakukan untuk mengenang dan menghormati 813 Martir Otranto yang pada tahun 1480 dieksekusi oleh tentara Kesultanan Turki Ottoman. Tulang belulang Para Martir Otranto ini menjadi relikui paling berharga dari Katedral Otranto.


Bagaimanakah kisah 813 Martir Otranto ini?

Martir Otranto


Otranto adalah kota di tepi laut, terletak di Italia Selatan. Kesultanan Islam Turki Ottoman yang saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad II merencanakan kampanye militer yang disebut Invasi Italia dengan target utamanya adalah kota Roma setelah berhasil menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453. Turki Ottoman berencana masuk ke Italia dari kota pelabuhan di laut Adriatik, Brindisi. Tetapi karena cuaca buruk yang menghalangi, mereka mengalihkan rute menuju Otranto. Pada 28 Juli 1480, pasukan perang Turki Ottoman dipimpin oleh Gedik Ahmed Pasha tiba di Otranto dan mengultimatum Otranto untuk menyerah dan masuk Islam. Bila menolak, Ahmed Pasha mengancam akan menyerang Otranto. Otranto menolak untuk masuk Islam dan memilih berperang. Kekuatan Turki Ottoman adalah 18.000 infanteri dengan 700 kavaleri dan 128 kapal perang. Sementara kekuatan pasukan di Otranto tidak diketahui dengan detail kecuali bahwa terdapat 2.100 tentara infanteri dari Hongaria dan satu garnisun berkekuatan 400 orang dipimpin oleh Francesco Zurlo.


Setelah 2 minggu bertempur, kota Otranto akhirnya jatuh ke tangan Turki Ottoman pada tanggal 11 Agustus 1480. Semua pria berusia di atas 15 tahun dibunuh sementara wanita dan anak-anak ditangkap untuk dijadikan budak. 813 orang yang selamat mengungsi dan berdoa di dalam katedral Otranto bersama Uskup Agung Otranto, Stefano Agricoli de Pendinelli. Ahmed Pasha sekali lagi mengultimatum mereka agar masuk Islam dan mengancam akan membunuh mereka bila mereka menolak. Uskup Pendinelli bersama orang-orang Otranto menolak, mereka memilih iman Katolik mereka ketimbang menjadi Islam. Mereka lebih memilih Tuhan Yesus daripada Muhammad.

Melihat hal ini, Ahmed Pasha memerintahkan penyerangan terhadap Katedral Otranto. Uskup Agung Stefano Agricoli de Pendinelli ditangkap dan akhirnya dipenggal. Kepala Uskup Agung Pendinelli lalu ditunjukkan kepada orang-orang Otranto yang selamat. Hal ini dilakukan untuk menjatuhkan iman orang-orang Otranto. Tetapi, seorang penjahit tua, Antonio Pezulla yang dikenal dengan nama Antonio Il Primaldo, tampil ke depan dan berseru kepada Ahmed Pasha bahwa ia tidak akan mengkhianati imannya kepada Kristus. Keberanian Antonio Primaldo ini membakar juga keberanian orang-orang Otranto lainnya. Mereka menolak untuk menjadi Islam. Perkataan Antonio Primaldo terekam dalam kronik yang ditulis oleh Giovanni Laggetto dalam Historia della guerra di Otranto del 1480:

Saudara-saudaraku, sampai hari ini kita telah berjuang mempertahankan negeri kita, menyelamatkan hidup kita, dan untuk tuan-tuan kita; sekarang adalah waktunya kita berjuang untuk menyelamatkan jiwa kita bagi Tuhan yang telah wafat di kayu salib untuk kita. Adalah baik bahwa kita hendaknya wafat bagi Dia, berdiri dengan teguh dan tetap dalam iman dan bersama dengan kematian duniawi ini, kita akan memenangkan kehidupan abadi dan kemuliaan para martir.

Tubuh Santo Antonio Primaldo yang tetap berdiri meski dieksekusi



Merasa terhina akan penolakan ini, Ahmed Pasha akhirnya melaksanakan ancamannya. Orang-orang ini dibawa ke puncak bukit Minerva dan di sana mereka satu per satu dipenggal. Sebuah kronik oleh Saverio de Marco berjudul Compendiosa istoria degli ottocento martiri otrantini mencatat bahwa Antonio Primaldo adalah orang pertama yang dipenggal namun hanya kepalanya saja yang jatuh sementara tubuhnya tetap berdiri sampai para algojo mengeksekusi orang terakhir. Melihat hal ini, seorang algojo, Bersabei, bertobat dan akhirnya dibunuh oleh rekannya.

Antonio Primaldo dan Para Martir Otranto dieksekusi pada tanggal 14 Agustus 1480. Selama setahun, tubuh-tubuh para martir terbaring tanpa dikuburkan di tempat eksekusi dan akhirnya ditemukan oleh tentara-tentara yang dikirim untuk membebaskan Otranto. Pada Juni 1481, mereka dimakamkan di gereja terdekat dengan bukit Minerva dan pada 13 Oktober dipindahkan ke dalam Katedral Otranto. Pada tahun 1490, Raja Alfonsus dari Aragon dengan upacara meriah memindahkan sejumlah tubuh para martir ke Naples, yang sekarang dirawat dan dihormati di Gereja Santa Katarina di Formello. Pada tahun 1500, sebuah kapel didirikan di dalam Katedral Otranto untuk relikui Para Martir.

Pada 14 Desember 1771, Antonio Primaldo bersama Para Martir Otranto dibeatifikasi oleh Paus Klemens XIV. Pada tanggal 12 Mei 2013 yang lalu, Paus Fransiskus mengkanonisasi Beato Antonio Primaldo dan Para Martir Otranto. Sekarang kita bisa memanggil mereka: “Santo Antonio Primaldo dan Para Martir Otranto”. Pesta mereka dirayakan pada tanggal 14 Agustus, secara meriah tentunya dirayakan di Keuskupan Agung Otranto di mana keesokan harinya, tanggal 15 Agustus, Gereja Universal merayakan Hari Raya Santa Maria Diangkat Ke Surga.

Secara sejarah, perjuangan orang-orang Otranto membuat Raja Ferdinandus I dari Naples memiliki waktu setidaknya 2 minggu untuk mengumpulkan dan mempersiapkan pasukan menghadapi Invasi Turki Ottoman. Pada akhirnya Otranto berhasil direbut kembali oleh Raja Ferdinandus dari tangan Turki Ottoman.

Tapi secara iman, orang-orang Otranto memberikan kita kesaksian iman yang besar yang lebih memilih kehilangan nyawa demi iman mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Kisah mereka dapat meneguhkan iman Katolik kita. 
 
 
Sumber: http://www.indonesianpapist.com/2013/05/katedral-tulang-belulang-dan-kisah-813.html


Statistik Gereja Katolik Dalam Buku Tahunan Kepausan 2013




 
Jumlah umat Katolik secara global tidak banyak berubah yaitu pada angka 1,214 milyar jiwa, meningkat sedikit lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan global untuk periode 2010/2011. Jumlah imam (religius dan diosesan) tumbuh terutama karena kenaikan panggilan di Asia dan Afrika yang membantu menyeimbangkan penurunan di Eropa (turun 9% pada dekade terakhir).

Hal yang sama tidak terjadi pada jumlah biarawati dengan kecenderungan menurun sebesar 10% selama dekade terakhir. Akan tetapi, mungkin statistik paling mengejutkan yang terungkap dalam Annuario Pontificio (Buku Tahunan Kepausan) 2013 adalah ledakan pertumbuhan panggilan diakonat permanen, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat di mana jumlah diakon permanen meningkat lebih dari 40% dalam dekade terakhir.

Buku Tahunan Kepausan 2013 dipresentasikan kepada Bapa Suci pada hari Senin, 13 Mei 2013, oleh Sekretaris Negara Vatikan - Tarcisio Kardinal Bertone dan Pejabat Urusan Umum - Uskup Agung Angelo Becciu. Persiapan buku tahunan baru ini disunting oleh Monsinyur Vittorio Formenti yang bertanggungjawab atas Biro Pusat Statistik Gereja, oleh Prof. Enrico Nenna dan kerabat kerja lainnya.




Pada waktu yang sama, Annuarium Statisticum Ecclesiae (Buku Tahunan Statistik Gereja) tahun 2011 yang juga disunting oleh kantor yang sama dipresentasikan pula kepada Bapa Suci. Kedua volume buku ini akan segera dijual di toko-toko buku.

Bapa Suci menunjukkan rasa syukur atas penyajian tersebut dan memperlihatkan ketertarikan pada angka-angka yang tergambar di dalamnya. Paus mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah berkontribusi kepada edisi baru dari kedua buku tahunan itu.

Data yang terekam menunjukkan statistik baru sehubungan dengan kehidupan Gereja Katolik di dunia, sepanjang tahun 2012 dan sampai pada pemilihan Paus Fransiskus.

Selama periode ini, 11 keuskupan baru, 2 ordinariat personal, 1 vikariat apostolik dan 1 prefektur apostolik didirikan. 1 prelatur teritorial dinaikkan ke status keuskupan dan 2 eksarkat apostolik (yurisdiksi untuk Katolik Timur, setara vikariat apostolik) dinaikkan menjadi eparki (untuk Katolik Timur, setara keuskupan).

Data statistik dari Annuarium Statisticum merujuk kepada tahun 2011 menyoroti aspek-aspek kehadiran dan pelayanan Gereja Katolik di 2.979 yurisdiksi gerejawi di seluruh dunia.

Jumlah umat Katolik di seluruh dunia meningkat dari 1,196 milyar di tahun 2010 menjadi 1,214 milyar di tahun 2011, meningkat 1,5%. Dan karena pertumbuhan ini hanya sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk bumi (1,23%), kehadiran umat Katolik di dunia pada dasarnya tetap tidak berubah (17,5%). Analisis teritorial dari perubahan-perubahan dalam periode ini menunjukkan peningkatan sebesar 4,3% umat Katolik di Afrika yang populasinya meningkat 2,3%. Asia juga mencatat peningkatan jumlah umat Katolik yang lebih besar dibandingkan kenaikan populasi (2,0% versus 1,2%). Pertumbuhan jumlah umat Katolik di Amerika dan Eropa tetap stabil, sejalan dengan pertumbuhan populasi (0,3%). Di tahun 2011, jumlah Katolik terbaptis yang tersebar di seluruh benua adalah: 16,0% di Afrika, 48,8% di Amerika, 10,9% di Asia, 23,5% di Eropa dan 0,8% di Oseania.

