Minggu, 31 Agustus 2014


Kisah Heroik 813 Martir Otranto


ada hari Minggu 12 Mei Paus Fransiskus memimpin Misa untuk kanonisasi 813 Martir Otranto; Beata Laura di Santa Caterina da Siena, perawan dan pendiri Kongregasi Misionaris Maria Imakulata, Beata Maria Guadalupe Garcia Zavala, pendiri Kongregasi Abdi St Margaret Mary (Alacoque). Pengumuman kanonisasi itu dibuat pada konsistori pada tanggal 11 Februari - konsistori bersejarah karena di saat bersamaan ada pengumuman dari Benediktus XVI bahwa ia akan mengundurkan diri dari Tahkta Kepausan.






Gambar diatas adalah Katedral Keuskupan Agung Otranto di wilayah Puglia, Italia. Nama Katedral ini adalah Katedral Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga. Di belakang altar dan tabernakel, nampak tengkorak dan tulang belulang sebagian dari 813 Martir Otranto, yang disusun sedemikian rupa di balik jendela kaca tembus pandang. Lalu bagaimana kisah heroik 813 Martir Otranto ini? Berikut kisahnya yang dapat pula diakses di blog ICCT

Awal kisah, kita telah melihat bagaimana Islam sebagai kekuatan agama, politik dan militer telah menduduki 2/3 wilayah Kristen dan menundukkan 3/5 Patriarchate. Pada tanggal 29 Mei 1453, Constantinople jatuh ke tangan mereka. Sekarang hanya tinggal satu Patriarchate, Roma, Sang Kepala Kekristenan. Dan tentu itu menjadi tujuan mereka.

Penaklukkan Constantinople dilakukan oleh Sultan Mehmet II El-Fatih (The Conqueror). Setelah kejatuhan kota Kristen yang megah ini, Eropa terbuka lebar bagi tentara Turki Islam. Mereka meringsek ke jantung Eropa. Meski berhasil dihalau dari Belgrade oleh Hungaria, tentara Turki Islam ini mendapatkan Serbia. Beberapa perang di semenanjung Balkan terjadi. Sultan Mehmet dikalahkan oleh Raja Moldavia Stephen The Great pada Pertempuran Vaslui, 1475. Tetapi sang sultan berhasil menang atas tentara Moldavia setahun kemudian pada Pertempuran Valea Alba. Sekarang target sultan adalah Wallachia. Ambisi ini ditahan oleh Pangeran Wallachia yang terkenal, Vlad III Tepes, atau Vlad the Impaler, atau mungkin lebih terkenal dengan Vlad Dracula. Sultan ini berhenti sejenak dan memikirkan taktik lain.



Sultan Mehmet yang sedang memimpin pengepungan kota Konstantinopel

Sultan Mehmet II, selain menggunakan gelar El-Fatih, menggunakan gelar Kayser-i Rum (Caesar of Rome) dengan alasan telah menduduki Constantinople (New Rome) dan dirinya sendiri adalah keturunan Theodora Kantakouzenos (adik Kaisar John VI Kantakouzenos) yang dinikahkan dengan Sultan Orhan I (1326-59). Sultan Mehmet kini ingin menguasai Roma sendiri.

Target kali ini adalah kota pelabuhan Brindisi, di Puglia (Apulia). Komandan tentara Turki, Pasha Ahmed berencana menguasai Brindisi lalu langsung menyerang Roma sementara bala bantuan Turki akan datang dan mengamankan laju ekspansi mereka. Rencana ini bagus karena Venesia tidak menghalani karena sedang terikat perjanjian damai dengan Sultan Mehmet II sejak 1479. Namun rupanya angin Laut Adriatik tidak mendukung. Mereka harus mendarat di Roca, dekat kota Otranto. Di sinilah kisah heroik kita yang tidak dikira akan dimulai.

Otranto adalah kota di pesisir timur Semenanjung Salento, “tumit” dari “sepatu boot” Italia. Pada zaman itu, sekitar 1480, Otranto diperintah oleh Naples/Aragon. Bagi mereka yang faham sejarah akan mengetahui bahwa Aragon akan berkaitan dengan Spanyol dan memang benar, bahkan Otranto akan menyumbang andil terhadap Inkuisisi Spanyol. Saya akan membahasnya terpisah. Sebuah fakta sejarah yang menarik adalah Katedral Otranto adalah tempat pemberkatan 12.000 Tentara Salib Pertama (1095-9) yang dipimpin oleh Bohemond of Taranto. Kota ini rupanya sudah akrab dengan Perang Salib. Tak lama lagi mereka akan bertemu dengan Salib mereka.

Pada 29 Juli 1480, armada Turki tampak di kaki langit. Dengan kekuatan 18.000 pasukan, 90 galley, 15 kapal galleas bersenjata berat, dan 48 galliot, Turki beringsut menuju Otranto, yang hanya dijaga oleh 400 pasukan di bawah pimpinan Count Francesco Largo. Otranto tidak dilengkapi dengan meriam. Count Largo mengirim utusan ke Utara untuk memperingati bahaya Turki ini. Penduduk Otranto teringat akan kisah Penjarahan Constantinople 1453 di mana ketika kota berhasil ditembus, tentara Turki masuk dan mendapati penduduk sedang berkumpul berdoa di Hagia Sophia, Gereja Orthodox terbesar. Para imam, bayi dan manula dibunuh. Wanita diambil oleh tentara. Sisanya dijual sebagai budak. Untuk Otranto, Pasha Ahmed menawarkan sebuah kemurahan: Bila menyerah, penduduk Otranto akan dilepaskan.

Jawaban Otranto melambangkan keteguhan hati. Kepada utusan Turki pertama, Count menolak menyerah. Utusan kedua menemui panah ketika berusaha menuju kota. Bahkan sang Count memanjat tembok kota dan melempar kunci gerbang kota ke laut. Rupanya tekat penduduk telah bulat. Orang Kristen tidak akan menyerah kepada orang Islam.

Tekad prajurit penjaga kota rupanya berbeda dengan tekat penduduk. Prajurit melarikan diri dengan memanjat tembok kota. Dari 400 prajurit, kini tersisa 50 orang saja. Penduduk Otranto dikhianati oleh penjaga mereka sendiri. Untungnya, kunci kota telah dibuang ke laut sehingga pilihan menyerah telah dicoret. Dengan begini, penduduk Otranto akan menerima hadiah yang lebih besar.

