Selasa, 30 September 2014


Sosok Thomas yang Sejati: Yoh 20:24-29






KARENA Thomas mempunyai karakter yang berbeda dengan para Rasul lain, maka ia sering dikatakan “ngeyel” atau kurang percaya.Namun gambaran ini kurang tepat.

Contohnya: Ketika Yesus mendengar berita tentang Lazarus sakit, dan mengambil keputusan untuk kembali ke Yudea, namun para murid mereaksi: “Rabi baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali kesana?” Yesus bukan takut dengan orang-orang Yahudi sampai Dia menunda kepergiannya ke Betania, namun dengan sengaja Yesus mau memperlihatkan kuasa Tuhan, setelah Lazarus mati. Dan ketika Yesus sungguh mau kembali ke Yudea,
Thomas dengan tegas mengajak kawan-kawannya: ”Mari kita pergi juga. Biarlah kita mati bersama Dia.”

Thomas tidak mau membiarkan Yesus pergi sendirian dan menantang bahaya. Inilah sikap pemberani.

Thomas seorang jujur dan polos, yang tidak malu mengkaui kekurangannya. Pada waktu perjamuan terakhir Yesus berpamitan pada para muridNya dan berjanji akan menyediakan tempat bagi mereka, Thomas tanpa ragu-ragu bertanya: “ Kami tidak tahu kemana Engkau pergi. Jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” Keraguan Thomas ini justru mendorong Yesus untuk membuka rahasia: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.Tak seorangpun sampai kepada Bapa tanpa melalui Aku.”

Jadi Thomas adalah sosok pribadi yang punya prinsip, tidak ikut-ikutan tetapi ingin kejelasan, maka tidak pernah malu bertanya kalau belum mengerti. Dan sikap Thomas yang paling menonjol yaitu pada peristiwa kebangkitan Yesus dari mati. Pada waktu Yesus menampakkan Diri kepada murid-murid yang lain.

Thomas tidak hadir. Ketika murid-murid lain menceriterakan kepada Thomas, bahwa Yesus yang bangkit telah menampakkan Diri kepada mereka, maka reaksi Thomas spontan:” Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku kedalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Dan yang mengagumkan yaitu Yesus mengabulkannya.

Di satu pihak, sikap tidak mudah percaya seperti ini seringkali dianggap negatif. Tetapi dilain pihak sikap ini sebenarnya mendorong manusia untuk memper-tanggung-jawabkan imannya secara rasional. Separti surat Santo Petrus menga-takan: “ Siap sedialah pada segala waktu untuk memberikan pertanggungan jawab kepada setiap orang…”(1 Petr,3:15).

Santo Agustinus juga menulis: “Dengan pengakuan Thomas dan dengan menjamah luka Tuhan, peristiwa ini mengajarkan kepada kita apa yang harus dan patut kita percayai. Thomas melihat sesuatu dan percaya pada sesuatu yang lain. Matanya memandang ke-manusiaan Yesus, tetapi imannya mengkaui ke-Allahan Yesus, sehingga de-ngan gembira dan penuh penyesalan Thomas berseru: Ya Tuhanku dan Allahku.
 
sumber : http://www.sesawi.net/ 
 
 

Rabu, 24 September 2014


Mendoakan Firman Tuhan : 
Doa Pada Saat Kesulitan Dalam Hal Keuangan



Spiritualitas dan Studi Kitab Suci

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC


 
 
 
 
1. Ayat Kitab Suci

Ketika kita berada dalam kesulitan keuangan, kita bisa mendoakan Firman Tuhan dari Mazmur 34:9-11: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik”.