Jumlah uskup di dunia meningkat dari 5.104 di tahun 2010 menjadi 5.132 di tahun 2011 dengan peningkatan relatif 0,55%. Kenaikan khususnya terjadi di Oseania (4,6%) dan Afrika (+1,0%) sedangkan Asia dan Eropa sedikit di atas rata-rata global. Amerika tidak mencatat perubahan apapun. Meskipun begitu, penyebaran para uskup di berbagai benua tetap stabil selama periode terakhir dengan Amerika dan Eropa sendiri tetap mewakili hampir 70% dari total jumlah uskup.

Secara global, kehadiran para imam diosesan dan religius telah meningkat dari waktu ke waktu, tumbuh dalam dekade terakhir dari 405.067 per tanggal 31 Desember 2001 menjadi 413.418 per tanggal 31 Desember 2011 (+2,1%). Namun, evolusi ini tidak seragam di area geografis yang berbeda. Dinamika jumlah imam di Afrika dan Asia agak menghibur dengan masing-masing penambahan +39,5% dan +32,0% (dan dengan peningkatan lebih dari 3.000 orang untuk dua benua itu di tahun 2011 saja), sementara Amerika tetap tak berubah sekitar rata-rata dari 122.000 orang. Eropa, bertentangan dengan rata-rata global, menunjukkan penurunan lebih dari 9% dalam dekade terakhir.

Diakon permanen sedang meledak baik secara global maupun di masing-masing benua dengan jumlah keseluruhan 29.000 lebih di tahun 2001 menjadi sekitar 41.000 pada satu dekade kemudian, dengan variasi lebih dari 40%. Eropa dan Amerika mencatat tren yang paling signifikan dan meningkat. Faktanya, diakon Eropa yang di tahun 2001 berjumlah sedikit lebih banyak dari 9.000 menjadi hampir 14.000 di tahun 2011, meningkat lebih dari 43%. Di Amerika jumlahnya meningkat dari 19.100 di tahun 2001 menjadi lebih dari 26.000 di tahun 2011. Dari kedua benua itu saja mencatat angka 97,4% dari jumlah keseluruhan di dunia dengan sisanya 2,6% terbagi antara antara Afrika, Asia dan Oseania.

Kelompok hidup bakti yang bukan imam terus dengan teguh membangun dirinya selama dekade terakhir dan mencatat angka lebih dari 55.000 pada di tahun 2011. Di Afrika +18,5% dan di Asia +44,9%. Tahun 2011, jumlah dari kedua benua ini lebih dari 36% dari total jumlah keseluruhan (dibandingkan dengan tahun 2001 yang kurang dari 28%). Sebaliknya, jumlah yang tercatat di Eropa (-18%), Amerika (-3.6%) dan Oseania (-21,9%) turun hampir 8 persen selama dekade terakhir.

Tren yang sangat menurun terjadi pada jumlah biarawati dengan penurunan sebesar 10% dari tahun 2001 hingga tahun 2011. Jumlah biarawati, yang di tahun 2001 sebesar 792.000, sekarang atau sepuluh tahun kemudian hanya 713.000 lebih. Penurunan khususnya terjadi di tiga benua (Eropa, Amerika dan Oseania), dengan variasi signifikan (-22% di Eropa, -21% di Oseania, dan -17% di Amerika). Meskipun begitu, di Afrika dan Asia terjadi peningkatan terus-menerus, lebih dari 28% di Afrika dan 18% di Asia. Dengan demikian, jumlah biarawati di Afrika dan Asia di luar jumlah keseluruhan meningkat dari 24,4% menjadi sekitar 33%. Sedangkan Eropa dan Amerika masing-masing turun 74% sampai 66%.

Kandidat-kandidat imam diosesan dan religius secara global bertambah dari 112.244 tahun 2001 menjadi 120.616 tahun 2011, meningkat sebesar 7,5%. Perubahan ini sangat berbeda di berbagai benua. Sementara Afrika (+30,9%) dan Asia (+29,4%) menunjukkan pertumbuhan yang baik, Eropa dan Amerika mencatat penurunan masing-masing sebesar 21,7% dan 1,9%. Akibatnya, kita amati penurunan kontribusi benua Eropa untuk pertumbuhan potensial dari pembaharuan kehidupan imamat, dengan kuota yang turun dari 23,1% menjadi 16,8% dibandingkan dengan perkembangan dari benua Afrika dan Asia.

Diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari
news.va
pax et bonum 

Minggu, 12 Mei 2013

Nasihat terhadap Percabulan (1Kor 6:12-20)




percabulan Di dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, nampaknya dosa percabulan adalah dosa yang semakin marak dilakukan. Hal ini sebetulnya memprihatinkan, sebab sepertinya zaman ini masih mirip dengan zaman di abad pertama, saat Rasul Paulus juga menghadapi situasi serupa dalam kehidupan masyarakat di Korintus. Sejarah manusia yang sudah melewati masa 2000 tahun setelah zaman Yesus Kristus nampaknya masih belum beranjak dari dosa yang satu ini. Marilah kita bersama melihat, apakah sebenarnya yang diajarkan oleh firman Tuhan tentang hal ini. Berikut ini adalah keterangan mengambil sumber utama dari penjelasan The Navarre Bible, tentang perikop tersebut:[1]
Latar belakang

Di perikop ini Rasul Paulus membahas tentang beratnya dosa percabulan/ ketidakmurnian. Kemerosotan moral yang terjadi di masyarakat sebelum kedatangan Yesus (lih. Rom 1:18-22) telah mengakibatkan beberapa bangsa pagan kehilangan perasaan berdosa dalam hal dosa seksual. Oleh sebab itu Rasul Paulus kerap mengingatkan beratnya dosa ini kepada orang-orang Kristen yang dilahirkan sebagai bangsa pagan (lih. Kis 15:29; 1 Tes 4:3-5).

Situasi di Korintus juga cukup serius. Sebagai kota pelabuhan, kota ini terkenal sebagai tempat persinggahan dan marak dengan dosa seksual. Banyak orang di Korintus menyembah dewi Aphrodite, dan pelacuran dipandang sebagai konsekrasi terhadap dewi tersebut. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat Korintus yang berasal dari masyarakat pagan ini, akan seriusnya dosa percabulan, dan menolak alasan apapun untuk membenarkannya (ay. 12-14). Rasul Paulus menjelaskannya mengapa dosa tersebut menentang Kristus (ay. 15-18) dan Roh Kudus (ay. 19-20).
Renungan

ay. 12-14. “Segala sesuatu halal bagiku.” Rasul Paulus menggunakan ekspresi ini untuk menjelaskan tentang kemerdekaan Kristiani, jika dibandingkan dengan ketentuan hukum Taurat Yahudi tentang kenajisan menurut hukum, makanan, pelaksanaan Sabat, dst, untuk menekankan kemerdekaan yang diperoleh Kristus bagi manusia melalui wafat-Nya di salib (lih. Gal 4:31). Kemerdekaan ini maksudnya adalah umat Kristen tidak lagi menjadi hamba dosa, -dan dengan mengambil bagian dalam Baptisan Kristus yang adalah Raja- telah memperoleh kuasa juga atas hal-hal duniawi. Namun banyak orang mengartikan ini dan menggunakan kebebasan mereka sebagai “excuse“/ pembenaran untuk hidup tanpa mengindahkan perintah-perintah Tuhan. Rasul Paulus menjelaskan bahwa apa yang tidak menentang hukum-hukum Tuhan adalah sesuatu yang diizinkan, dan apa yang menentang hukum Tuhan artinya adalah jatuh kembali kepada perbudakan yang lama [yaitu perbudakan dosa].

Bapa Gereja, Origen di abad ke 2 menjelaskan, “Tidaklah dapat terjadi, bahwa jiwa harus berjalan tanpa siapapun yang membimbingnya; itulah sebabnya mengapa jiwa yang telah dibebaskan dengan Kristus sebagai Raja-nya; mengalami bahwa beban-Nya mudah dan ringan (lih. Mat 11:30)- berbeda dengan iblis yang menguasai dengan jalan yang membebani/ memberatkan. (Origen, In Rom. Comm., V.6). Janji Kristus bahwa Ia akan menyertai kita untuk melaksanakan hukum-hukum-Nya, seharusnya menjadi penyemangat bagi kita. Sebab oleh bantuan rahmat-Nya, apa yang nampaknya sulit ataupun mustahil di mata dunia, akan mampu kita laksanakan dengan gembira, contohnya, untuk tetap setia dalam perkawinan bagi pasangan suami istri, dan hidup selibat bagi kaum religius.

Kesetiaan ini nampaknya sulit dicapai, jika kita memakai kacamata dunia, yang menganggap bahwa dosa ketidakmurnian adalah kebutuhan yang wajar bagi tubuh, seperti halnya makanan. Rasul Paulus menolak anggapan ini, dengan menjelaskan bahwa hubungan antara makanan dan perut tidak sama dengan antara tubuh dan percabulan. Bahkan tubuh-pun tidak harus diarahkan untuk perkawinan, sebab walaupun perkawinan diperlukan untuk meneruskan generasi manusia, namun perkawinan tidak mutlak bagi setiap orang (lih. St. Pius V Catechism, II, 8,12). Rasul Paulus menempatkan tubuh di ranah yang lebih tinggi: “Tubuh untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh”, dan adalah kehendak Tuhan untuk mengangkat tubuh -melalui kebangkitan badan- agar hidup kembali di Surga kelak (lih. Rom 8:11), di mana makanan atau apapun sehubungan dengan kebutuhan jasmani tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh.