Tentara Turki menyerang dengan meriam dan serdadu sementara penduduk berusaha menahan mereka dengan menumpahkan minyak panas, air mendidih, batu, patung, dan perabot rumah tangga dari atas tembok. Usaha mereka bertahan 2 minggu sampai pada tanggal 12 Agustus 1480, tembok kota Otranto bobol. Tentara Turki dengan mudahnya menguasai kota yang hanya dipertahankan oleh 50 tentara Neapolitan ditambah dengan penduduk yag tidak terlatih dan kelelahan. Tentara Turki bergerak menuju ke Katedral Otranto dan menukan pemandangan lazim seperti di Hagia Sophia.

Seluruh penduduk Otranto telah berkumpul di Katedral. Di antara mereka ada Uskup Agung Stefano Agricola, Uskup Stephen Pendinelli dan Count Largo. Tentara Turki menuntut Uskup Agung untuk melempar salibnya, menolak iman Kristen dan memeluk Islam. Sang Uskup Agung lebih takut terhadap Tuhannya. Dia lalu dipenggal. Uskup Pendinelli dan Count Laro juga menolak. Mereka digergaji hingga wafat. Semua imam dibunuh. Semua penduduk berumur di atas 50 tahun dibantai. Wanita dan anak berumur di bawah 15 tahun dikirim sebagai budak di Albania. Sisanya akan menunggu putusan Pasha Ahmed. Semua ornamen Kristen dilepas dan Katedral yang indah diubah menjadi istal.

Pasha Ahmed mengumpulkan penduduk yang tersisa, sekitar 813 orang. Kepada mereka, dia menawarkan pilihan mati atau memeluk Islam. Bahkan lewat seorang pastor yang murtad, Giovanni, Pasha Ahmed menawarkan imbalan bagi mereka yang memilih masuk Islam. Ada satu orang dari 813 orang itu yang berdiri. Dia adalah seorang penjahit bernama Antonio Primaldi (atau Antonio Pezzulla). Dia berkata:

Saudara-saudaraku, hingga hari ini kita telah bertarung mempertahankan negri kita, untuk menyelamatkan nyawa kita dan demi tuan-tuan kita. Sekarang saatnya kita bertarung untuk menyelamatkan jiwa kita demi Tuhan kita, yang telah wafat di Salib demi kita. Adalah hal yang baik, bila kita juga mati demi Ia, berdiri dengan teguh dan mantap dalam iman, serta dengan kematian di dunia ini, kita akan memenagkan kehidupan kekal dan kemuliaan para martir.

Seluruh penduduk yang tersisa menetapkan keputusaan mereka: mati demi Kristus. Keesokan harinya 14 Agustus 1480, ke-813 orang ini dibawa ke Bukit Minerva. Primaldi merupakan orang pertama yang dipenggal. Tubuhnya sementara tidak berkepala tegap berdiri dan tidak dapat digeser selama eksekusi berlangsung. Terkejut dengan mukjizat ini, salah satu penjagal bertobat dan dibunuh di tempat. Nama orang beruntung ini adalah Berlabei. Demikianlah 813 penduduk Otranto menemui kejayaan mereka sebagai martir. Nampaknya oleh dunia mereka diabaikan karena menemui nasib tragis, namun kisah mereka akan terus diingat sebagai tanda cinta kepada Tuhan Yesus dan mereka akan menerima kemuliaan Surgawi yang jauh lebih baik dari pada pilihan Giovanni.


Tubuh Santo Antonio Primaldo yang masih tetap berdiri, meski kepalanya sudah dipenggal

Mari kita lihat apa yang terjadi setelah penjagalan Otranto dan betapa pilihan heroik mereka telah menyelamatkan seluruh Gereja. Paus Sixtus IV mendapatkan peringatan dari utusan yang dikirm dari Otranto. Dengan segera dia mengumpulkan pasukan dari Hungaria, Prancis dan beberapa bagian Italia. Venesia menolak karena masih terikat dengan perjanjian damai. Sekarang dengan waktu 2 minggu yang dibeli dengan nyawa 813 orang, Italia membangun pertahanan yang memadai untuk menahan gempuran Turki. Pada musim semi 1481, Pasha Ahmed mundur dari Semenanjung Italia, meninggalkan benteng Otranto yang dikawal oleh tentara Turki. Otranto sendiri berhasil direbut lagi pada September 1481.

Sesuatu yang besar terjadi di Gebze, pusat komando Turki. Sultan Mehmet II meninggal tiba-tiba di umur 49 tahun pada 3 Mei 1481. Kemungkinan dia diracuni oleh Venesia. Sekarang terjadi perebutan kekuasaan oleh Bayezid II dengan Cam. Pasha Ahmed tidak disukai oleh Bayezid, dipanggil ke Constantinople dan dipenjara. Sang jendral kemudian dihukum mati pada 18 November 1482 di Adrianople. Impian Turki menguasai Italia sirna bersama Pasha Ahmed.

Kisah heroik Otranto tidak terlupakan. Tulang-tulang mereka digali ketika kota itu direbut kembali. Tulang-tulang ini disimpan sebagai relik di Katedral baru yang dibangun di atas reruntuhan Katedral lama. Beberapa tulang dikirim ke Gereja Santa Caterina in Formello di Naples. Pada 5 Oktober 1980, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Otranto dan mempersembahkan Misa menghormati para martir ini. Pada Juli 2006, Paus Benediktus XVI menerbitkan pernyataan resmi bahwa 813 orang Otranto dibunuh karena kebencian atas iman Kristen (hatred for The Faith, in odium fidei) dan mengakui dengan resmi bahwa mereka adalah martir. Paus Yohanes Paulus II tersentuh dengan kisah 813 martir ini dan teringat akan nasib sengsara orang Kristen yang hidup di tanah Islam. Marilah kita dengan berani dan gembira memanggul Salib kita. Hidup Kristus Raja.