2. Maksud Ayat-Ayat Itu

Mazmur 34:9-11 hanya dapat dipahami dengan mengerti maksud Daud menciptakan Mazmur 34 ini. Daud memulai Mazmur ini dengan suatu ikrar untuk memuji Tuhan dalam setiap kesempatan dan berbagai keadaan: “Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku” (Mazmur 34:2). Daud berjanji untuk memujiNya tanpa henti. Paulus juga menekankan bahwa kita harus berdoa dengan konsekuen dalam berbagai situasi kehidupan kita: “Tetaplah berdoa” (1 Tesalonika 5:17). Tuhan adalah subjek dari pujiannya. Daud memuji Tuhan karena pengalaman pribadinya bahwa Tuhan sebagai Penyedia dan Pelindungnya. Dari pengalaman pribadinya itu, Daud pun mengajak orang-orang lain untuk juga mengalami kebaikan Tuhan sebagai Penyedia dan Pelindung mereka. Mereka diajak untuk juga menikmati kebaikan Tuhan: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!”(Mazmur 34:9). Kebaikan Tuhan adalah perlindungan-Nya dan persediaan-Nya. Karena itu, orang-orang yang diajak untuk menikmati berkat-berkat Tuhan itu adalah orang-orang yang mau berlindung kepada-Nya.

Mereka yang berlindung kepada Tuhan berarti orang yang kuat atau orang yang berkuasa. Orang yang kuat atau berkuasa dalam istilah bahasa Ibraninya adalah geber. Orang-orang yang benar-benar kuat mendapatkan kekuatannya dari Tuhan dan bukan berasal dari kekuatannya sendiri. Orang-orang yang mendapatkan kekuatan dari Tuhan itu adalah orang-orang yang takut kepadaNya. Orang yang takut kepada Tuhan tidak akan kekurangan apapun karena Tuhan adalah Penyedia yang kita perlukan: “Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! (Mazmur 34:10). Singa-singa muda merana kelaparan menggambarkan orang-orang yang kuat yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan tidak mempercayai Allah. Orang-orang kuat yang mengandalkan kekuatannya sendiri akan menderita, tetapi orang yang mencari Tuhan akan senantiasa tegak dan tidak lemah karena tidak akan kekurangan sesuatupun yang baik: “Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik” (Matius 34:10).

Bagaimana kita bisa mengalami pelepasan dari persoalan keuangan yang merupakan sarana untuk menopang kehidupan kita? Kita harus tetap takut akan Tuhan di tengah kesesakan karena diterpa persoalan keuangan. Takut akan Tuhan berarti tetap hidup secara konsisten sesuai dengan karakter Tuhan dan perintah-perintah-Nya. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang benar. Takut akan Tuhan menyangkut dua hal, yaitu tindakan dan sikap. Tindakan takut akan Tuhan adalah suatu perilaku yang nyata, yaitu dalam keadaan terpuruk dalam keuangan, kita harus tetap tidak berdusta dan tetap mengejar damai sejahtera: “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” (Mazmur 34:14-15). Intinya adalah bahwa kita menjauhi yang jahat dan tetap melakukan hal-hal yang baik. Sikap takut akan Tuhan adalah percaya secara total kepada Dia dalam relasi kita denganNya. Percaya kepada Tuhan berarti bersandar pada Tuhan dan mencari Dia untuk minta tolong daripada bersandar pada kekuatannya sendiri. Kita bersandar pada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya karena kita percaya akan sifat-sifat Tuhan. Sifat Tuhan yang pertama adalah belaskasihan terhadap orang yang rendah hati yang berseru-seru memohon pertolongan-Nya: “Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong” (Mazmur 34:16). Sifat Tuhan yang kedua adalah dekat dengan orang yang patah hati dan remuk jiwanya: “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19).



3. Doa

Doa Mohon Pemulihan Keuangan

“Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik” (Mazmur 34:9-11).

Tuhan, lihatlah kondisi keuanganku.

Persoalan keuanganku membuat diriku gelisah bagaimana menopang hidup keluargaku.

Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, tetapi keuangan seret dan macet.

Apalagi, hutangku semakin hari semakin menumpuk karena tak terbayarkan.

Semuanya itu menambah beban jiwaku.

Tuhan, pulihkanlah keuangan dan kehidupanku.

Berkati pekerjaan dan rencana usaha yang aku akan lakukan, yaitu ……..

Aku mengandalkan kekuatan dariMu, pasti tidak akan kekurangan apapun sebab Engkau adalah Tuhan yang penuh belaskasihan dan dekat dengan orang yang patah hati.