Dengan mengarahkan keseluruhan pribadi manusia- jiwa dan tubuh- kepada Tuhan, maka kebajikan kemurnian mempunyai sifat positif yang tinggi. Dengan kebajikan ini kita mempunyai kecenderungan untuk mengisi hati kita dengan kasih kepada Tuhan, yang telah memanggil kita bukan untuk melakukan kecemaran, melainkan untuk hidup di dalam kekudusan (lih. 1 Tes 4:7). Jose Maria Escriva Yang Terberkati mengatakan, “Jika seseorang mempunyai Roh Allah, kemurnian bukanlah merupakan suatu beban yang sukar dan memalukan, tetapi suatu peneguhan yang menggembirakan… Untuk menjadi murni, kita perlu menundukkan perasaan di bawah akal budi, tetapi untuk maksud yang murni, yaitu demi menanggapi tuntutan Kasih…. Kebajikan kemurnian ini seumpama sayap yang memampukan kita untuk membawa ajaran Tuhan, perintah-perintah-Nya, ke manapun di dunia ini, tanpa takut bahwa kitapun akan menjadi tercemar di dalam prosesnya. Sayap, bagi burung, adalah sebuah beban…. Tetapi tanpa sayap, burung tak dapat terbang…. [Ingatlah], jangan menyerah ketika kamu merasakan sengat pencobaan, dengan anggapan bahwa kemurnian adalah suatu beban yang tak dapat dipikul. Tabahlah! Terbanglah yang tinggi, menuju matahari, untuk mencapai Sang Kasih.” (Blessed Jose Maria Escriva, Friends of God, 177)

ay. 15-18. Rasul Paulus menjelaskan betapa besar pelanggaran dosa percabulan di mata Tuhan Yesus. Seorang Kristiani telah menjadi anggota Tubuh Kristus melalui Baptisan. Ia harus hidup dalam hubungan yang erat dengan Kristus, dengan mengambil bagian/ menerima hidup dari Kristus itu sendiri (lih. Gal 2:20), menjadi “satu Roh dengan Dia” (lih. Rom 12:5; 1Kor 12:5). Ketidakmurnian seksual (percabulan) adalah dosa yang berat karena dengan dosa ini, seseorang memutuskan hubungannya dengan tubuh Kristus, untuk menjadi satu tubuh dengan pelacur (lih. ay.16). Oleh karena itu, dosa percabulan adalah dosa melawan tubuh sendiri yang adalah bagian dari Tubuh Mistik Kristus, dan juga dosa melawan Kristus yang menghendaki kemurniannya.

“Jauhkanlah dirimu dari percabulan” adalah jalan yang harus ditempuh ketika kita sedang dicobai dalam hal kemurnian. Pencobaan melawan kebajikan yang lain dapat diatasi dengan menempatkan penahan, tetapi dalam hal ini, St. Thomas Aquinas mengajarkan, “seseorang tidak akan menang dengan menempatkan penahan, sebab semakin seseorang memikirkan tentang hal tersebut, semakin ia akan terpengaruh olehnya. Ia akan menang jika ia lari daripadanya – yaitu dengan menghindari pikiran-pikiran yang cemar itu sepenuhnya dan dengan menghindari semua kesempatan untuk berbuat dosa” (St. Thomas Aquinas, Commentary on 1 Cor, ad loc.) St. Yohanes Vianney memberikan tips serupa untuk melaksanakan kemurnian, demikian, “Pertama, waspadalah terhadap apa yang kita lihat, dan apa yang kita pikirkan, kita katakan dan kita lakukan; kedua, berlindunglah pada kekuatan doa; ketiga, seringlah menerima sakramen dengan pantas; keempat, larilah dari apapun yang dapat mencobai kita terhadap dosa ini, kelima, milikilah devosi kepada Perawan Maria yang terberkati. Jika kita melakukan semua ini, maka, tak peduli apapun yang dilakukan oleh musuh-musuh kita (si Jahat), dan tak peduli apakah kebajikan yang kita miliki masih sangat rapuh, namun kita dapat yakin bahwa kita sedang bertahan di dalamnya [dalam kebajikan kemurnian tersebut].” (St. John Mary Vianney, Sermon on the seventeenth Sunday after Pentecost, II).

ay. 19-20. Percabulan bukan hanya adalah pencemaran terhadap Tubuh Kristus, tetapi juga pencemaran terhadap bait Roh Kudus – sebab Tuhan berdiam/ tinggal di dalam jiwa, melalui rahmat sebagaimana di dalam kenisah (lih. 1 Kor 3:16-17). “Doa kontemplatif akan naik di dalam dirimu, ketika kamu merenungkan kenyataan yang sangat mengesankan ini: ‘Sesuatu yang bersifat material seperti tubuhku telah dipilih oleh oleh Roh Kudus untuk menjadi tempat kediaman-Nya ….. Aku tidak lagi menjadi milik diriku sendiri …. Tubuh-ku dan jiwa-ku, keseluruhan diriku, adalah milik Tuhan ….’ Dan doa ini mempunyai banyak konsekuensi praktis, yang berasal dari konsekuensi besar yang diajarkan oleh Rasul Paulus: “muliakanlah Tuhan dengan tubuhmu” (1 Kor 6:20). (Blessed Jose Maria Escriva, Conversations, 121).

“Kamu telah dibeli dan hargamu telah dibayar”: Penebusan kita oleh Kristus, yang diperoleh dari wafat-Nya di salib, adalah harga yang dibayar untuk menebus umat manusia dari dosa dan kematian. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1Pet 1:18-19; Ef 1:7). Itulah sebabnya, kita bukanlah lagi milik diri kita sendiri, kita sekarang adalah milik Kristus. Kita semua adalah anggota Kristus, bait Allah Roh Kudus. Permenungan akan kebenaran ini seharusnya senantiasa memimpin umat Kristiani untuk hidup sesuai dengan panggilannya, sebagai anak-anak angkat Allah.

Paus Leo Agung mengatakan, “Umat Kristiani, ingatlah akan siapa dirimu; kamu telah mengambil bagian dalam kodrat Tuhan. Maka, jangan berpikir untuk kembali kepada perbuatan jahatmu yang dahulu. Ingatlah akan Siapa kepalamu sekarang, dan yang tubuh-Nya kamu adalah anggotanya. Jangan lupa bahwa kamu telah dibebaskan dari kuasa kegelapan dan dibawa kepada terang, kepada Kerajaan Allah. Terima kasih kepada sakramen Baptis, engkau telah menjadi bait Allah Roh Kudus. Jangan berpikir untuk mengusir Sang Tamu Agung dengan berbuat kejahatan; jangan berpikir untuk menundukkan dirimu kepada perbudakan setan, sebab harga yang telah dibayar untukmu adalah darah Kristus” (St. Leo the Great, First Nativity Sermon).

ay. 20. “Maka muliakanlah Allah dengan tubuhmu”. Ajaran ini adalah konsekuensi logis dari ajaran Rasul Paulus lainnya yang mengatakan, “Kemurnian sebagai sebuah kebajikan, adalah kemampuan untuk menguasai tubuh sendiri di dalam kekudusan dan penghormatan (lih. 1 Tes 4:4). Sejalan dengan kurnia kemurnian sebagai buah dari berdiamnya Roh Kudus dalam tubuh bagaikan kenisah, menghasilkan martabat yang sedemikian tinggi dalam hubungan yang erat dengan Tuhan sendiri, sehingga Allah dimuliakan dalam tubuh kita. Kemurnian adalah kemuliaan tubuh manusia di mata Tuhan. Kemurnian adalah kemuliaan Tuhan di dalam tubuh manusia” (Paus Yohanes Paulus II, General Audience, 18 March 1981).

Dalam penjelasan tentang ayat ini, St. Yohanes Krisostomus mengingatkan tentang apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Mat 5:16- “agar mereka dapat melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu yang di Surga”- untuk menunjukkan bahwa kehidupan seorang Kristen yang murni harus mengarahkan mereka yang hidup di sekitarnya kepada Tuhan. “Ketika mereka melihat seorang yang kudus melaksanakan kebajikan yang tertinggi, mereka diharuskan untuk merefleksi [diri mereka sendiri] dan mereka akan tersipu melihat perbedaan antara hidup mereka dengan hidup seorang murid Kristus yang sejati. Sebab ketika mereka melihat seseorang yang sama-sama mempunyai kodrat yang sama, namun dapat menjadi lebih ‘tinggi’ di atas mereka [karena kebajikan kemurnian tersebut]… bukankah mereka diharuskan percaya bahwa sebuah kekuatan ilahi telah bekerja di sini, untuk menghasilkan kekudusan itu?” (Hom. on 1 Cor 18, ad. loc.).

Jika kita melihat begitu banyak orang kudus dalam sejarah Gereja, yang memiliki kasih yang sempurna kepada Allah dan sesama, selayaknya kita tunduk mengakui akan betapa besarnya rahmat Tuhan yang dapat dicurahkan kepada mereka yang sungguh mau bekerja sama dengan rahmat-Nya untuk mewujudkan rencana Tuhan dalam hidup mereka. Tiada yang mustahil bagi Allah, untuk membantu setiap orang yang mau berjuang untuk hidup lebih baik, lebih murni dan lebih kudus setiap hari.

Bagi para religius, kebajikan kemurnian dinyatakan dengan kesetiaan menjaga kemurnian jiwa dan tubuh, yang nyata dalam kaul hidup selibat, demi Kerajaan Allah. Bagi suami istri kebajikan kemurnian ini terutama dinyatakan dengan kesediaan untuk memberikan kasih yang total tanpa syarat kepada pasangan, dalam hubungan kasih suami istri yang selalu terbuka kepada kemungkinan kehidupan baru.

Kemurnian di dalam perkawinan 
 
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa kasih suami istri haruslah merupakan kasih yang total, yang melibatkan tubuh jasmani, perasaan dan kerohanian. Kasih persekutuan antara suami istri sifatnya pribadi sekali, sehingga tidak bisa melibatkan pihak ketiga. Sebab persatuan jasmani antara keduanya harus menghantar kepada persatuan rohani yang tak terceraikan. Persatuan yang melibatkan penyerahan diri yang total antara suami dan istri ini, harus terbuka terhadap kemungkinan penciptaan kehidupan baru. Kasih yang lengkap inilah yang menjadi gambaran dari kasih Allah sendiri.