Sumber : katolisitas-indonesia.blogspot.com
 
 

Garang Asem
 
 Garang_asem
 
oleh



SALAH satu pintu utama menuju persatuan dengan Tuhan adalah pengendalian lidah. Demikianlah, orang bijak mengatakan. Yang dimaksud dengan pengendalian ini adalah pengendalian bidang cita rasa dan ucapan manusia.

Dari kodratnya, lidah manusia selalu menyukai rasa manis, ingin menikmati yang enak, serta mencecap yang lezat. Namun kembali kata sang bijak, memuaskan lidah dengan segala makanan yang enak berarti memanjakan tubuh kepada sikap lamban dan malas bahkan menumpulkan kepekaan jiwa akan Yang Adikodrati.

Kepekaan jiwa kita tumpul lantaran kebanyakan makan justru mendorong nafsu dan amarah. Jika jiwa manusia panas, garang dan menyukai kekerasan, bagaimana mungkin Tuhan bisa kita temukan. Bagaimana mungkin membangun manusia baru jika orang masih gampang bernafsu. Bagaimana mungkin menemukan Tuhan dalam kegarangan hati, kekerasan jiwa dan kepenuhan ego. Karenanya, kenikmatan lidah merupakan satu dari tujuh akar kejahatan atau dosa yang mematikan. Maka setiap agama menawarkan hidup bersahaja, puasa dan askese, matiraga – pengendalian diri.

Bagi sang bijak, tidak mungkin orang mengabdi kenikmatan lidah sembari berusaha mendekati dan menyenangkan Tuhan. Orang tak mugkin mengabdi dua tuan. Kita tidak mengatakan bahwa Tuhan salah ketika menciptakan beragam bahan makanan serta kenikmatan mencecap masakan. Kita juga tidak menghalangi tehnologi makanan.

Naluri dasar
Ini soal kebebasan menguasai dan mengendalikan selera makan kita. Aturan serta ritual agama soal makanan adalah design spiritual, gaya hidup yang mengajari kita untuk mengontrol basic instict kita itu. Kebebasan yang ditawarkan aturan agama adalah kebebasan seorang atlit yang mendisplinkan tubuhnya agar dia bebas melakukan gerakan fisik yang umumya kita tidak mampu. Kita tidak diarahkan untuk menolak atau membunuhnya, melainkan mengontrol dan mengaturnya. Dengan demikian kita tidak diatur oleh keinginan makan melainkan mengendalikan, menguduskannya dengan mendedikasikan hidup kita pada gaya hidup sebagaimana yang dimaksud Tuhan.

Orang yang terikat keduniawaian memikirkan bagaimana kenikmatan itu kian bertambah, bagi diri mereka sendiri. Sulit dipercaya, mereka yang menggelembungkan ego tulus membangun aksi pengorbanan, cinta kasih, belas kasihan, empati atau kemurahan hati. Sama sulitnya membangkitkan rasa solidaritas dan kepekaan kepada yang miskin, pedih tersingkir bila orang tak bisa lepas bebas dari makanan berlemak dan kursi empuk. Ia yang tak mampu mengendalikan lidahnya selalu dalam keraguan, kekacauan pikiran, pertentangan batin dan kebingungan.

Ulat jati

Betapa tidak kacau dan bingung. Dari subuh hingga subuh lagi, hidupnya dijejali keinginan untuk pengembaraan lidah. Memang dalam jumlah kelimpahan makanan, kita masih amat kurang. Masih banyak orang Indonesia mengalami kekurangan makan. Namun dalam soal jenis masakan, Indonesia memang tak pernah kekurangan.

Di Pantura saja kita menemukan banyak sekali menu. Di saat pagi orang bisa mencari garang asem atau soto. Siang beralih fokus ke swieke kodok Purwodadi. Sore ke pojok gang mencari siomay, tahu campur. Malam menggoyang lidah dengan sate, lontong atau ikan bakar. Tengah malam bikin mie rebus. Belum lagi segala camilan, segala kacang-kacangan, jajan pasar, wedang plung, ronde hingga enthung jati.

Kita ingat catatan sejarah bangsa Roma yang pernah diwarnai orang-orang kemaruk menikmati kemenangan, menggoyang lidah, gelojoh mabuk pesta-pora, hidangan serta kenikmatan lidah. Demi mereguk kenikmatan lidah, makanan yang telah masuk ke perut dikirik-kirik lagi hingga muntahlah segala makanan itu dan mulai melanjutkan pesta pora. Pesta telah menjadi gaya hidup baik pribadi maupun sosial. Ia bukan soal kaya dan miskin. Ia menjadi sejenis pemenuhan kebutuhan tertentu.

Bila pesta pora telah menjadi gaya hidup, kiranya sulit membicarakan aspek kebersahajaan. Bila keserakahan dan budaya konsumtif merajalela, kesederhanaan apalagi kesederhaan gaya hidup yang merupakan hakikat pembangunan individu dan pembangunan sosial (the very purpose of individual and social developtment) kiranya amat jauh. Bila kelimpahan menjadi norma, orang dihargai karena kemewahan, orang bernilai karena kepunyaan. Apapun rela dilakukan untuk memiliki dalam kelimpahan.

Budaya alternatif
Di tengah pola budaya yang demikian, kita perlu mengembangkan budaya alternatif. Maksud budaya alternatif adalah suatu pola pandang dan perilaku yang menjadi tandingan terhadap pola pandang dan perilaku yang berlaku umum dalam masyarakat. Dengan membangun dan mengembangkan budaya alternatif, akar-akar yang menyebabkan kerusakan masyarakat dan kehancuran lingkungan, korupsi, kekerasan dan penyelewengan kekuasaan diharapkan dapat diatasi. Sejalan dengannya, secara bertahap keadaban publik terbangun dan kesejahteraan umum terwujud.

Meski mengatakan budaya alternatif itu tidak berarti suatu yang baru. Hidup bersahaja adalah gaya hidup yang postmodern sekaligus amat kuno. Kita perlu menemukan gaya hidup bersahaja yang sesuai dengan diri. Selanjutnya action please…. Kini bila gaya hidup bersahaja tidak kita awali, kita tidak tahu bagaimana membangun bangsa ini bersih dari korupsi. Kalau hidup konsumeris dan gelojoh tidak kita rem, kita tidak tahu lagi bagaimana membangun budaya jujur.