Berikanlah aku hati yang sabar menantikan datangnya kebaikan-Mu karena aku yakin Engkau akan melepaskan aku dari kesesakan ini tepat pada waktunya.

Terimakasih Tuhan atas kasih-Mu dan semoga damai sejahtera Allah melimpah dalam keluargaku saat ini. Amin.

Sumber : katolisitas.org






Sang Pejuang



Seorang ibu datang kepadaku setelah acara Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik Filadelfia di Kuningan – Jakarta, tanggal 03 April 2014. Wajahnya memancarkan sukacita sehingga tidak ada yang tahu bahwa ia mengidap penyakit kanker stadium final kalau ia tidak menceriterakannya. Sukacita dalam jiwanya membuatnya jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Satu pertanyaan yang muncul dari benak adalah mengapa hidupnya tetap bergembira dengan kanker yang ada dalam tubuhnya. Ia rupanya tahu pertanyaan dalam hatiku sehingga ia menerangkan mengapa ia harus senantiasa ceria dalam keadaan sakit: “Aku harus tetap terlihat cantik dan tetap tersenyum demi menjadi motivasi temanku sejak berseragam baju putih abu. Temanku ini menderita penyakit yang sama dengan diriku. Ia belum menerima kenyataan bahwa kanker menderanya. Setiap saat ia bertanya sebagai ungkapan keluhannya ‘mengapa kanker ini datang kepadaku’. Kanker itu telah membuatnya merasa hidupnya tak berarti lagi. Kanker itu telah membunuh semangatnya. Semoga, semangat hidupku dan doaku bisa menjadi penghiburan baginya sehingga semangat hidupnya dapat bangkit kembali. Aku yakin bahwa ia akhirnya akan menjadi pemenang dalam pertempuran melawan kanker ini”.

Tuhan memberikan anugerah kepadanya, yaitu ‘hilangnya rasa sakit’ ketika ia tidak memikirkan penyakit dirinya, tetapi bagaimana meneguhkan sesamanya yang menderita. Sukacita yang dibangunnya demi sesamanya telah menghilangkan rasa takut terhadap penyakit kanker yang dideranya. Hilangnya rasa takut dengan sendirinya melenyapkan rasa sakitnya. Ia sambil mencium salib berdoa: “Terimakasih Tuhan, engkau telah mengambil penderitaanku”.

Beberapa hari yang lalu, ibu itu mengirimkan SMS kepadaku: “Romo, semangat hidup kawankan telah dipulihkan. Sekarang giliranku untuk mengurus penyakitku. Aku siap untuk menjalani kemoterapi. Doakan aku ya Mo…”. Dalam percakapan selanjutnya, imannya nampak sangat kuat dalam menghadapi berbagai tindakan medis. Aku merumuskan ungkapan imannya dalam sebuah puisi:

Aku harus terus melaju

Di saat badai ujian menerpa tubuhku yang rapuh.

Hatiku tak akan mudah hancur karena Tuhan senantiasa di sisiku.

Aku memang kadang merasa lelah.

Akan tetapi, semangat Tuhan dalam jiwaku meruntuhkannya.

Dengan berserah kepada Tuhan, kakiku terus melangkah.

Melangkah dengan penuh semangat.

Tanpa mudah lemas, apalagi memelas.

Aku yakin bahwa aku akan menjadi pemenang

karena aku tak bosan mengarahkan hati kepadaNya, Sang Sumber Kekuatan.

Pengalaman indah ini menjadi pembelajaran bagi kita. Jangan pernah menyerah ketika penderitaan datang, tetapi berserahlah kepada Tuhan. Lakukanlah apa yang berguna, maka kita akan menaklukkan penderitaan. Semangat juang dalam penderitaan menjadi pewartaan yang handal bagi orang yang terpuruk karena persoalan. Akhirnya akan lahir keyakinan: “Tuhan akan menambah kesabaran ketika doa kita belum dikabulkan. Dia akan menambah iman jika permohonan kita telah menjadi kenyataan”. Sabda Tuhan menjadi penghiburan bagi kita: “Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu” (Mazmur 91:7, 9)

Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC



Sumber : katolisitas.org






Selasa, 23 September 2014


KWI tolak PP No. 61/2014 tentang Aborsi karena urgensi medik dan akibat perkosaan
Mgr Ignatius Suharyo (kiri) dan Mgr Johanes Pujasumarta (kanan). (Foto: dokumen)





Pernyataan Sikap KWI terhadap PP No. 61 / 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi:
“Orang yang mempunyai hidup, berhak untuk hidup karena dia sudah hidup dan mempunyai hidup”


HIDUP itu berharga dan bernilai, maka harus dijaga, dipelihara dan dibela. Sejak awal kehidupan, Allah sendirilah yang menciptakan manusia, ”Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” (Mazmur 139:13).

Karena Allah sendiri yang menghendaki karya penciptaan ini, manusia tidak berhak untuk menghentikan Karya Agung Allah ini dengan menyingkirkannya. Apalagi, perintah Allah begitu tegas: Jangan membunuh! (Keluaran 2,30) yang tidak hanya berlaku bagi manusia yang sudah lahir namun juga mereka yang masih berada dalam kandungan.

Gereja mengakui bahwa hidup manusia dimulai sejak pembuahan dan hidup itu harus dibela dan dihormati. Segala bentuk tindakan yang mengancam sejak awal kehidupan ini secara langsung, tidak dibenarkan.

1. Nilai hidup manusia adalah nilai intrinsik yang ada dalam dirinya, dia bernilai oleh karena dirinya sendiri tanpa ada relasinya dengan pihak lain. Kecacatan atau penyakit yang dialami seseorang tidak mengurangi nilai dan martabat manusia. Oleh karena itu, aborsi dengan alasan kecacatan atau penyakit, tidak bisa dibenarkan.

2. Tindak pemerkosaan dapat menyebabkan trauma psikologis, spiritual dan sosial bagi korbannya. Yang diperlukan adalah sikap belarasa terhadap korban dan memberi bantuan dalam pelbagai hal agar yang bersangkutan bisa bangkit dari penderitaannya dan menghilangkan traumanya sehingga bisa kembali hidup bahagia. Namun keinginan untuk bahagia tidak memberikan hak kepadanya untuk membunuh orang lain. Melakukan aborsi demi mencapai kebahagiaan ibu yang mengandung akibat perkosaan sama artinya dengan menggunakan orang lain (janin) sebagai alat dan tidak menghormatinya sebagai subyek. Hal ini merupakan pelanggaran berat terhadap martabat manusia yang adalah Gambar dan Citra Allah.

3. Janin adalah makluk yang “lemah, tidak dapat membela diri, bahkan sampai tidak memiliki bentuk minimal pembelaan, yakni dengan kekuatan tangis dan air mata bayi yang dimiliki oleh bayi yang baru lahir, yang menyentuh hati..” (Evangelium Vitae no. 58). Padahal Allah adalah pembela kehidupan, terutama mereka yang lemah, miskin dan tidak mempunyai pembela. Di sinilah muncul prinsip vulnerability, dimana orang yang kuat harus membela dan melindungi yang lemah. Selaras dengan hati Allah yang membela yang kecil, lemah dan tidak bisa membela dirinya, maka Gereja memilih untuk berpihak pada mereka dan menegaskan untuk membela kehidupan yang sudah diyakini ada sejak pembuahan.

4. Dalam Kitab Hukum Kanonik / KHK (Codex Iuris Canonici – CIC) ditegaskan: “Bagi mereka yang menganjurkan, mendorong dan melakukan tindakan aborsi, sesuai dengan Hukum Gereja, mereka terkena ekskomunikasi latae sententiae” (KHK 1398). Ekskomunikasi langsung atau otomatis.

Demikianlah pernyataan sikap kami terhadap PP No. 61/2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

Kami menolak pemberlakuan pasal 31 dan 34 yang menguraikan tentang pengecualian aborsi yang diakibatkan oleh indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan.

Jakarta, 5 September 2014

P R E S I D I U M
Konferensi WALIGEREJA INDONESIA,

Mgr Ignatius Suharyo
K e t u a

Mgr Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal


Sumber: mirifica.net