KGK 1643, “Cinta kasih suami istri mencakup suatu keseluruhan. Di situ termasuk semua unsur pribadi: tubuh beserta naluri-nalurinya, daya kekuatan perasaan dan afektivitas, aspirasi roh maupun kehendak. Yang menjadi tujuan yakni: kesatuan yang bersifat pribadi sekali; kesatuan yang melampaui persatuan badani dan mengantar menuju pembentukan satu hati dan satu jiwa; kesatuan itu memerlukan sifat tidak terceraikan dan kesetiaan dalam penyerahan diri secara timbal balik yang definitif, dan kesatuan itu terbuka bagi kesuburan. Pendek kata: itulah ciri-ciri normal setiap cinta kasih kodrati antara suami dan isteri, tetapi dengan makna baru, yang tidak hanya menjernihkan serta meneguhkan, tetapi juga mengangkat cinta itu, sehingga menjadi pengungkapan nilai-nilai yang khas Kristen”. (Familiaris Consortio 13).

Jadi kita ketahui bahwa sebenarnya ada tiga jenis pengalaman persatuan dalam hubungan kasih yang murni antara suami istri. Yang pertama adalah persatuan rohani; yaitu bahwa suami dan istri mengalami kesatuan hati dan jiwa di dalam Tuhan. Kedua adalah persatuan perasaan: aliran kasih antara seorang dan yang lainnya begitu kuatnya, sehingga seolah- olah ia dapat mendengarkan detak jantung pasangannya. Ketiga ialah persatuan jasmani, yaitu ketika secara seksual suami istri bersatu dalam satu tubuh.[1].

Maka hubungan suami istri yang murni sesuai dengan rencana Tuhan adalah hubungan yang sampai kepada persatuan rohani di dalam Tuhan. Dengan perkataan lain, tanpa persatuan rohani, hubungan suami istri tidak sampai pada kepenuhannya, sehingga mudah tergoyahkan. Hal ini sangatlah sesuai dengan kenyataan, sebab survey sendiri menyatakan bahwa perbedaan agama merupakan salah satu penyebab perceraian di Indonesia. Survey menunjukkan bahwa 90% dari pernikahan beda agama berakhir dengan perceraian (sumber: klik di sini). Walau tidak enak untuk didengar, tetapi sesungguhnya data ini merupakan fakta yang menunjukkan bahwa pengalaman kesatuan rohani merupakan sesuatu yang terpenting dalam kasih suami istri. Karena kasih suami istri harus menggambarkan kasih Allah itu sendiri, maka tanpa kesatuan rohani antara suami istri, akan sulitlah bagi mereka untuk terus bertahan di dalam kesatuan perkawinan. Karena tanpa kesatuan rohani, baik suami ataupun istri mempunyai gambaran sendiri- sendiri tentang perkawinan, dan ini dapat menimbulkan ketidakcocokan dalam hal- hal lainnya. Padahal persatuan rohani suami istri merupakan dasar bagi kesatuan kasih suami istri. Dalam kesatuan kasih inilah suami istri mengambil bagian dalam kehidupan kasih ilahi Allah sendiri; yaitu pada saat suami dan istri saling memberikan kasih yang total di dalam Kristus, dan kasih timbal balik ini terbuka kepada kemungkinan penciptaan kehidupan baru.

Hubungan seksual dalam Perkawinan
 
Dengan demikian, hubungan seksual dalam perkawinan merupakan sesuatu yang luhur dan suci, karena tidak hanya melibatkan tubuh tetapi juga jiwa. Sudah seharusnya, suami dan istri yang melakukan hubungan seksual menghayatinya tidak semata untuk kesenangan jasmani, tetapi lebih daripada itu: untuk menghayati makna kasih Allah yang telah mempersatukan mereka dan menggabungkan mereka dengan daya ilahi-Nya, baik dalam kasih-Nya maupun dalam rencana penciptaan-Nya.


Sudah seharusnya, suami istri mempunyai kesadaran akan makna yang luhur ini, dan dengan demikian menyadari bahwa tempat tidur adalah sebuah tempat yang kudus: “holy ground“, karena di sanalah secara khusus persatuan mereka sebagai suami istri diperbaharui, secara jasmani dan rohani. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur….. (Ibr 13:4) Hubungan suami istri selayaknya merupakan pengulangan janji perkawinan, “Ya, saya bersedia untuk mengasihi engkau, dalam untung dan malang, dalam sehat dan sakit….. dan saya bersedia mengasihi dan menghormati engkau seumur hidup….”

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian tentang hubungan seksual dalam perkawinan:

KGK 2362 “Maka dari itu tindakan-tindakan, yang secara mesra dan murni menyatukan suami-isteri, harus dipandang luhur dan terhormat; bila dijalankan secara sungguh manusiawi, tindakan-tindakan itu menandakan serta memupuk penyerahan diri timbal-balik, cara mereka saling memperkaya dengan hati gembira dan rasa syukur” (Gaudium et Spes 49). Seksualitas adalah sumber kegembiraan dan kesenangan:

“Sang Pencipta sendiri telah menentukan bahwa di dalam fungsi perkembangbiakan, pasangan mengalami kesenangan dan kepuasan tubuh dan jiwa. Oleh karena itu, pasangan tidak melakukan kejahatan dalam mencari kesenangan ini dan menikmatinya. Mereka menerima apa yang dimaksudkan oleh Pencipta mereka. Pada saat yang sama, pasangan harus tahu bagaimana untuk memperhatikan batas-batas pengekangan diri yang baik” (Pius XII, wejangan 29 Okt. 1951).

KGK 2363 Melalui persatuan suami isteri terlaksanalah tujuan ganda perkawinan: kesejahteraan suami isteri dan penyaluran kehidupan. Orang tidak dapat memisahkan kedua arti dan nilai perkawinan ini satu dari yang lain, tanpa merugikan kehidupan rohani pasangan suami isteri dan membahayakan kepentingan perkawinan dan masa depan keluarga.
Dengan demikian cinta suami isteri antara pria dan wanita berada di bawah tuntutan ganda yakni kesetiaan dan kesuburan.

Jadi selama kedua tujuan perkawinan (kesejahteraan suami istri/union dan kemungkinan kelahiran baru/procreation) dipenuhi, tentu dengan penghayatan akan kasih Allah yang mempersatukan, maka suami istri melakukan kemurnian kasih dalam perkawinan. Namun jika kedua tujuan itu dipisahkan, dan hanya dilakukan salah satu saja, maka motivasi kemurnian kasihnya patut dipertanyakan. Jika pasangan tetap memisahkan kedua tujuan ini maka sebenarnya mereka mempertaruhkan kebahagiaan perkawinan mereka sendiri.

Komitmen untuk hidup dalam kemurnian dalam perkawinan


Mengingat akan makna yang luhur ini, maka kita tidak dapat atas kehendak sendiri memaknai hubungan seksual suami istri di luar makna yang telah direncanakan oleh Allah. Hubungan seksual antara suami dan istri memiliki dua tujuan yang tak terpisahkan, yaitu untuk mempersatukan suami istri dan untuk mengajak keduanya terbuka dalam karya penciptaan-Nya. Maka hubungan seksual yang benar dan sesuai dengan rencana Allah tidak dapat memisahkan keduanya: jangan dianggap sebagai sarana mempersatukan suami istri saja, atau sarana mendapatkan keturunan saja. Sebab jika demikian, maka menjadi tidak sesuai dengan rencana Allah yang menciptakannya.

Jika suami istri berkomitmen untuk memaknai hubungan seksual sesuai dengan prinsip kemurnian ini -sesuai dengan rencana Allah pada awalnya- maka mereka tidak perlu merasa kotor dan berdosa selama berhubungan seks. Yang menjadi masalah adalah jika kedua tujuan tersebut tidak dilakukan bersama- sama, apalagi jika fokus utamanya adalah mencari kepuasan jasmani sendiri, dan dengan demikian tidak dilakukan sesuai dengan rencana Tuhan.

Sumber : Katolisitas.org


Selasa, 07 Mei 2013


PENYUCIAN AKHIR - PURGATORIUM

dikutip dari: Katekismus Gereja Katolik #1030 - 1032

Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga.

Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para terkutuk, purgatorium [api penyucian]. Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang berhubungan dengan api penyucian terutama dalam Konsili Firence dan Trente. Tradisi Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman pada teks-teks tertentu dari Kitab Suci.

"Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, 'di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak' (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di dunia lain" (Gregorius Agung, dial. 4,39).

Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal, tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: "Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya" (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.

"Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya (Ayb 1:5), bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka" (Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor 41,5).


CATATAN DARI SUATU JIWA DI API PENYUCIAN 
 

Seorang biarawati yang disebut sebagai Suster M. de L.C. mempunyai hubungan yang luar biasa dengan Suster M.G., seorang biarawati dari biara yang sama yang telah meninggal dunia. Dua setengah tahun setelah kematiannya, Suster M.G. menampakkan diri dan mengatakan bahwa ia sedang berada di api penyucian, dan bahwa adalah rencana Allah agar Suster M. de L.C., melalui penderitaan dan doa-doanya, akan meringankan dan pada akhirnya membebaskan Suster M.G. dari tempat silih itu. Berikut kutipan catatan Suster M. de L.C.

Apakah yang Terjadi Ketika Jiwa Meninggalkan Tubuh?