Kita tahu kenapa para rahib rajin berpuasa baik puasa makan maupun puasa wicara. Karena puasa adalah latihan kesehatan rohani yang menyegarkan dan membahagiakan. Dengan puasa makan, orang dilatih bersyukur dan solider dengan mereka yang kurang makan. Dua puluh tahun yang lalu kurang lebih 600 juta kekurangan pangan. Kini mungkin tak kurang dari satu miliar orang menganga menanti makanan. Orang makin sadar sumber daya alam ini begitu luas dan tak terhitung, kenapa banyak orang merasakan sumber alam kian terbatas.

Simon Garfunkel
Dengan banyak menghabiskan waktu dalam diam dan hening, mereka menyadarkan betapa hebat kemampuan kata-kata. Kata-kata, mantra memiliki kuasa, kemampuan yang ampuh. Sejak kecil kita terbiasa bicara dan mengobral kata. Kita jarang membiasakan diri dengan keheningan, berdiam diri dan mendengarkan. Kita ingat keluhan tahun 60-an, Simon dan Garfunkel, “People hearing without listening, people talking without speaking”.

Dengan hening kita juga tahu bahwa lidah bukan hanya untuk mengobrol dan mengumbar kata hampa melainkan berharga untuk wicara wawan hati dengan Allah dan menyanyikan lagu pujian dan bersyukur karena namaNya. Allah bersahabat dengan keheningan, demikian Bunda Teresa Kalkuta mengatakan. Setelah kita mampu mendengar duka gembira zaman, menangkap suara lembut Allah dalam keheningan kita, lidah menyampaikan warta gembira. Amsal mengatakan, lidah lembut adalah pohon kehidupan tetapi lidah curang melukai hati. Juga melukai hati Allah.

Dengan hening orang kian tajam dengan gerak panca indera. Seseorang pernah mengatakan prayer is talking; meditation is listening. Dengan menyebut kata listening seolah suatu proses yang pasif semata. Memfokuskan pikiran dalam kesadaran yang rileks pasti bukanlah proses yang pasif. Dari sana mengalirlah konsentrasi, kedamaian, kesadaran yang lebih mendalam tentang hidup dan perasaan bahkan juga penyembuhan. Orang bukan saja sembuh dari keterbelengguan indera. Ia menjadi manusia merdeka.
 
 
Sumber : www.sesawi.net
 
 

Selasa, 12 Agustus 2014


Pengungsi Katolik Irak di Lebanon mengisahkan penderitaan akibat serangan ISIS



13/08/2014


Kenangan brutal di suatu malam pada bulan Juni di rumahnya di dekat Mosul, Irak utara, membuat Yoseph berusia 48 tahun, yang kini mengungsi di Libanon, menangis.

“Orang-orang ini tidak mengenal prikemanusiaan, kesopanan, atau menghormati kehidupan manusia,” katanya, yang mengacu kepada para pejuang Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS).

Pertemuan dengan Catholic News Service pada 8 Agustus di Pusat Migran, yang dikelola Karitas Lebanon di Beirut, ia dan pengungsi Katolik Irak lainnya meminta agar nama mereka tidak disebutkan, berbagi pengalaman traumatis yang menyebabkan eksodus massal.

Yoseph ingat bagaimana istri dan anak remaja mereka, Bachar, berada di ruang tamu mereka. Dua anak lain sudah tidur sekitar pukul 22:00 waktu setempat.

Tiba-tiba empat militan menerobos ke dalam rumah, senjata ditodongkan pada kepala ayah dan anak itu. “Beri kami emas dan barang-barang berharga,” kata seorang pria seperti dikutip Yoseph.

Diselimuti dengan rasa takut, istri Yoseph mencoba dengan tenang mengumpulkan semua perhiasannya. Salah satu militan, melihat salib di leher Bachar, merampas salib itu dengan marah dan mulai memukuli anak itu, menuduh keluarga menahan emas mereka.

“Yang pasti adalah mereka (teroris) bukan orang Irak. Orang berjenggot bukan dari Irak,” kata Yoseph.

Setelah menggeledah rumah mereka untuk mencari barang-barang berharga lainnya, para teroris itu mengingatkan mereka bahwa kelompoknya akan kembali dalam waktu 48 jam.

Ultimatum kelompok itu: Keluarga harus masuk Islam, membayar pajak, atau dibunuh.

Yoseph tahu bahwa ia tidak punya pilihan selain melarikan diri dengan segera bersama keluarganya. “Kami sangat senang, hidup kami baik,” katanya, sambil menangis.

“Semua pekerjaan ayah saya dan saya sendiri serta saudara-saudara saya, bertahun-tahun … hilang hanya dalam beberapa detik,” kata pria itu, yang harus meninggalkan bisnisnya.

Keesokan paginya, “saya pergi ke makam dan menyampaikan selamat tinggal kepada ayah saya, dan saya pergi Misa di gereja saya untuk menerima Komuni. Itu adalah Misa terakhir di desa saya.”

“Saya pikir,” lanjutnya, “kalau seandainya saya mati saat ini, saya pasti berada di rumah Tuhan.”

Keluarga itu melarikan diri ke Irbil pada malam setelah serangan. Mereka menumpang pesawat ke Beirut.

Yoseph mengatakan tetangganya – seorang wanita berusia 85 tahun, yang lumpuh akibat stroke, dan putrinya berusia 60 tahun – para militan itu memberikan kesempatan enam jam kepada mereka untuk meninggalkan rumah mereka.

Kedua wanita tidak punya pilihan selain meninggalkan rumah mereka dengan berjalan kaki, putrinya membantu ibunya yang cacat sepanjang perjalanan, kata Yoseph.

Dia menambahkan ia berharap mereka bisa mendapatkan tumpangan dari konvoi mobil dan truk yang penuh dengan orang Kristen yang meningalkan tempat tinggal mereka.

Melalui seorang kerabat, Yoseph mendapat kamar apartemen di Beirut, tapi sewanya sekitar US$ 850. Karena mahal, ia mencari tempat lain yang lebih murah karena ia mengetahui tabungannya akan habis.

Lowongan untuk mendapatkan pekerjaan sangat kecil, mengingat keadaan ekonomi Lebanon yang sulit. Pengungsi baru harus bersaing dengan pengungsi lainnya untuk bekerja.

