Selasa, 02 Februari 2016

Teladan Uskup Agung Andre-Joseph Leonard
 
KALAHKAN KEJAHATAN 
DENGAN KEBAIKAN HATI


Yang Mulia Uskup Agung Brussel-Mechelen (Belgia), Mgr. Andre-Joseph Leonard memberikan teladan yang di Indah walaupun berat dilakukan.


Pada suatu konferensi di Prancis, Beliau diserang dengan disiram air tanda penghinaan oleh para wanita bertelanjang dada anggota FEMEN (Radikal Feminis) yang mempromosikan perkawinan sesama jenis dan hak-hak wanita. (Lihat fotonya di sini: http://www.sanctepater.com/2013/04/femen-feminists-attack-archbishop-andre.html)


Uskup Agung Andre-Joseph Leonard tidak memberikan perlawanan melainkan duduk tenang dan berdoa meski empat wanita tersebut menyiram dirinya. Empat wanita tsb akhirnya diamakan pihak berwajib sementara Uskup Agung Leonard meninggalkan tempat setelah sebelumnya mencium botol air berbentuk patung Bunda Maria yang digunakan para feminist untuk menyerang Beliau sebagai bentuk penghormatan terhadap Bunda Maria.




Serangan ini bukanlah yang pertama. Karena posisinya, yang selaras dengan Gereja, menolak pernikahan sesama jenis dan homosexual union di mana Beliau mengajarkan supaya kaum homosexual hidup dalam kemurnian ketimbang melakukan pernikahan atau hubungan seks sesama jenis; Beliau sering dikritik dan diserang oleh pendukung homoseksual dan anti-Gereja. Pernah suatu waktu saat memimpin Misa, Beliau dilempar dengan kue torte (pie) oleh seorang pendukung homosexual. Namun, selesai Misa dengan rendah hati dan tegas Beliau berkata:"torte yang rasanya benar-benar enak."
(Lihat di sini: http://eponymousflower.blogspot.com/2010/11/archbishop-mutien-assaulted-at-mass.html)

Ia TIDAK MENYERAH dengan melawan kaum Feminis dan kaum homosexual yang melegalkan perkawinan sejenis. Namun, Ia melawannya dengan hati bukan dengan senjata atau kekerasan.


Jadi teringat Surat rasul Paulus kepada umat di Roma
Roma 12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan hati.


Terima Kasih Yang Mulia.
Teladanmu begitu indah buat para umat.




Sumber:http://www.indonesianpapist.com/2013/04/teladan-uskup-agung-andre-joseph-leonard.html
 
 

Borobudur Temple-Jawa Tengah, Indonesia

Prambanan Temple-Jawa Tengah, Indonesia
Raja Ampat-Papua Barat, Indonesia
Rammang Maros-Sulawesi, Indonesia
Bromo Mountain-Jawa Timur, Indonesia
Pekalen-Jawa Timur, Indonesia

Conservation Of Sibolangit-Sumatera Utara, Indonesia
Crater Lake Of Rinjani-NTB, Indonesia
Waterfall of Lembah Anai-Sumatera Barat, Indonesia
Pulau Beras Basah
Beras Basah Island-Kalimantan Timur, Indonesia 

 
 Labuan Cermin Lake-Kalimantan Timur-Indonesia
 
Pancur Aji Sanggau Waterfall-Kalimantan Barat-Indonesia
 pulau banda
 Banda Island-Maluku Tengah-Indonesia
Tempat Wisata di Manado - Taman Laut Bunaken 
Marine Park of Bunaken-Sulawesi Utara-Indonesia
Tempat Wisata di Manado - Pulau Lembeh 
Embeh Island-Sulawesi Utara-Indonesia
 
Beratan Bedugul Lake-Bali-Indonesia
Tanah Lot-Bali-Indonesia
 Tanjung Tinggi Beach-Belitung-Indonesia
 
 
 