"Ketika jiwa meninggalkan tubuh, ia mendapati dirinya dalam suatu terang yang membingungkan dan dalam sekejap mata jiwa melihat seluruh kehidupannya dihamparkan di hadapannya, dan melihat ini, jiwa tahu apa yang pantas baginya, dan terang yang sama ini memaklumkan hukuman bagi jiwa. Jiwa tidak melihat Allah akan tetapi dikuasai oleh kehadiran-Nya. Jika suatu jiwa bersalah sepertiku, dan karenanya, pantas pergi ke api penyucian, jiwa dihimpit begitu rupa oleh beban kesalahan-kesalahan yang masih harus disilih, hingga jiwa melemparkan dirinya ke dalam purgatorium. Hanya pada waktu itulah orang mengerti Allah dan kasih-Nya bagi jiwa-jiwa dan betapa mengerikannya kejahatan dosa di mata Keadilan Ilahi … Keadilan Allah menahan kita di purgatorium, dan kita pantas untuk itu, namun demikian kerahiman-Nya dan hati kebapaan-Nya tiada meninggalkan kita di sini tanpa penghiburan sama sekali. Kami dengan berkobar merindukan persatuan sempurna dengan Yesus, dan Ia merindukannya sedalam kita … Di purgatorium ada jiwa-jiwa yang sangat bersalah namun mereka bertobat, dan sekalipun demikian dosa-dosa tetap harus mereka silih, mereka diteguhkan dalam rahmat dan tak lagi berdosa. Mereka disempurnakan sebagaimana jiwa dimurnikan secara bertahap di tempat silih ini."

Berapa Lamakah Jiwa di Purgatorium Akan Dibebaskan?

"Mengenai waktu pembebasan kami, kami tak tahu apa-apa. Andai saja kami tahu bilamana akhir dari penderitaan kami akan tiba, itu akan menjadi suatu kelegaan besar, suatu sukacita bagi kami, akan tetapi tidak, tidak demikian. Kami tahu pasti bahwa penderitaan kami berkurang dan persatuan kami dengan Allah menjadi semakin dekat, akan tetapi kapan harinya (itu menurut perhitungan duniawi, sebab di sini tidak ada hari) kami akan dipersatukan dengan Allah, mengenai itu kami tidak tahu sama sekali; itu rahasia."

Apakah Peringatan Arwah Semua Orang Beriman Mendatangkan Sukacita Besar di Purgatorium?

"Pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman banyak jiwa-jiwa meninggalkan tempat silih dan pergi ke surga. Juga, oleh suatu rahmat istimewa dari Allah pada hari itu saja, segenap jiwa-jiwa menderita, tanpa terkecuali, beroleh bagian dalam doa-doa umum Gereja, bahkan mereka yang berada di purgatorium besar. Meski begitu kelegaan tiap-tiap jiwa adalah sesuai dengan ganjarannya. Sebagian menerima lebih, sebagian kurang, akan tetapi semua merasakan manfaat dari rahmat luar biasa ini. Banyak jiwa-jiwa menderita menerima satu pertolongan ini saja di sepanjang tahun-tahun panjang yang mereka lalui di sini dan ini karena keadilan Allah. Akan tetapi, bukan pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman kebanyakan jiwa-jiwa pergi ke surga. Melainkan pada malam Natal." (Lebih lanjut, silakan baca "Catatan dari Suatu Jiwa di Api Penyucian.")

Berikut adalah kesaksian Suster M. de L.C. sendiri.


SUATU JIWA MENDERITA DI PURGATORIUM KEPADA SUSTER M.

Andai saja kau tahu apa yang aku derita! Sudi doakan aku, aku mohon. Aku menderita hebat di mana-mana. Allah-ku, betapa maharahim Engkau! Tak ada yang dapat membayangkan seperti apa Purgatorium itu. Berbaik-hatilah dan berbelas-kasihanlah kepada jiwa-jiwa malang.

Mei 1874. Aku telah berada di Purgatorium kedua sejak Hari Raya Kabar Sukacita. Pada hari itu aku melihat Santa Perawan Maria untuk pertama kalinya. Di tingkat pertama, kami tidak pernah melihatnya. Dengan melihatnya kami menjadi berbesar hati dan Bunda terkasih ini berbicara kepada kami tentang Surga. Sementara kita memandangnya, penderitaan kami sebagian besar diringankan.

Engkau bertindak benar dengan berdoa kepada St Mikhael dan mendorong yang lain untuk melakukannya. Orang sungguh bahagia di saat ajalnya apabila ia menempatkan kepercayaannya kepada beberapa dari orang kudus. Mereka akan menjadi pelindungnya di hadapan Allah pada saat mengerikan itu.

Biasakan hidup di hadirat Allah dengan niat murni. Allah mencari jiwa-jiwa berbakti yang akan mengasihi-Nya demi Allah Sendiri. Jiwa-jiwa demikian sangatlah sedikit. Ia menghendaki engkau menjadi salah seorang dari sahabat-Nya yang sejati. Banyak orang berpikir bahwa mereka mengasihi Allah, tetapi mereka mengasihi-Nya demi diri mereka sendiri.

Februari 1875. Perhatikan dengan seksama kehidupan batinmu. Simpan segala masalah-masalah kecilmu bagi Yesus Seorang. Ia dapat dengan baik memberikan kepadamu apapun yang Ia ambil darimu. Hidupmu haruslah merupakan satu tindakan batin kasih dan matiraga yang terus-menerus, tetapi hanya Allah saja yang boleh mengetahuinya. Tak perlu lakukan yang luar biasa. Amalkan hidup yang sangat tersembunyi, namun erat bersatu dengan Yesus.

Kasihilah Allah sepenuhnya. Betapa bahagianya jiwa-jiwa yang melakukan ini. Mereka memiliki harta pusaka! Penitensi besar hidupmu adalah, bukan ketidak-hadiran Yesus-mu, melainkan kesedihan mendalam atas segala sakit yang telah kau berikan kepada-Nya, melalui ketakmampuanmu mengasihi-Nya sebagaimana engkau kehendaki, sebagai balas atas limpahan rahmat yang telah Ia curahkan atasmu dan yang akan terus Ia curahkan atasmu.

Kasihilah semua orang, akan tetapi janganlah menempatkan kepercayaan sepenuhnya pada siapa pun, sebab Yesus ingin menjadi karib kepercayaanmu. Segalanya untuk Dia dan bagi Dia Seorang. Lakukanlah segala tindakanmu di hadapan Allah seperti yang telah sering aku katakan kepadamu. Konsultasikan kepada-Nya sebelum segala yang kau lakukan atau katakan. Biarkan hidupmu menjadi hidup dalam iman dan kasih ... Jangan lakukan suatupun demi dikenal. Tanpa menyinggung perasaan siapa pun, hindari persahabatan dengan mereka yang terlalu banyak bicara dan mereka yang tak berbelas-kasihan. Sementara diri pihakmu sendiri, sibuklah dengan urusanmu sendiri. Simpan pendapat untuk dirimu sendiri dan jangan pernah mengungkapkannya terkecuali wajib melakukannya. Sibukkan diri dengan hanya satu subyek saja, sumber mataair hidupmu, Yesus.

8 Desember 1875. Kasihilah Allah dengan sepenuh hati. Jangan takut akan penderitaanmu sendiri. Andalkan Dia, jangan pernah andalkan dirimu sendiri. Matilah bagi dirimu sendiri dari pagi hingga malam ... Janganlah bernapas atau hidup terkecuali bagi Yesus Kristus. Allah haruslah menjadi satu-satunya karib kepercayaanmu. Janganlah mengeluh kepada siapa pun terkecuali kepada-Nya. Biarlah kau cukup tersembunyi dari mata orang lain.

Hari Raya Kabar Sukacita. Ketika Allah menghendaki suatu jiwa menjadi milik-Nya sepenuhnya, Ia mulai dengan meremukkan jiwa, sangat dahsyat bagai buah-buah apel diremukkan dalam mesin penghancur - demi menyingkirkan hawa nafsunya, cinta dirinya, singkat kata, segala cacat-celanya. Ketika jiwa telah cukup hancur, Ia membentuknya kembali seturut kehendak-Nya. Jika jiwa setia, jiwa akan segera berubah. Hanya sesudah itulah Yesus mengisinya dengan rahmat-rahmat pilihan dan membanjirinya dengan kasih-Nya.

Yesus ingin kau berhubungan dengan-Nya, seperti layaknya seorang sahabat karib, tanpa rasa takut apapun. Memang benar bahwa kemahamuliaan-Nya menakutkan dan bahwa engkau tak layak berbicara akrab demikian dengan Yesus-mu, tetapi bukankah Ia Tuan yang memperkaya siapa saja yang Ia kehendaki? Mintalah Yesus membuatmu kaya dalam segala keutamaan, sebagaimana Ia menghendakimu demikian, akan tetapi sementara itu, bentuklah hidupmu seturut ilham-Nya. Perbesarlah hatimu sebab apa yang dikehendaki Yesus lebih dari segalanya adalah melihat jiwa dalam kasih-Nya. Betapa rahmat-rahmat mengagumkan akan kau terima jika kau setia, rahmat-rahmat yang bahkan tak pernah terpikirkan olehmu.

12 Mei. Bermatiragalah secara jasmani, tetapi teristimewa secara rohani. Lupakankan diri sendiri. Sangkallah diri dalam segala hal. Jangan pernah melihat apa yang dilakukan orang-orang lain. Allah tidak menuntut kesempurnaan yang sama dari setiap orang. Tidak semua orang beroleh pencerahan yang sama, tetapi engkau, yang dicerahkan oleh Yesus Sendiri, pandanglah Dia saja, biarlah Ia menjadi target dan tujuanmu dalam segala hal.

Janganlah kenal lelah dalam bekerja. Mulailah setiap hari seolah sejauh ini engkau belum melakukan apapun. Penyangkalan terus-menerus dalam kehendak dan kenyamanan dan pendapat sendiri merupakan suatu kemartiran panjang, tetapi yang paling berkenan bagi Allah. Allah menghendakimu menjadi suatu yang istimewa, bukan sehubungan dengan lahiriahmu, melainkan jiwa batiniahmu. Ia minta darimu suatu persatuan dengan DiriNya, begitu erat hingga engkau tiada pernah melupakan-Nya, bahkan di tengah pekerjaan-pekerjaan yang menyita tenaga dan pikiran.