Saat ini lebih dari 1,5 juta pengungsi Suriah – sama dengan sekitar seperempat penduduk Lebanon – tinggal di Lebanon.

Bahkan sebelum serangan militan ISIS di Mosul dan Provinsi Niniwe mulai Juni, sudah ada sekitar 9.000 pengungsi Irak di Lebanon, sebagian besar melarikan diri dari tanah air mereka setelah invasi tahun 2003.

“Saya bingung dan gugup, apa yang akan terjadi ke depan,” lanjut Yoseph.

Anak-anak saya bertanya kepada saya, apa yang akan kita lakukan? (ISIS) membuat kita meninggalkan Irak, dan kini (serangan) terjadi di Lebanon,” katanya, mengacu pada serangan tersebut pada 2 Agustus oleh militan ISIS ke kota Lebanon sekitar 55 km sebelah timur laut Beirut.

“Anak-anak terus dihantaui rasa takut,” tambah Yoseph.

Sumber: UCA News






Senin, 11 Agustus 2014

 Shalom Alaechem
Damai Sejahtera Bagi Kamu Sekalian



MENGINJILI SAKSI YEHOWAH


 



Saksi Yehowah didirikan oleh Charles Taze Russell, mantan pedagang pakaian laki-laki dari Philadelphia, pada tahun 1872 di Alleghany, Pennsylvania. Russell dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1852 di Pittsburgh dan wafat pada tanggal 31 Oktober 1916. Ia dibaptis sebagai seorang Kongregasionalis dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Protestan yang keras. Studinya lebih lanjut atas Alkitab menghantarnya untuk menyangkal adanya neraka, doktrin Trinitas, dan menyatakan pandangan-pandangan Arian mengenai kodrat Yesus Kristus, dengan menyangkal keallahan-Nya.



Pada tahun 1879, Russell mendirikan jurnal “The Watchtower” dan pada tahun 1884 membentuk Watchtower Bible and Tract Society. Ia menjelajah Amerika Serikat dan Eropa dalam misi khotbah dan menggorganisir para pengikutnya yang disebut Russellites, Millennial Dawnists, International Bible Students dan akhirnya Jehovah's Witnesses (= Saksi Yehowah). Sepanjang karya misionarisnya, ia menghadapi beberapa skandal termasuk berpisah dengan isterinya setelah 18 tahun masa perkawinan, dan dakwaan penipuan dengan menjual “gandum ajaib” dengan harga yang amat tinggi.



Sesudah kematian Russell pada tahun 1916, Hakim Joseph Franklin Rutherford, seorang pengacara Missouri yang membela Russell dalam beberapa kasus hukum, menggantikannya sebagai pemimpin kelompok. Rutherford secara resmi menjadikan kelompok tersebut sebagai badan hukum pada tahun 1931 sebagai Saksi Yehowah dengan nama hukum “The Watchtower Bible and Tract Society” (= Lembaga Alkitab dan Risalat Menara Pengawal). Rutherford mengembangkan gagasan-gagasan Russell ke dalam suatu sistem doktrin resmi. Ia juga mengubah struktur jemaat sekte sebagaimana di bawah pimpinan Russell menjadi suatu teokrasi yang keras. Rutherford meletakkan dasar sekte sebagaimana kita mengenalnya sekarang.



Menurut Saksi Yehowah, ada satu Tuhan, dan sejak tahun 1931, mereka mendesak Ia disebut “Yehowah”. Ini merupakan versi lain pengucapan kata Ibrani “Yahweh”, yang muncul sekitar abad ketiga SM dan yang dibawa masuk sebagai terjemahan kata “Yahweh” dalam Alkitab versi King James dalam Keluaran 6:3. Saksi Yehowah mengatakan bahwa Yesus adalah Putra Allah, tetapi berada di bawah Allah. Mereka mengutuk Trinitas sebagai pemujaan berhala dan karenanya menyangkal keallahan Kristus. Russell bahkan mengklaim bahwa Trinitas adalah gagasan setan. Namun demikian, ironisnya, ketika membaptis, mereka mempergunakan rumusan, “… Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.”



Meski demikian, Saksi Yehowah menganggap Yesus sebagai Saksi Utama dari semuanya, tidak berada di bawah siapapun selain Yehowah Sendiri. Sebelum keberadaan-Nya sebagai manusia, Yesus adalah suatu makhluk rohani yang disebut Logos, atau Sabda, atau bahkan Malaikat Agung Mikhael. Yesus wafat sebagai manusia dan dibangkitkan sebagai Roh-Putra yang abadi. Sengsara dan wafat-Nya adalah harga yang Ia bayar demi mendapatkan kembali bagi umat manusia hak untuk hidup abadi di dunia. Sungguh, himpunan besar Saksi-saksi sejati berharap akan Firdaus duniawi (Ajaran ini menggemakan bidaah yang dikutuk Gereja awali di awal Konsili Nicea pada tahun 325).



Mereka percaya bahwa Alkitab merupakan satu-satunya sumber kepercayaan dan kaidah perilaku. Tetapi, dukungan Alkitab mereka tampaknya lebih kuat. Mereka hanya diijinkan untuk mempergunakan Alkitab terjemahan mereka sendiri dan publikasi-publikasi resmi mereka sendiri. Sayang, banyak salah terjemahan yang disengaja dalam versi mereka demi mendukung ajaran mereka. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Baru, “Tuhan” diterjemahkan sebagai “Yehowah” terkecuali di mana kata itu menunjuk langsung pada Kristus. Dalam kisah Perjamuan Malam Terakhir, mereka menterjemahkan, “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku” menjadi “Ambillah, makanlah, ini berarti tubuh-Ku.” Guna menegaskan bahwa Yesus adalah ciptaan, mereka menambahkan kata “lainnya” pada Kolose 1:16, “Karena di dalam Dia-lah telah diciptakan segala sesuatu…” menjadi “Karena di dalam Dia-lah telah diciptakan segala sesuatu lainnya… segala sesuatu lainnya diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu lainnya dan segala sesuatu lainnya ada di dalam Dia.”