 
Penyembuhan Dalam Keluarga


Keluarga dimulai dengan adanya sebuah pernikahan. Dalam Kitab Suci Allah menyatakan dengan jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti yang tertulis dalam kitab Kejadian, bahwa Ia menciptakan segala sesuatu, termasuk manusia pria dan wanita yang adalah mahkota ciptaan dipanggil untuk “menjadi subur dan berkembang biak memenuhi bumi dan menguasainya” (Kej 1:28). Pernikahan itu sendiri merupakan karunia berharga dari Allah (Kej 2:18) dan Allah ingin agar suami dan istri hidup dalam kesatuan (Kej 2:24). Sebagai tanda kedekatan-Nya dengan manusia, Allah menghembuskan napas kehidupan ke dalam manusia (Kej 2:7). Hal ini berarti bahwa manusia mengambil bagian dalam kehidupan Allah sebagai makhluk ciptaan yang mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan-Nya—untuk berbicara dan mendengarkan Dia; untuk men-sharing-kan pengalaman hidup kita dengan Allah, termasuk hidup perkawinan kita dengan-Nya. Sebaliknya Ia pun dapat men-sharing-kan hidup-Nya dengan kita, ada bersama kita di dalam perkawinan kita. Sama seperti Allah yang telah menghembuskan napas kehidupan-Nya ke dalam diri Adam dan Hawa dan sama seperti Yesus yang telah menghembuskan Roh Kudus kepada para Rasul-Nya, demikian juga Roh Kudus ingin menghembuskan kehidupan Allah ke dalam setiap pernikahan.

Kitab Kejadian menceritakan juga bahwa Allah memberikan perintah kepada manusia pria dan wanita untuk menguasai bumi—membawa seluruh dunia di bawah pemerintahan-Nya, Yesus pun memberikan perintah kepada kita untuk pergi sampai ke ujung bumi dan membawa setiap orang kepada-Nya agar dapat hidup di bawah pemerintahan-Nya. Selama berabad-abad Gereja telah mengajarkan arti “menaklukkan” dunia bagi Allah—dan Gereja terus menerus mengajarkan kita bahwa perkawinan dan keluarga memainkan peranan penting dalam memenuhi panggilan ini.

Ketika Allah menciptakan pria dan wanita, Ia memberikan mereka kemampuan yang luar biasa dan potensi yang tak terbatas. Dengan menciptakannya seturut dengan gambar dan rupa-Nya, mereka diberi jalan masuk kepada-Nya. Mereka memiliki kemampuan untuk berpikir dan mencintai, kebebasan untuk memilih antara yang baik dan yang jahat—bebas untuk taat dan tidak taat kepada-Nya.

Satu Dosa Kecil

Perintah Allah yang pertama adalah agar kita percaya kepada-Nya dan belajar daripada-Nya. Ia ingin agar kita mengambil apa yang Ia berikan kepada kita dan memakainya untuk menaklukkan dunia, tetapi manusia pertama dicobai dan memilih untuk meletakkan harapan mereka pada sebuah dusta yang mengakibatkan potensi mereka terlepas dari Allah. Lebih dari itu, akibat penolakan mereka terhadap perintah Allah yang pertama, dosa masuk ke dalam dunia dan akibat-akibatnya pun segera mulai mengalir, membawa rasa takut dan rasa bersalah.

Dosa lainnya yaitu berpusat pada diri sendiri dan akibatnya pada pernikahan adalah dengan cepat dan tak terelakkan mereka berusaha membenarkan diri mereka di hadapan Allah, bahkan saling mempersalahkan diri di hadapan Allah, “Wanita yang Engkau berikan kepadaku itu—dia memberikan kepada saya buah dari pohon, maka saya makan” (Kej 3:12). Rasa malu pun menjadi suatu kenyataan. ”Mereka menyadari bahwa mereka telanjang sehingga mereka menjahitkan pakaian dari daun pohon ara” (Kej 3:7). Dan lebih celaka dari semuanya itu adalah kematian, “Karena engkau dari debu maka engkau akan kembali ke debu” (Kej 3:19).

Bukankah mengherankan bahwa satu keputusan yang bersifat dosa mempunyai dampak negatif terhadap banyak tingkatan kehidupan, bahkan pada hidup pernikahan yang begitu berharga? Dosa pertama menggelapkan kemesraan pria dan wanita dengan Allah, membuka pintu keterpecahan di antara mereka sendiri, dan mencemarkan kemesraan yang merupakan sebuah tanda resmi adanya pernikahan yang sehat. Dengan kemesraan mereka yang terkompromi, masuklah kecemburuan, kemarahan, perpecahan, bahkan ketidaksetiaan. Ketidaksetiaan ini membuat pernikahan tersebut tidak lagi menjadi sebuah berkat, melainkan sebuah tantangan dan rintangan yang tak terelakkan beserta dengan risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya.