Sementara di bumi orang tak dapat sungguh-sungguh menggambarkan atau membayangkan seperti apa Allah sesungguhnya, tetapi kami (di api penyucian) mengetahui dan memahami-Nya seperti Dia adanya, sebab jiwa kami terbebas dari segala ikatan yang membelenggunya dan menghindarkannya dari menyadari kekudusan dan keagungan, dan kemaharahiman Allah. Kami adalah para martir, seolah dibakar oleh kasih. Kekuatan yang tak tertahankan menarik kami kepada Allah yang adalah pusat kami, akan tetapi pada saat yang sama suatu kekuatan lain mendorong kami kembali ke tempat silih kami. Kami dalam keadaan tak dapat memuaskan kerinduan kami. Oh, betapa dahsyat penderitaan itu, tetapi kami merindukannya dan tak ada sungut-sungut melawan Allah di sini. Kami menghendaki hanya apa yang dikehendaki Allah. Bagaimanapun, kalian yang di bumi tak mungkin dapat memahami apa yang harus kami tanggung.

Berlakulah cerdik dalam mematiragakan dirimu dan dalam mengalahkan kehendakmu sendiri. Bersikaplah teristimewa baik kepada mereka yang kurang bersahabat denganmu dibandingkan kepada yang lain, tak peduli betapa mereka telah bersalah kepadamu. Ini artinya menyangkal diri sendiri dan menyenangkan Yesus. Tak ada lagi yang lebih penting. Adalah dalam kesempatan-kesempatan ini engkau harus membungkam kehendak manusia, tetapi engkau harus melakukannya sebab Yesus menghendakinya. Janganlah biarkan cinta diri merajalela, melainkan lakukan semua secara membabi buta demi menyenangkan Yesus Seorang.


St Mikhael

1879, retreat pada bulan September. Kami melihat St Mikhael seperti kami melihat para malaikat. Dia tidak memiliki tubuh. Dia datang untuk menjemput jiwa-jiwa yang telah menyelesaikan pemurnian mereka. Dialah yang menghantar mereka ke surga. Dia adalah salah satu di antara para Serafim seperti dikatakan Monsignor. Dia adalah malaikat tertinggi di surga. Malaikat Pelindung kami sendiri datang mengunjungi kami tetapi St Mikhael jauh lebih elok dari mereka. Sementara Santa Perawan, kami melihatnya dalam tubuh. Ia datang ke purgatorium pada pesta-pestanya dan ia kembali ke surga dengan membawa banyak jiwa. Sementara ia bersama kami, kami tidak menderita. St Mikhael menyertainya. Apabila St Mikhael datang sendirian, kami menderita seperti biasa. Apabila aku berbicara kepadamu tentang purgatorim besar dan purgatorium kedua, itu adalah upaya untuk membuatmu mengerti bahwa ada tingkatan-tingkatan berbeda di api penyucian. Begitulah aku menyebut tingkatan purgatorium besar atau paling buruk di mana jiwa-jiwa yang paling bersalah, dan di mana aku tinggal selama dua tahun tanpa dapat memberikan tanda akan siksaan yang tengah aku derita. Tahun kau mendengarku mengerang, ketika aku mulai berbicara kepadamu, aku masih di tempat yang sama.

Di purgatorium kedua, yang masih merupakan purgatorium akan tetapi sangat berbeda dari yang pertama, jiwa menderita hebat, tetapi lebih ringan dibandingkan tempat silih besar. Lalu ada tingkat ketiga, yang adalah purgatorium kerinduan, di mana tak ada api. Jiwa-jiwa yang tak cukup berkobar dalam merindukan surga, yang tidak cukup mengasihi Allah, ada di sana. Di sanalah aku pada saat ini. Selanjutnya, di tiga bagian api penyucian ini, ada banyak tingkat variasi. Sedikit demi sedikit, sebagaimana jiwa dimurnikan, penderitaannya berubah.

Semakin jiwa mengasihi Yesus semakin ia mendapatkan ganjaran dalam segala tindakannya di mata-Nya. Hanya kasih saja yang akan diganjari di surga. Semuanya yang dilakukan demi motivasi lain akan dihitung sebagai bukan apa-apa. Mengasihi Yesus dengan sungguh, sekali dan untuk selamanya, sebagaimana Ia kehendaki darimu. Kemudian aku akan beroleh ganjaran dalam arti bahwa aku akan beroleh kelegaan besar dalam segala penderitaanku.

Apakah Allah kurang berkenan kepadaku beberapa hari ini? Ya, Ia lebih berkenan sebab kau berupaya terlebih lagi untuk menyenangkan-Nya. Adakah kau perhatikan kebaikan-Nya dan perhatian-Nya yang istimewa atasmu? Bukankah Ia juga memberimu banyak sukacita hari-hari belakangan ini? Ia akan selalu bertindak demikian terhadapmu. Semakin banyak yang kau lakukan bagi-Nya semakin terlebih banyak yang akan Ia lakukan bagimu. Aku begitu sangat senang melihat bahwa kau sungguh mulai mengasihi Allah, yang Mahabaik, dan berupaya sungguh-sungguh demi kesempurnaanmu. Andai dengan tinggal sedikit lebih lama di purgatorium aku dapat memperolehkan bagimu agar sampai ke kesempurnaan yang dituntut Allah darimu sesuai rencana-Nya, aku rela menanggung derita itu. Jangan pernah melihat ke belakang untuk memeriksa perilakumu di masa lalu. Biarkan itu sepenuhnya di tangan Allah dan berjalanlah maju dengan mantap. Hidupmu haruslah dapat diringkas dalam dua kata: Kasih dan Kurban. Kurban dari pagi hingga malam, tapi selalu dengan Kasih. Andai saja kau tahu seperti apakah Allah itu, maka tak akan ada kurban yang tak akan dengan sukarela kau lakukan, tak akan ada penderitaan yang tak hendak kau tanggung demi Dia. Andai kau bisa melihat-Nya barang semenit saja maka kau akan sama sekali puas dan terhibur ... Betapa terlebih lagi melihat-Nya untuk selama-lamanya?

Bagaimanakah cara terbaik untuk menghormati St Mikhael? Cara terbaik dan yang paling berdaya-guna dalam memuliakannya di surga dan menghormatinya di bumi adalah dengan menyebar-luaskan devosi kepada jiwa-jiwa di api penyucian, dan memaklumkan misi besar yang ia tunaikan demi jiwa-jiwa menderita ini. Dialah yang dipercaya Allah untuk menghantar jiwa-jiwa ke tempat silih dan menghantar mereka ke rumah abadi mereka sesudah pemurnian. Setiap kali suatu jiwa tiba dan menambah jumlah yang terpilih, Allah dipermuliakan, dan kemuliaan ini dengan suatu cara tertentu mengkomunikasikan dirinya juga kepada sang utusan surgawi. Merupakan suatu kehormatan bagi sang utusan untuk menghadirkan ke hadirat Tuhan kita jiwa-jiwa yang akan memadahkan syukur terima-kasih dan kerahiman-Nya sepanjang kekekalan masa. Aku tak akan pernah dapat membuatmu memahami betapa kasih yang luar biasa yang dimiliki Malaikat Agung Surgawi ini bagi Tuan Ilahi-Nya, dan balasan kasih Allah bagi St Mikhael. Pula tak mampu aku sampaikan kepadamu gagasan sesungguhnya akan cinta dan belas-kasihan St Mikhael bagi kami. Dia menyemangati kami dalam penderitaan kami dengan berbicara kepada kami tentang surga.

Bagaimana mereka merayakan pesta St Mikhael di api penyucian? Pada hari itu St Mikhael datang ke api penyucian dan kembali ke surga dengan membawa sejumlah besar jiwa, teristimewa mereka yang berdevosi kepadanya semasa hidup.


Tingkatan-tingkatan Purgatorium

Aku dapat bercerita kepadamu mengenai tingkatan-tingkatan berbeda di purgatorium sebab aku telah melaluinya. Di Purgatorium besar ada beberapa tingkatan. Di yang paling bawah dan paling menyakitkan, seperti neraka sementara, adalah orang-orang berdosa yang telah melakukan kejahatan-kejahatan mengerikan semasa hidup dan yang kematiannya mengagetkan mereka dalam keadaan itu. Adalah juga nyaris suatu mukjizat bahwa mereka selamat, dan seringkali sebab oleh doa-doa orangtuanya yang suci atau orang-orang saleh lainnya. Terkadang mereka bahkan tak punya waktu untuk mengakukan dosa-dosa mereka dan dunia menganggap mereka binasa, tetapi Allah, yang kerahiman-Nya tak terhingga, memberikan kepada mereka di saat ajal tobat yang dibutuhkan demi keselamatan mereka karena satu atau lebih perbuatan baik yang mereka lakukan semasa hidup. Bagi jiwa-jiwa yang demikian, Purgatorium sungguh mengerikan. Merupakan suatu neraka nyata dengan perbedaan, bahwa di neraka mereka mengutuki Allah, sementara kami memberkati-Nya dan bersyukur kepada-Nya sebab telah menyelamatkan kami.

Sesudahnya adalah jiwa-jiwa, yang meski tidak melakukan kejahatan besar seperti yang lain, namun mereka acuh tak acuh terhadap Allah. Mereka tidak menunaikan kewajiban Paskah mereka dan juga dipertobatkan di saat ajal. Mungkin mereka tak dapat menyambut Komuni Kudus. Mereka berada di purgatorium untuk tahun-tahun panjang keacuhtakacuhan. Mereka menderita kesakitan yang tak didengarkan dan ditinggalkan entah tanpa doa-doa atau jika doa-doa dipanjatkan bagi mereka, mereka tak diperkenankan mendapatkan manfaat darinya. Ada dalam tingkatan ini kaum religius dari kedua jenis kelamin, yang suam-suam kuku, melalaikan tugas, acuh tak acuh terhadap Yesus, juga para imam yang tidak melaksanakan pelayanan suci mereka dengan hormat kepada Allah Yang Mahakuasa dan yang tidak cukup menanamkan kasih kepada Allah ke dalam jiwa-jiwa yang dipercayakan kepada mereka. Aku berada di tingkat ini di purgatorium.