Saksi Yehowah juga menyangkal keabadian jiwa, adanya neraka, dan ketujuh sakramen. (Meski mereka mempunyai ritual pembaptisan, mereka menganggapnya sekedar sebagai simbol lahiriah dari dedikasi mereka atas pelayanan kepada Yehowah.) Mereka tidak merayakan pesta apapun - termasuk Natal - terkecuali Kenangan akan Perjamuan Malam Terakhir, yang mereka adakan setahun sekali sesudah matahari terbenam pada tanggal 14 bulan Nisan (cara lama dalam menghitung tanggal Paskah) dan dalam mana hanya mereka yang menganggap diri sebagai termasuk dalam himpunan 144.000 dapat ikut ambil bagian dalam “lambang” - roti dan anggur. Mereka menolak transfusi darah. Mereka juga menolak memberi hormat pada bendera, memandangnya sebagai tindak penyembahan berhala. Mereka juga mengutuk rokok.



Saksi Yehowah juga disibukkan dengan Armageddon - pertempuran akhir antara kekuatan baik dan jahat. Di sini Tuhan akan menghancurkan sistem penciptaan yang lama dan mendirikan Kerajaan Yehowah. Suatu kelompok yang terdiri dari 144.000 putera-putera rohani Tuhan akan naik ke surga, memimpin bersama Kristus, dan berbagi kebahagiaan bersama yang lain. Namun, mereka yang jahat akan mengalami kebinasaan total. Russell mengatakan bahwa Armageddon ini tidak akan terjadi lebih dari tahun 1914. (Ia menetapkan tanggal dan waktu spesifik pada tiga kesempatan sebelumnya, tetapi salah). Sejak tahun 1920, Rutherford memaklumkan bahwa “berjuta-juta orang yang sekarang hidup tidak akan pernah mati”; ia juga mengharapkan “para pangeran masa lampau” - Abraham, Ishak dan yang lainnya - datang untuk hidup kembali sebelum tahun 1925 sebagai pemimpin-pemimpin Dunia Baru.



Setelah begitu banyak ramalan-ramalan yang salah, the Watch Tower Society dari pertengahan abad 20 tidak lagi memberikan suatu tanggal yang spesifik bilamana hal-hal ini akan terjadi; tetapi mengulang bahwa “angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.” Belakangan, Nathan Knorr, yang menggantikan Rutherford pada tahun 1942 sebagai pemimpin, meramalkan bahwa dunia akan berakhir pada tahun 1974; dunia sendiri tidak berakhir, tetapi dunia berakhir bagi Knorr - ia meninggal pada tahun 1974. Meski begitu, Saksi Yehowah sungguh yakin bahwa akhir dunia akan datang segera dalam beberapa tahun mendatang.



Setiap anggota Saksi Yehowah dianggap sebagai seorang pelayan tertahbis untuk memberikan kesaksian akan Yehowah dengan memaklumkan Kerajaan-Nya yang akan segera datang. Ia dapat melakukannya dengan penginjilan dari pintu-ke-pintu, dengan pertemuan-pertemuan untuk pendalaman Alkitab di rumah, atau dengan berdiri di pojok-pojok jalan dan menunjukkan bacaan-bacaan Watch Tower. Mewartakan kabar baik merupakan satu-satunya sarana keselamatan. Pada umumnya, pada tingkat pemula seorang Saksi Yehowah disebut “pelayan.” Seorang “penyiar,” ambil bagian dalam pertemuan-pertemuan lima jam dalam seminggu dan membaktikan 10 jam dalam sebulan untuk memberikan kesaksian. Seorang “perintis” membaktikan 100 jam dalam sebulan kepada komunitas.



Kantor utama Saksi Yehowah ada di Brooklyn, New York. Saksi Yehowah amat tersentralisir. Kantor-kantor cabang di negara-negara penting mengawasi karya dan menyalurkan pendistribusian publikasi. Pelayan-pelayan lokal dan keliling secara teratur mengunjungi jemaat-jemaat setempat untuk menemui para pelayan, penyiar dan perintis setempat. Statistik yang akurat tersedia bagi segala kegiatan. Menurut data tahun 1994, sekitar satu juta Saksi Yehowah terdaftar dalam lebih dari 22.000 kongregasi di sekitar 80 negara.  






Gereja Katolik memiliki kepenuhan iman Kristen yang sejati dan sungguh memiliki [kepenuhan iman] yang paling banyak untuk ditawarkan kepada Saksi Yehowah. Tetapi seringkali umat Katolik menghindarkan diri dari berbagi iman Katolik atau berdiskusi dengan Saksi Yehowah.

Kunjungan dari Saksi Yehowah memberikan anda sebuah peluang untuk melakukan sharing Injil tanpa meninggalkan rumah anda. Di bawah ini sejumlah saran untuk membantu anda mempersiapkan diri dalam sharing Injil dengan saksi Yehowah.

1. Berdoa. Berdoa secara teratur meminta Roh Kudus untuk memberikan anda rahmat untuk sharing Injil dengan rekan Saksi Yehowah anda secara efektif.


2. Menerima Sakramen secara teratur. Sakramen-sakramen memberikan kita kehidupan. Tanpa itu, kita tidak memiliki apapun untuk diberikan kepada orang lain yang perlu belajar mengenai Tuhan.


3. Membaca Kitab Suci. Jika anda tidak mengetahui Kitab Suci, anda tidak mengetahui kisah keluarga kita sebagai umat Allah dan anda menjadi seperti yang St. Hieronimus katakan, “tidak mengetahui Kristus.”



4. Mengetahui Iman Katolik anda. Ini adalah hal perlu anda lakukan bukan hanya ketika mendapat kunjungan dari Saksi Yehowah tetapi juga selama hidup anda. Bacalah literatur resmi Gereja Katolik yaitu Katekismus Gereja Katolik. Bila KGK terlalu berat, Gereja Katolik telah mengeluarkan Kompendium Katekismus Gereja Katolik yang isinya ringkasan Katekismus Gereja Katolik. Umat awam sangat disarankan memiliki Kompendium Katekismus Gereja Katolik ini. 