Karena akibatnya langsung terjadi pada setiap pribadi manusia, kuasa dosa mempunyai efek besar pada pernikahan. Pria dan wanita perlu ditebus agar rencana Allah bagi pernikahan dan keluarga terjadi dan Allah memenuhi kebutuhan ini dalam diri Putera-Nya, Yesus Kristus.

Yesus telah memberi kita suatu permulaan baru. Setan dikalahkan. Dosa teratasi. Kematian dihancurkan. Suatu hari baru telah menyingsing.

Yesus sendiri bersabda, “Waktunya telah genap, kerajaan Allah telah dekat, bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Sebuah pernikahan itu terjadi ketika suami dan istri meletakkan iman mereka kepada Yesus dan berusaha untuk memulai hidup dalam “hari yang baru” yang telah diberikan-Nya kepada mereka, tanpa adanya beban-beban yang disebabkan oleh dosa dan perpecahan serta cinta diri. Dalam mendatangkan Kerajaan Allah, Yesus ingin menyampaikan bahwa kuasa Allah jauh lebih besar daripada kuasa dosa dan bahwa Bapa-Nya akan mencurahkan belaskasihan, ketahanan, kebijaksanaan, peneguhan, dan sukacita dari Surga bagi setiap orang yang mencari Dia. Kuasa dosa seperti yang nampak dalam kepahitan, cinta diri, kemarahan, kesombongan dapat diampuni dan dicabut ketika pasangan tersebut datang dan berseru kepada Tuhan. Ia pun ingin menyampaikan bahwa para suami dan istri dapat menemukan damai, bukan karena mereka istimewa, tetapi semata-mata karena Allah mencurahkan rahmat ke atas setiap orang yang ingin hidup dalam “hari yang baru” bersama dan di dalam Tuhan.

Sesungguhnya Yesus telah memulihkan rencana Allah dalam perkawinan. Ketika pasangan suami-istri meletakkan imannya, Yesus menerima janji mereka dan mengikat mereka bersama dengan kuasa Roh Kudus. Oleh iman setiap mempelai inilah, mereka menyadari bahwa Yesus adalah sumber, kehidupan dan kekuatan perkawinan mereka. Suami istri mempunyai jalan masuk ke dalam kuasa ilahi yang menghasilkan cinta dan kesatuan yang lebih mendalam—khususnya bila mereka telah saling melukai dan tak memenuhi harapan dari masing-masing. Dengan berpaling kepada Tuhan, dalam suatu perkawinan ditemukan rahmat Allah untuk mengampuni, untuk mencintai.

Empat langkah sederhana untuk membawa Yesus ke dalam perkawinan:



Pertama: Berdoa Setiap Hari

Mohonlah kepada Allah untuk memberkati pasanganmu dan keluargamu setiap hari! Berilah kepada Allah tempat pertama, tempat kehormatan dalam pernikahanmu! Yesus ingin memenuhi kebutuhan akan cinta yang mendalam ini dengan damai-Nya, jaminan-Nya, dan cinta-Nya. Oleh karena itu, S. Paulus berpesan supaya berdoa dengan tak putus-putusnya (1Tes 5:17). Santo Petrus pun berkata agar kita menyerahkan segala kekuatiran kepada Tuhan sehingga kita dapat mengenal perhatian-Nya terhadap kita (1Ptr 5:7). Ada banyak cara untuk dapat berbicara kepada Allah dan membiarkan Dia memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, misalnya berjumpa dengan Dia pada waktu Ekaristi, berdoa secara pribadi, dan mendengar suara-Nya dalam Kitab Suci.