Di purgatorium kedua adalah jiwa-jiwa mereka yang meninggal dengan dosa-dosa ringan yang belum sepenuhnya disilih sebelum kematiannya, atau dengan dosa berat yang telah diampuni namun mereka belum melakukan silih sepenuhnya yang memuaskan Keadilan Ilahi. Di bagian purgatorium ini, juga ada tingkatan-tingkatan berbeda sesuai ganjaran bagi setiap jiwa. Dengan demikian purgatorim dari jiwa-jiwa yang telah dikonsekrasikan atau dari mereka yang telah menerima lebih berlimpah rahmat, lebih lama dan jauh lebih menyakitkan dibandingkan purgatorium orang-orang awam dunia.

Terakhir adalah purgatorium kerinduan yang disebut Ambang Pintu. Sangat sedikit yang lolos darinya. Untuk sama sekali menghindari purgatorium, orang harus memiliki kerinduan yang berkobar akan surga dan Allah. Ini sangatlah jarang, lebih jarang dari yang dipikirkan orang, sebab bahkan orang-orang saleh takut akan Allah dan karenanya, tak memiliki kerinduan yang cukup kuat untuk pergi ke surga. Purgatorium ini memiliki kemartirannya yang sangat menyakitkan seperti yang lain. Dijauhkan dari penglihatan akan Yesus kita yang penuh kasih menambah dahsyatnya penderitaan.

Di manakah gerangan purgatorium berada? Di pusat bumi, dekat neraka, seperti yang pernah kau lihat suatu hari sesudah Komuni Kudus. Begitu banyak jiwa di sana dikurung pada ruang yang terbatas. Ada ribuan dan ribuan jiwa di sana. Akan tetapi, jika demikian, berapa besar ruang yang ditempati suatu jiwa? Setiap hari ribuan jiwa datang ke purgatorium dan kebanyakan dari mereka tinggal selama tigapuluh hingga empatpuluh tahun, sebagian tinggal untuk jangka waktu yang lebih lama, sebagian yang lain lebih singkat. Aku katakan ini dalam istilah hitungan duniawi sebab di sini hitungannya sangat berbeda. Oh, andai saja orang tahu dan mengerti apa itu purgatorium dan apa artinya mengerti bahwa kami di sini karena kesalahan kami sendiri. Aku telah berada di sini selama delapan tahun dan tampaknya bagiku seperti sepuluh ribu tahun. Ah Allah-ku! Katakan semua ini kepada Pater, agar ia dapat belajar dariku seperti apa tempat penderitaan ini dan membuatnya lebih dikenal di kemudian hari. Ia akan dapat mencari tahu sendiri betapa menguntungkannya memiliki devosi mendalam kepada jiwa-jiwa suci di api penyucian. Allah kerap menganugerahkan lebih banyak rahmat melalui perantaraan jiwa-jiwa menderita ini dibandingkan melalui doa-doa para kudus. Biarkan Pater, jika ingin memastikan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, memohon pada jiwa-jiwa yang paling mengasihi Bunda Maria. Ini, karena Bunda Maria berharap lebih dari segalanya untuk membebaskan jiwa-jiwa. Maka Pater akan tahu apakah doanya didengarkan atau tidak.

Keadilan Allah menahan kami di purgatorium, dan kami layak untuk itu, tetapi Hati-Nya yang maharahim dan kebapaan tiada meninggalkan kami di sini tanpa penghiburan. Kami dengan berkobar-kobar merindukan persatuan sempurna dengan Yesus, tetapi Ia merindukannya juga nyaris sebanyak kerinduan kami. Di bumi, terkadang Ia mengkomunikasikan DiriNya kepada jiwa-jiwa tertentu dalam suatu cara yang paling akrab (sedikit saja jiwa, karena, begitu sedikit yang akan mendengarkan-Nya) dan Ia senang mengungkap rahasia-rahasia-Nya kepada mereka. Jiwa-jiwa yang mendapatkan anugerah ini adalah mereka yang berupaya menyenangkan-Nya dalam segala perilaku mereka dan yang hidup dan bernapas hanya bagi Yesus dan berusaha untuk menyenangkan-Nya.

Lalu apa yang terjadi dengan doa-doa yang dipanjatkan Pater P. bagi mereka? Mereka yang di surga bagi siapa doa-doa dipanjatkan di dunia dapat menggunakan doa-doa itu bagi jiwa-jiwa yang mereka kehendaki mendapatkan manfaat darinya. Suatu pemikiran yang sangat menghibur bagi mereka yang di dunia lain mengetahui bahwa sanak-saudara dan teman-teman mereka di bumi tidak melupakan mereka, meski mereka tak lagi membutuhkan doa-doa. Sebagai balasnya, mereka bukannya tidak tahu berterima kasih.

Penghakiman Allah sangat berbeda dari mereka yang dari dunia. Ia memperhitungkan temperamen dan karakter masing-masing dan apa yang dilakukan karena kecerobohan atau kejahatan murni. Bagi-Nya yang mengenal rahasia lubuk hati yang paling dalam, tidak sulit melihat apa yang terjadi di sana. Yesus mahabaik, namun Ia juga paling adil.

Katakan padaku apa yang terjadi selama dan sesudah sakrat maut. Adakah jiwa mendapati dirinya dalam terang atau kegelapan? Dalam bentuk apakah hukuman dimaklumkan? Aku tak mengalami sakrat maut seperti yang kau tahu, tapi dapat aku katakan begini, bahwa pada saat terakhir yang menentukan, iblis mengerahkan segala murkanya terhadap dia yang di ambang ajal. Allah mengijinkan jiwa mengalami pencobaan-pencobaan terakhir ini demi menambah ganjaran mereka. Jiwa yang kuat dan murah hati, demi mendapatkan tempat yang lebih mulia di surga, seringkali harus, di akhir hidup mereka dan di saat ajal, bergulat ngeri dengan malaikat kegelapan. Kau adalah saksi akan hal ini. Tetapi mereka selalu keluar sebagai pemenang. Allah tidak pernah membiarkan suatu jiwa yang berbakti kepada-Nya selama hidupnya binasa di saat terakhir. Jiwa-jiwa yang mengasihi Bunda Maria dan memohon pertolongannya sepanjang hidup mereka akan menerima dari Bunda Maria banyak rahmat dalam perjuangan terakhir mereka. Sama halnya bagi mereka yang sungguh berdevosi kepada St Yosef, St Mikhael, atau salah seorang dari para kudus. Telah aku katakan orang berbahagia memliki seorang perantara dengan Allah pada saat-saat mengerikan itu. Beberapa jiwa meninggal dengan cukup tenang tanpa mengalami pencoban-pencoban itu. Allah merancang segalanya. Ia melakukan atau mengijinkan semua demi kebaikan tiap jiwa.

Katakan, kekudusan sejati meliputi apa saja? Kau tahu benar hal itu, tetapi karena kau menghendakinya aku akan mengulanginya untukmu, meski telah kukatakan kepdamu berulang-kali. Kekudusan sejati meliputi menyangkal diri dari pagi hingga malam, menjadi kurban yang hidup, terus-menerus mengesampingkan sisi manusia, membiarkan Allah bekerja dalam dirimu dan bersamamu seturut kehendak-Nya, menerima dengan kerendahan hati rahmat-rahmat yang Ia anugerahkan kepadamu, mengenali diri sebagai tidak cukup layak untuk itu, menghendaki Dia menjadi satu-satunya saksi dari upayamu dan satu-satunya ganjaranmu. Inilah kekudusan yang dikehendaki dan dituntut oleh Yesus dari mereka semua yang rindu menjadi milik-Nya dan meneladani hidup-Nya. Segala yang lain hanyalah ilusi murni belaka.

Beberapa jiwa menjalani purgatorium mereka di bumi dengan penderitaan, yang lain dengan kasih, sebab kasih adalah kemartiran sejati. Jiwa yang sungguh berupaya mengasihi Yesus mendapati bahwa sekalipun demikian segala upayanya itu tidaklah cukup untuk mengasihi-Nya sebanyak yang ia kehendaki, dan itu bagi jiwa merupakan suatu kemartiran abadi yang disebabkan oleh kasih yang bukannya tanpa penderitaan. Ini, seperti aku katakan kepadamu, lebih seperti keadaan jiwa di api penyucian, yang terus-menerus melompat ke arah Dia yang adalah satu-satunya kerinduannya, dan yang pada saat yang sama dilemparkan kembali karena silihnya belumlah sempurna.

Sangat sedikit jiwa yang mendapatkan doa, mayoritas sama-sekali ditinggalkan dan tak ada pemikiran ataupun doa-doa dipanjatkan bagi mereka dari dunia.

Telah aku katakan kepadamu ada sebagian jiwa yang menjalani purgatorium mereka di kaki altar. Mereka tidak berada di sana karena kesalahan yang mereka lakukan di gereja, karena kesalahan-kesalahan yang menyerang Yesus secara langsung, Yesus yang hadir dalam Tabernakel, dihukum dengan sangat berat di purgatorium. Jiwa-jiwa yang ada di sana dalam adorasi berada di sana sebagai ganjaran akan perilaku hormat mereka di Hadirat Suci. Mereka menderita lebih ringan dibandingkan jika mereka berada di purgatorium itu sendiri, dan Yesus, yang mereka kontemplasikan dengan mata jiwa mereka dan mata iman mereka, meringankan penderitaan mereka dengan Kehadiran-Nya yang tak kelihatan.