5. Kenali perbedaan ajaran Katolik dengan Saksi Yehowah. Sebenarnya ada banyak perbedaan ajaran antara Katolik dengan Saksi Yehowah. Tetapi ada tiga point utama yang umat Katolik dapat bagikan dengan saksi Yehowah secara efektif. Pilihlah salah satu dari poin-poin berikut untuk dibagikan dan tetaplah berdiskusi mengenai topik ini dengan mereka selama kunjungan mereka. Jangan mudah dibawa keluar dari topik yang sedang dibicarakan.



I. Umat Kristen adalah anak-anak Allah dan mereka memiliki harapan mengalami keabadian bersama Kristus: Saksi Yehowah mengajarkan bahwa hanya 144.000 orang yang dianggap Putera dan Puteri Allah. 144000 orang ini memiliki harapan akan sampai di surga untuk dimuliakan bersama Kristus dalam keabadian. Sisanya yang bukan saksi Yehowah adalah bukan putera puteri Allah tetapi semata-mata teman-teman Allah yang memiliki harapan untuk hidup selamanya di firdaus di bumi. Hal ini sungguh bertentangan dengan Kitab Suci (Roma 8:14-17). Saksi Yehowah sendiri tidak mengakui adanya neraka. Mereka menolak bahwa jiwa-jiwa yang berdosa berat akan masuk neraka. Mereka mengajarkan bahwa jiwa-jiwa yang berdosa berat ini akan hilang lenyap. Penolakan terhadap neraka ini muncul karena mereka sengaja menerjemahkan Kitab Suci secara keliru. Mari kita bandingkan terjemahan mereka dengan terjemahan umum lainnya.

Mt 25:46  And these shall go into everlasting punishment: but the just, into life everlasting. (Douay Rheims Katolik)
Mt 25:46  And these shall go away into everlasting punishment: but the righteous into life eternal. (King James Version)

Mt 25:46 “And these will depart into everlasting cutting-off, but the righteous ones into everlasting life.” (New World Translation milik Saksi Yehowah)


Menurut Saksi Yehowah, mereka yang tidak termasuk kalangan terpilih akan masuk ke dalam “everlasting cutting-off”. Artinya, “penghapusan kekal”. Beda sekali dengan terjemahan Douay Rheims dan KJV di atas yang menuliskan “punishment” yang artinya “hukuman”. Kata asli “ko,lasij“ dalam bahasa Yunani memang harus diterjemahkan “hukuman”.





II. Tidak seorang pun dapat memprediksikan Kedatangan Kristus yang kedua: Para Saksi Yehowah mengajarkan bahwa Yesus kembali secara tidak terlihat pada tahun 1914 Masehi dan pemimpin pertama mereka, Charles T. Russell memprediksi hal ini. Mereka juga mengajarkan bahwa saat kiamat dunia dimulai pada tahun tersebut. Ini sungguh jelas bertentangan dengan Kitab Suci. (lihat Matius 24:23-24; Lukas 21:8)



III. Yesus adalah Allah, bukan ciptaan Bapa, bukan pula Malaikat Agung St. Mikael:


“Pertanyaan yang paling mendasar untuk setiap kelompok atau individu yang memusatkan perhatian pada Yesus ialah: siapa Yesus bagi mereka? (Bdk. Mat 16:15) Bagi orang Katolik, jelas Kristus ialah Allah sekaligus manusia. Ia ialah Pribadi Kedua dalam Allah Tritunggal Mahakudus. Akan tetapi, bagi saksi Yehowah, Yesus ialah ciptaan pula. Memang, Dia itu ciptaan yang pertama. Namun, Dia bukan Allah. Ayat yang biasa mereka kutip ialah Kol 1:15: “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.”

Terjemahan LAI atas ayat tersebut sebenarnya jelas menyatakan bahwa Yesus itu melebihi segala ciptaan. Berarti Dia bersifat ilahi. Dua ayat selanjutnya meneguhkan kenyataan itu: "karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol 1:16).

Masalahnya, saksi Yehowah menerjemahkan ayat tersebut secara berbeda: “He is the image of the invisible God, the first-born of all creation.” (NWT) Mereka menafsirkannya dengan mengatakan bahwa Yesus hanyalah ciptaan pertama (first-born of all creation). Jadi, Dia bukan Allah. Untuk mendukung argumen mereka, Why 3:14 dikutip: “The words of the Amen (Kristus), the faithful and true witness, the beginning of God’s creation.” Mereka bersikukuh bahwa ayat ini berbicara mengenai Yesus sebagai ciptaan awal. Padahal ayat ini bisa ditafsirkan secara sederhana, seperti yang dilakukan oleh para ahli Kitab Suci Kristen pada umumnya, bahwa Yesuslah yang menjadi sumber, awal penciptaan. Dengan kata lain, Dialah awal dari segala sesuatu. Itu berarti Dia tidak punya awal. Dia itu abadi. Dia itu Allah.

Demi mendukung argumen mereka tentang Yesus, saksi Yehowah bertindak jauh dengan mengubah terjemahan umum untuk Yoh 1:1. Terjemahan umum: “Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah; dan Firman itu adalah Allah.” Dengan membaca ayat ini, tidak bisa tidak, setiap orang akan menyadari bahwa orang Kristen meng-Allah-kan Yesus. Memang demikian, bagi orang Kristen, Yesus adalah Allah. “Firman” atau “Logos” dalam Injil Yohanes ialah Yesus Kristus. Dia adalah Allah. Namun, ayat ini kehilangan artinya yang asli ketika diterjemahkan oleh saksi Yehowah: “In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was a god.” (NWT) Perhatikan frasa “was a god”. Huruf “god” dengan huruf kecil menegaskan pandangan saksi Yehowah tentang Kristus. Bagi mereka, Kristus tidak setingkat dengan Allah. Ia berada di bawah Allah. Yesus itu semacam dewa.

Bagi saksi Yehowah, Kristus bukan Allah. Dia hanya ciptaan. Mereka bahkan menyamakan Yesus dengan Malaikat Mikael dengan dasar-dasar Kitab Suci yang sulit diterima (misalnya: Dan 10:13; 12:1; Jud 9; Why 12:7-8). Karena itu, kebanyakan ahli keagamaan tidak memasukkan saksi Yehowah di bawah label “Kristiani”. Mereka bukan orang Kristen dalam arti yang sesungguhnya. Orang Kristen mengakui Yesus ialah Tuhan. Yesus ialah Allah. Salah satu Pribadi ilahi dalam kesatuan kodrat Allah Tritunggal.” (Pater Georgius Paulus, Saksi Yehowah di Pintu Anda: Bagaimana Menghadapinya?)