Kedua: Kurangkan Pernyataan-pernyataan Negatif dan Tekankan Cinta

Ketika terjadi pelbagai macam tekanan pada suatu pernikahan, pernyataan-pernyataan yang menghina dan menyakitkan menemukan jalan masuk ke dalam rumah. Pernyataan-pernyataan seperti ini dapat berlaku sebagai kutuk halus dan harus segera dihentikan. Setan penguasa kegelapan menyambar kata-kata negatif dan memakainya untuk mengusir kerukunan antara suami istri. Bahkan di dalam perkawinan yang sehat, pernyataan-pernyataan yang negatif kadang-kadang dapat keluar dan menciptakan jarak di antara pasangan yang sesungguhnya tidak perlu ada.

Hal pertama dan yang paling penting yang perlu dilakukan adalah memohon kepada Allah untuk memberkati pasanganmu dan keluargamu setiap hari. Yesus memberikan perintah agar setiap pribadi mengasihi pasangannya seperti mengasihi dirinya sendiri. Kita harus memberkati dan bukan mengutuki. Inilah tanda bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya, yaitu saling mencintai. Dengan mengundang kehadiran Roh Kudus, setiap pasangan suami-istri mampu menghentikan penghakiman yang kasar, kritik, komentar yang kejam dan provokasi yang tidak sehat. Penyalahgunaan kata-kata seperti itu hanya akan merusak kepercayaan diri, menciptakan keadaan tanpa harapan dan menelipkan suatu perasaan ketidaklayakan. Lalu bagaimana kita dapat menghentikan pernyataan-pernyataan negatif dan mencintai satu sama lain? Dengan berusaha sekuat tenaga untuk tinggal di dalam Yesus, sepanjang hari memberikan kepada-Nya kebebasan untuk menyatakan cinta-Nya sehingga dapat memandang setiap pasangannya seperti Yesus memandang manusia. Setiap pribadi mulai merasakan rahmat Allah bekerja di dalamnya dan mampu mencintai tanpa ingat diri, bila cinta ini bekerja di dalam dirinya dan menyadari terus bahwa kemampuan baru untuk mencintai bukan berasal dari dirinya, melainkan dari Allah. Kuasa Allah bekerja di dalam hatinya dan di dalam perkawinannya.

Dari sisi lain yang lebih praktis berusaha untuk menemukan cara-cara untuk mengubah atmosfer di rumah dan menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari hari ke hari. Karena itu, setiap pasangan haruslah berusaha mencari kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan cinta yang kecil. Mungkin Anda dapat memasak untuk makan pagi yang khusus di suatu hari dan menyajikannya di tempat tidur. Mungkin Anda dapat membeli bunga atau menulis ungkapan-ungkapan cinta. Berusahalah tersenyum! Sikap-sikap kecil ini dapat membantu menemukan cara mengatasi sikap menganggap biasa saja pasangan kita.

Ketiga: Mengampuni

Yesus pernah bersabda jika kita tidak mengampuni maka kita pun tidak akan diampuni. Perkataan Yesus ini sering kita dengar, namun seringkali kita mudah menghilangkannya. Seringkali seseorang tidak mau mengampuni atau tidak minta ampun karena sombong, atau karena luka batin yang terlalu dalam. Seharusnya setiap orang menyadari bahwa dosa yang tak terputuskan ini menghalangi mengalirnya cinta dan belaskasihan.

Menjadi sebuah kenyataan yang tak terelakkan adalah bahwa dosa merupakan bagian dari dunia manusia. Dalam perkawinan, dosa melukai setiap pribadi pasangannya, melukai anak-anaknya. Sebaliknya, bila menyadari akan kuasa untuk mengampuni dan menerima pengampunan, siapa pun akan merasakan dan mengalami damai dalam keluarganya. Karena itu pengampunan dan rekonsiliasi merupakan salah satu aspek yang perlu dari suatu pernikahan kristiani. Pengampunan menghantar kepada iman yang lebih mendalam, cinta yang lebih mendalam dan merupakan sebuah kesempatan yang baik untuk menolak godaan yang sama di masa yang akan datang. Siapapun yang merasa terlalu terluka untuk mengampuni, jangan menyerah! Lihatlah Yesus dan sadarilah jamahan kasih-Nya! Biarlah kasih-Nya membalut luka-lukamu sehingga bila datang waktunya, Anda akan dapat mengambil langkah-langkah untuk mengampuni.



