Minggu, 24 November 2013


Kesaksian seorang penderita penyakit langka
dipeluk Paus Fransiskus





Seorang pria yang menderita penyakit langka merasa bahagia dan dikasihi setelah dirangkul Paus Fransiskus.

“Paus tidak takut dengan saya, ia memeluk saya. Ia membelai saya, saya merasa sentuhan kasihnya,” kata Vinicio, 53.

Ini adalah kesaksian Vinicio, pria yang menerima berkat khusus dari Paus Fransiskus, dan foto-fotonya telah beredar di seluruh dunia.

Dalam sebuah wawancara dengan koran Italia, Panorama, Vinicio berbicara dengan penuh emosional tentang rangkulan kasih Paus Fransiskus yang berlangsung di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

“Saya pertama kali mencium tangannya, sedangkan ia membelai kepala dan menyentuh lukaku. Kemudian dia merangkul saya, saya mendekap dia erat-erat dan ia mencium wajahku,” kisah pria itu.

Ia menambahkan, “Paus menarik kepalaku ke dadanya dan tangannya merangkul saya. Dia memelukku erat-erat, seolah tidak membiarkan saya pergi. Saya mencoba untuk berbicara, mengatakan sesuatu, tapi saya tidak bias berkat-kata: Saya sangat emosional. Itu berlangsung sekitar lebih dari satu menit, tapi rasanya seperti seabad.”

Berasal dari Isola, sebuah desa kecil di Provinsi Vicenza, Italia, Vinicio tinggal bersama adiknya dan bibi mereka, Caterina Morena, yang mengasuh mereka. Seperti saudarinya yang menderita penyakit yang sama (dalam tipe yang lebih ringan), ia telah menderita nuerofibromitosis tipe 1 sejak ia berusia 15 tahun.

Nuerofibromitosis adalah penyakit langka yang menyebabkan rasa sakit di seluruh tubuh. Saat ini, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

“Tanda-tanda pertama dari penyakit itu muncul setelah saya berusia 15 tahun. Saya diberitahu bahwa saya akan mati dalam 30 tahun. Tapi, saya masih hidup hingga sekarang,” katanya.

“Tangan Paus begitu lembut. Lembut dan indah. Senyumnya ceria dan terbuka. Tapi, apa yang paling mengesankan saya adalah bahwa ia langsung mencium saya. Penyakitku tidak menular, tapi ia tidak tahu itu. Ia membelai wajahku, dan ketika dia melakukan, saya merasakan sentuhan kasihnya,” tambahnya.

Sumber: How it felt to be embraced by the pope
Sumber: http://indonesia.ucanews.com/2013/11/21/bagaimana-rasanya-dipeluk-oleh-paus-fransiskus/ 
 

Paus : Hampiri misteri Salib [Kristus] 
dengan doa dan air mata

 
Pada Misa Pesta Pemuliaan Salib Suci, Paus Fransiskus mengatakan [bahwa] misteri Salib adalah misteri besar bagi umat manusia, sebuah misteri yang hanya dapat dihampiri dengan doa dan air mata.

Dalam homilinya, Paus berkata bahwa dalam misteri Salib itulah kita temukan kisah manusia dan kisah Allah, yang diceritakan oleh para Bapa Gereja dalam perbandingan antara pohon pengetahuan baik dan jahat, di Firdaus, dan pohon Salib:

“Pohon yang satu telah mengusahakan begitu banyak kejahatan, [sedangkan] pohon lainnya telah membawa kita kepada keselamatan, kepada kepulihan. Ini adalah serangkaian dari kisah manusia: sebuah perjalanan untuk menemukan Yesus Kristus Sang Penebus, yang memberikan hidup-Nya bagi kasih. Allah, pada kenyataannya, telah mengutus Putera-Nya ke dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan agar dunia bisa diselamatkan melalui Dia. Pohon Salib itu menyelamatkan kita, semua dari kita, dari konsekuensi-konsekuensi pohon lainnya itu, di mana rasa terlalu percaya diri sendiri, kesombongan, kebanggaan dari kita yang ingin mengetahui segala sesuatu menurut mentalitas kita sendiri, sesuai dengan kriteria kita sendiri, dan juga seturut asumsi kitalah satu-satunya yang ada dan menjadi hakim dunia ini. Ini adalah kisah tentang manusia: dari satu pohon ke [pohon] yang lain”.