Bagaimana proses yang sebaiknya anda lakukan ketika menerima sebuah kunjungan dari Saksi Yehowah?



Saksi Yehowah yang mengunjungi anda akan memberikan sebuah presentasi singkat kepada anda. Presentasi singkat ini biasanya berkaitan dengan beberapa literatur yang mereka kehendaki supaya anda baca. Biarkan mereka untuk menyelesaikan presentasi singkat mereka. Dengan cara ini, mereka akan lebih cenderung untuk mendengarkan pesan anda ketika giliran anda berbicara tanpa mereka perlu merasa khawatir bagaimana mereka akan menyelesaikan presentasinya.



Ketika presentasi Saksi Yehowah selesai, anda akan ditanyai apakah anda bersedia menerima literatur mereka atau tidak. Saya tidak merekomendasikan anda untuk menerima literatur tersebut karena anda kemungkinan besar akan diminta untuk membuat donasi. Uang donasi dari literatur tersebut mendanai organisasi mereka. Sebagai seorang Katolik, kita tentu tidak mau uang kita digunakan oleh organisasi keagamaan yang mengajarkan doktrin-doktrin yang salah dan bertentangan dengan Gereja Katolik.



Tolaklah dengan sopan ketika mereka meminta anda menerima literatur mereka dan katakan kepada Saksi Yehowah yang mengunjungi anda bahwa anda memiliki pesan-pesan untuk mereka. Di sini turning point alias titik baliknya. Anda menjelaskan tiga point utama di atas kepada mereka. Mulailah dari point pertama dari tiga poin tersebut dengan memberikan perikop Roma 8:14-17 ini:

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab anda tidak menerima roh perbudakan yang membuat anda menjadi takut lagi, tetapi anda telah menerima Roh yang menjadikan anda anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.


Jelaskan kepada mereka bahwa maksud Kitab Suci ini adalah semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah yang akan dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus, bukan hanya 144.000 orang saja. Beritahu kepada Saksi Yehowah ini bahwa anda tidak memiliki minat untuk hidup selamanya di firdaus di bumi karena harapan anda adalah untuk bersama Yesus selamanya.



Bila memang terpaksa dilanjutkan, bawalah ke poin nomor 2 di mana para tokoh utama Saksi Yehowah mengklaim mengetahui kedatangan Yesus yang kedua. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, pendiri Saksi Yehowah, Charles T. Russell, mengatakan bahwa Kedatangan Yesus yang kedua terjadi pada tahun 1914. Russell menulis dalam bukunya berjudul The Time is at Hand halaman 99 sebagai berikut:

In view of this strong Bible evidence concerning the Times of the Gentiles, we  consider it an established truth that the final end of the Kingdoms of this world, and the full establishment of the Kingdom of God, will be accomplished by the end of A.D. 1914.

Selanjutnya pada halaman 77 dia berkata:

It will prove that some time before the end of A.D. 1914 the last member of the  divinely recognized Church of Christ, the “royal priesthood,” “the body of Christ,” will be glorified with the Head.

Tanyakan kepada Saksi Yehowah tersebut, apakah kedua pernyataan pendiri mereka ini benar-benar terjadi?




Poin nomor tiga mengenai ke-Ilahian Yesus mungkin akan menjadi poin yang lebih sering berhubungan dengan pemahaman teologis yang kebanyakan umat awam kurang ketahui. Tetapi anda bisa mulai menjelaskan dari pengakuan Rasul Thomas akan keilahian Yesus Kristus dengan berkata “Ya Tuhanku dan Allahku” atau penjelasan Pater Paulus di atas.



Hindari untuk menyerang pribadi Saksi Yehowah, tetapi berdiskusilah mengenai ajarannya. Setelah berdiskusi, berdoalah untuk perpindahan mereka ke Gereja Katolik. Bila anda tidak mampu menjawab pertanyaan lain yang mungkin ditanyakan, jujurlah pada Saksi Yehowah tersebut dan berjanjilah pada diri anda dan diri orang itu bahwa anda akan mencari tahu jawabannya kelak. Biasakan pula untuk menyediakan literatur-literatur Katolik yang berguna di rumah anda sehingga dapat digunakan untuk diskusi dengan Saksi Yehowah.


Cerita Seorang Katolik eks-Saksi Yehowah



Dampak yang dapat dihasilkan oleh seorang Katolik yang siap memberikan pesan kebenaran kepada misionaris Saksi Yehowah sangatlah besar.



Sekali peristiwa ketika saya sedang mengunjungi rumah seorang Kristen, saya memberikan presentasi Saksi Yehowah saya mengenai harapan untuk hidup selamanya di firdaus di bumi. Orang ini memberitahu saya dengan sangat tenang dan penuh kasih bahwa harapannya bukanlah untuk hidup selamanya di firdaus di bumi tetapi untuk hidup selamanya di surga dengan Yesus. Dia kemudian berkata, “Dan saya tidak dapat memikirkan tempat lain yang lebih baik untuk saya harapkan, termasuk firdaus di bumi.”



Meskipun saya seorang Saksi Yehowah, saya tahu bahwa berada bersama Yesus Kristus untuk selamanya adalah lebih baik daripada kehidupan abadi di firdaus di bumi. Saya speechless, tidak dapat berkata apa-apa setelah mendengar komentar sederhana ini dan kemudian pergi meninggalkan orang itu. Rekan Saksi Yehowah yang menemaniku hari itu berkata kepadaku, “Saya pikir orang itu memiliki Roh Kudus atau sesuatu hal.”


Bapa Suci meminta kita untuk berkontribusi dalam “Penginjilan Baru” dunia. Kita dapat membuat sebuah kontribusi terhadap “Penginjilan Baru” ini dengan memberikan kesaksian yang baik kepada teman-teman Saksi Yehowah kita. Strategi yang diuraikan di atas dapat menolong anda untuk memulai memberikan kesaksian kepada mereka dengan sukses.


Sumber:  http://www.indonesianpapist.com/