Apakah kau memiliki pengetahuan yang lebih sempurna tentang Allah dibandingkan kami? Pertanyaan apa itu! Tentu saja kami mengenal-Nya jauh lebih baik dan juga jauh lebih mengasihi-Nya. Sungguh, justru itulah yang mengakibatkan penderitaan terbesar kami. Di bumi kalian tidak tahu seperti apa Allah itu. Di sana, masing-masing dari kalian memiliki gagasan sendiri tentang Allah, seturut pengetahuan kalian yang sangat terbatas, tetapi ketika kita meninggalkan bungkus tanah liat kita dan ketika tak suatupun menghalangi kebebasan jiwa kita, pada akhirnya kita mulai mengenal Allah, kebaikan-Nya, kerahiman-Nya, kasih-Nya. Setelah pandangan yang lebih jelas ini dan haus akan persatuan, jiwa kita merindukan Allah. Inilah kehidupan kami yang sesungguhnya dan kami selamanya ditolak sebab kami tidak cukup murni. Ini, singkat kata, adalah penderitaan terburuk kami, yang paling sulit, yang paling pahit. Oh, andai saja kami diijinkan kembali ke bumi, setelah mengenal seperti apa Allah itu, betapa berbeda kehidupan yang akan kami tempuh! Tapi penyesalan tiada gunanya, dan sementara di bumi kalian tidak memikirkan hal-hal ini dan hidup seolah kalian buta. Keabadian tak ada dalam kamusmu. Bumi, yang hanyalah sebuah ziarah dan menerima hanya jasmani yang dengan sendirinya akan berubah menjadi debu, adalah satu-satunya tujuan bagi nyaris segala kecondongan kerinduanmu dan kalian bahkan tak memikirkan surga sementara Yesus dan kasih-Nya sama sekali dilupakan.

Allah mengasihi jiwa-jiwa sederhana. Oleh karena itu, engkau haruslah pergi kepada-Nya dengan niat baik, selalu siap untuk mengorbankan diri demi menyenangkan-Nya. Terhadap Yesus haruslah engkau bersikap seperti seorang anak kecil terhadap ibundanya, percaya akan kebaikan-Nya dan menempatkan segala kepentingan rohani dan jasmanimu dengan kepercayaan penuh ke dalam Tangan Ilahi-Nya. Setelah melakukan ini, upayakanlah untuk menyenangkan-Nya dalam segala sesuatu tanpa merepotkan diri dengan apapun lainnya. Allah tidak memandang lebih tinggi perbuatan-perbuatan besar atau heroik dibandingkan perbuatan-perbuatan sederhana atau kurban-kurban kecil, asal saja ini dilakukan demi kasih kepada-Nya.

Terkadang bahkan suatu kurban remeh, yang hanya diketahui saja oleh Allah dan jiwa, bisa jadi jauh lebih mendatangkan ganjaran dibandingkan satu kurban besar yang disoraki dengan riuh. Orang haruslah sangat batiniah demi tidak mengambil bagi dirinya sendiri pujian yang diberikan orang. Allah mencari jiwa-jiwa yang mengosongkan diri guna memenuhi mereka dengan kasih-Nya. Ia menemukan sangat sedikit saja. Cinta diri tidak memberikan tempat bagi Yesus. Janganlah biarkan setiap kesempatan untuk mematiragakan diri lewat, teristimewa matiraga batin. Ada banyak rahmat yang hendak dianugerahkan Yesus kepadamu selama Prapaskah. Oleh karena itu, persiapkanlah diri dengan menggandakan semangatmu, tetapi di atas segalanya, kasihilah Yesus. Ia begitu sedikit dikasihi oleh dunia dan sangat berduka karenanya.

Santa Perawan sangat mengasihimu. Dari pihakmu kasihilah dia dengan segenap hatimu dan lakukan segala yang kau dapat demi memperolehkan kemuliaan terbesar yang mungkin baginya.

Perancis memang sangat bersalah, tapi sayangnya dia bukan satu-satunya. Pada saat ini tak ada satu kerajaan Kristen pun yang tidak secara terang-terangan atau dengan cara-cara licik mencoba untuk menghalau Allah dari tengah-tengahnya. Serikat-serikat rahasia dan tuan mereka, iblis, yang membangkitkan dan mengacaukan segala masalah ini.

Sekarang ini adalah saat pangeran kegelapan. Sementara berkuasa ia dapat melakukan yang terburuk, akan tetapi Allah akan menunjukkan bahwa Ia Seorang yang adalah Tuan. Ia dapat menggunakan kekerasan demi mewujudkan kuasa-Nya, namun bahkan dalam pembalasan-Nya, Yesus selalu penuh belas kasihan.

St Mikhael akan campur tangan dalam pergulatan pribadi Gereja yang begitu sangat dianiaya, tapi tak begitu mudah dihancurkan seperti yang dipikirkan si jahat. Adalah dia yang juga adalah pelindung khusus Perancis dan yang akan membantunya mengambil posisi sebagai puteri sulung Gereja, sebab kendati segala kejahatan yang dilakukan di Perancis, masih banyak kebaikan dan begitu banyak jiwa saleh di sana. Aku tidak tahu bilamana St Mikhael akan turun tangan; kau harus berdoa banyak untuk intensi ini. Mohonlah pertolongan sang Malaikat Agung, ingatkan dia akan gelar-gelarnya dan mohonlah padanya untuk menjadi perantara kepada Kristus, yang Hati-Nya menerima pengaruhnya juga. Tetapi pastikan bahwa Santa Perawan tidak dilupakan. Perancis adalah kerajaannya, istimewa dibandingkan semua yang lain. Ia akan menyelamatkanya. Mereka yang menganjurkan pendarasan Rosario di mana-mana layak mendapat pujian. Doa inilah yang paling ampuh dalam saat penting ini.

Apalah artinya beberapa saat yang kita lalui di bumi ini dibandingkan kekekalan? Di saat ajal, kau tak akan mendapati bahwa kau telah melakukan terlalu banyak. Jadilah sangat murah hati, jangan dengarkan diri sendiri tetapi selalu melihat tujuan ke mana Yesus memanggilmu. Itulah kekudusan, kasih yang murni. Lalu majulah dan jangan pernah menoleh ke belakang. Salib-salib besar, salib-salib yang seringkali mematahkan hati, begitulah, adalah bagian dari sahabat-sahabat Allah sendiri.

16 Oktober. Tak ada guna bagimu mengkhawatirkan jiwa-jiwa yang dipercayakan kepadamu, menegur mereka atau mencoba membuat mereka sedikit lebih condong ke arah spiritual. Engkau hanya akan berhasil sejauh kau sendiri spiritual. Hanya melalui pantulan kesalehanmu sendiri kau dapat menempatkannya ke dalam hati mereka. Jika kau sendiri tidak seperti yang seharusnya, jika kau tidak erat bersatu dengan Yesus, kata-katamu akan sampai ke telinga mereka, tetapi tidak akan masuk ke dalam hati mereka, sehingga usahamu tidak akan membuahkan hasil. Adakah kau lihat betapa baiknya bersatu dengan Yesus? Itulah satu-satunya kebahagiaan sejati di bumi.

September 1882. Yesus telah melakukan banyak untukmu dan Ia masih akan melakukan lebih banyak lagi untukmu di masa mendatang, tetapi kau harus menyelaraskan diri dengan rahmat-Nya dalam roh yang murah hati. Jiwa-jiwa yang tiba di puncak kesempurnaan, Ia menuntut mereka menjadi kekasih Hati-Nya. Ia tiada menolak mereka apapun. Apabila kau akan tiba di tingkat itu, Yesus dan kau sendiri akan menjadi satu. Perasaan-perasaanmu, pikiran-pikiranmu dan kerinduan-kerinduanmu akan sama. Oleh karena itu, jadilah baik, bergegaslah menjadi seorang kudus demi mendapatkan kemuliaan besar bagi Sahabat-mu satu-satunya yang menanti saat itu demi membanjiri jiwamu dengan kasih karunia-Nya. Kau belum melakukan cukup upaya dalam menjaga batinmu dan memelihara dalam benakmu Kehadiran Ilahi Yesus. Cobalah bersusah-payah dan kau akan banyak dibantu. Yesus hanya menantikan sedikit kehendak baik dari pihakmu dan Ia akan melakukan sisanya. Katakan pada dirimu setiap hari, "Sebab Yesus mulai menganugerahiku begitu banyak rahmat istimewa, menjadi apakah aku? Bagaimana aku seharusnya? Bagaimana jadinya aku jika aku selalu menyelaraskan diri dengan baik?" Pikiran-pikiran ini yang dimeditasikan selama beberapa menit akan mendatangkan banyak manfaat bagi jiwamu. Hanya saja refleksikan itu dengan serius, sebab adalah kehendak Allah aku mengatakannya padamu. Ia juga menghendaki kau berusaha sungguh-sungguh di jalan kesempurnaan karena di sana tergantung kesempurnaan banyak orang lain. Yesus memiliki kasih yang begitu mendalam kepadamu hinga Ia rindu mencurahkan atasmu rahmat-rahmat pilihan-Nya yang Ia anugerahkan hanya kepada sahabat-sahabat karib-Nya. Percepatlah dengan doa-doa dan kurban-kurbanmu saat bahagia yang akan menjadi saksi persatuan Ilahi yang Yesus ingin bentuk dengan jiwamu.

Semua berlalu dan berlalu dengan cepat. Janganlah banyak khawatir akan hal-hal yang akan berakhir suatu hari. Tujukan pada apa yang tidak akan pernah berakhir. Dengan perbuatan-perbuatan suci kita yang dipersatukan dengan Yesus, marilah kita menghias tahta surgawi kita. Marilah kita menaikkannya beberapa langkah lebih dekat kepada Dia yang akan kita kontemplasikan dan kasihi sepanjang kekekalan masa.

Aku hendak mencoba membuatmu mengerti, sejauh kau dapat di atas bumi ini, seperti apa surga itu. Senantiasa ada pesta-pesta baru satu sesudah yang lain tanpa jeda. Ada kebahagiaan, selalu baru dan begitulah, tampaknya, seperti yang belum pernah dinikmati. Ini adalah aliran deras sukacita yang mengalir tiada henti atas umat pilihan. Surga adalah di atas segalanya dan melampaui segalanya - ALLAH: Allah dikasihi, Allah dinikmati, Allah sumber sukacita; singkat kata, dipuaskan dengan Allah tanpa pernah menjadi puas!

Semakin suatu jiwa mengasihi Allah di bumi, semakin tinggi ia maju dalam kesempurnaan, semakin ia akan mengasihi dan memahami Allah di Surga. Yesus adalah sukacita sejati di bumi dan kebahagiaan abadi Surga.
Sumber : http://yesaya.indocell.net/