Keempat: Penghargaan dan Afeksi

Pada awal sebuah pernikahan ada banyak penghargaan dan afeksi dalam diri setiap pasangan, namun hal tersebut dapat hilang dan menjadi sebuah status “koma afeksi” bagi dirinya seiring dengan tahun-tahun berlalu. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda menunjukkan afeksi kepada pasangan Anda? Apakah Anda mengatakan kepadanya bahwa Anda berterimakasih untuk apa yang dilakukan entah di tempat pekerjaan atau di rumah? Anda mengatakan “terimakasih” ketika pasangan memasak makan malammu atau memakai waktu bebasnya untuk berada bersama di rumah? Apakah Anda menunjukkan penghargaanmu atas perawatannya ketika Anda sakit atau ketika dia melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil tanpa diminta? Temukanlah setiap kesempatan untuk mengungkapkan rasa terimakasihmu.

Setiap pasangan perlu menunjukkan afeksi mereka satu terhadap yang lain secara teratur. Suatu ciuman di pagi hari waktu selesai makan, dan pada akhir hari, pantaslah menjadi sebuah sikap yng normal. Berpegang tangan ketika berjalan bersama, duduk berdampingan ketika menonton TV, saling berpelukkan merupakan ungkapan-ungkapan kasih yang tidak hanya membangun pasanganmu, melainkan memberikan kesaksian akan kasih itu sendiri kepada anak-anak. Lebih dari itu, ungkapan-ungkapan ini sangat penting dalam menolong membangun suatu rasa memiliki di rumah. Ingatlah bahwa Allah ingin menghujankan setiap pribadi dengan cinta-Nya yang tak terbatas. Namun, Ia pun menghendaki agar setiap pasangan menghujankan kasih itu sendiri kepada pasangannya.

Selain itu, letakkanlah pengharapanmu pada Tuhan! Setiap orang menyadari bahwa tidak ada perkawinan itu yang sempurna. Meskipun demikian, Allah berkehendak untuk menabur benih-benih kehidupan dan vitalitas ke dalam setiap pernikahan sehingga setiap orang dapat membawa kemuliaan kepada-Nya dan menghasilkan buah bagi kerajaan-Nya. Menjadi tidak realistis jika mengharapkan suatu pernikahan yang bermasalah berubah dalam semalam. Karena itu, sebuah kebenaran yang perlu selalu diingat ialah bahwa Allah ingin berada bersama kita dan memberi “hidup” kepada pernikahan kita melalui Putera-Nya. Dalam Sakramen Pernikahan Yesus hadir, Ia mengajarkan dan membantu kita untuk memiliki suatu pernikahan yang bahagia. Ia ingin menolong dan membawa anak-anak-Nya ke dalam terang-Nya. Dengan hati penuh pengharapan marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk membimbing pernikahan dan keluarga kita sesuai dengan jalan-jalan Allah! Marilah kita berusaha untuk melakukan apa saja yang Ia minta dari kita!

Sumber http://www.carmelia.net/index.php/penyembuhan-dalam-keluarga

 

Borobudur Temple-Jawa Tengah, Indonesia

Prambanan Temple-Jawa Tengah, Indonesia
Raja Ampat-Papua Barat, Indonesia
Rammang Maros-Sulawesi, Indonesia
Bromo Mountain-Jawa Timur, Indonesia
Pekalen-Jawa Timur, Indonesia

Conservation Of Sibolangit-Sumatera Utara, Indonesia
Crater Lake Of Rinjani-NTB, Indonesia
Waterfall of Lembah Anai-Sumatera Barat, Indonesia
Pulau Beras Basah
Beras Basah Island-Kalimantan Timur, Indonesia 

 
 Labuan Cermin Lake-Kalimantan Timur-Indonesia
 
Pancur Aji Sanggau Waterfall-Kalimantan Barat-Indonesia
 pulau banda
 Banda Island-Maluku Tengah-Indonesia
Tempat Wisata di Manado - Taman Laut Bunaken 
Marine Park of Bunaken-Sulawesi Utara-Indonesia
Tempat Wisata di Manado - Pulau Lembeh 
Embeh Island-Sulawesi Utara-Indonesia
 
Beratan Bedugul Lake-Bali-Indonesia
Tanah Lot-Bali-Indonesia
 Tanjung Tinggi Beach-Belitung-Indonesia