Di Salib ada “kisah Allah,” lanjut Paus, karena kita dapat katakan bahwa Allah memiliki sebuah kisah. Dalam kenyataannya,” Dia telah memilih untuk mengambil kisah kita dan untuk melakukan perjalanan dengan kita, yang menjadi manusia, yang menerima kondisi dari seorang hamba dan yang membuat diri-Nya taat bahkan sampai mati di kayu salib”:

“Allah mengambil arah jalan ini untuk kasih! Tidak ada penjelasan lain: kasih sendiri yang melakukan hal ini. Hari ini kita melihat pada Salib, kisah manusia dan kisah Allah. Kita pandang Salib ini, di mana kalian dapat mencoba madu dari getah itu, madu pahit itu, rasa pahit dari manisnya pengorbanan Yesus itu. Tapi misteri ini begitu besar, dan kita tidak bisa oleh diri kita sendiri melihat dengan baik pada misteri ini, tidak untuk memahami – ya, untuk memahami – tapi untuk merasakan dengan mendalam keselamatan dari misteri ini. Pertama-tama misteri Salib. Ini hanya dapat dimengerti, sedikit, dengan berlutut, dalam doa, tetapi juga melalui air mata: air matalah yang mendekatkan kita dengan misteri ini.“

“Tanpa meneteskan air mata, meneteskan air mata yang tulus,” Paus Fransiskus tekankan, kita tidak pernah dapat memahami misteri ini. Ini adalah “seruan peniten, teriakan saudara dan saudari yang menatap pada begitu banyak kesengsaraan manusia” dan memandang kepada Yesus, namun dengan “berlutut dan meneteskan air mata” dan “tidak pernah sendirian, tidak pernah sendirian!”

“Dalam upaya untuk masuk ke dalam misteri ini, yang bukanlah sebuah labirin namun sedikit menyerupainya, kita butuh Ibu-Nya, tangan ibu-Nya. Bahwasanya ia, Maria, akan membuat kita mengerti betapa besar dan rendah hatinya misteri ini; bagaimana manisnya seperti madu dan bagaimana pahitnya seperti getah. Bahwasanya ia akan menjadi seorang yang menemani kita pada perjalanan ini, yang tak seorang pun dapat mengambilnya [bagi kita] jika bukan diri kita sendiri. Masing-masing dari kita harus mengambilnya! Dengan ibu-Nya, [dengan] meneteskan air mata dan [dengan] lutut-lutut kita.”

(AR)

Paus Fransiskus,

Domus Sanctae Marthae, 14 September 2013 
Diterjemahkan dari: www.news.va
Sumber : katolisitas.org
 


Paus : Bahasa-bahasa untuk mengenal Yesus


paus-fransiskus-senyum


Untuk mengenal Yesus, kalian harus melibatkan diri denganNya, seperti yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus pada Misa pagi ini [26/09/2013] di Casa Santa Marta. Paus mengatakan bahwa Yesus akan dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dia mengindikasikan tiga bahasa yang diperlukan untuk mengenal Yesus: bahasa pikiran, bahasa hati, dan bahasa tindakan.

Siapakah Dia? Dari mana Dia berasal? Dalam pernyataan berdasarkan bacaan-bacaan pada Misa Kamis pagi di kapel residensi Domus Sanctae Marthae di Vatikan, Paus Fransiskus telah berfokus pada pertanyaan yang diajukan Herodes tentang Yesus – sebuah pertanyaan yang semua orang yang menjumpai Yesus akhirnya tanyakan. Paus katakan bahwa pertanyaannya adalah sesuatu, yang, “seseorang tanyakan karena rasa ingin tahu,” atau “seseorang yang mungkin meminta keselamatan.” Dia mencatat bahwa, [dalam] bacaan Injil, kita lihat bahwa “beberapa orang mulai merasa takut dengan Orang ini, karena Dia bisa menghantar mereka kepada sebuah konflik politik dengan orang-orang Romawi.” Seorang bertanya-tanya, “Siapakah Orang ini, yang membuat begitu banyak masalah?” Karena, Paus katakan,”Yesus [benar-benar membuat banyak masalah]“:

“Kalian tidak dapat mengenal Yesus tanpa mengalami masalah-masalah. Dan saya berani katakan, “Jika kalian ingin punya masalah, pergi ke jalan untuk mengenal Yesus – kalian akan berakhir dengan memiliki tidak [cuma] satu [masalah], tapi banyak’ Tapi itulah cara untuk mengenal Yesus! Kalian tidak dapat mengenal Yesus di kelas satu (baca: secara ekslusif)! Seseorang dapat mengenal Yesus dengan pergi keluar [ke dalam kehidupan] sehari-hari. Kalian tidak dapat mengenal Yesus dalam damai dan tenang, atau bahkan di perpustakaan: Kenali Yesus “.

Tentu saja, ia menambahkan, “kita bisa mengenal Yesus dari Katekismus,” karena, “Katekismus mengajarkan kita banyak hal tentang Yesus.” Dia berkata, “kita harus mempelajarinya, kita harus belajar itu.” Jadi, “kita mengenal Putera Allah, yang datang untuk menyelamatkan kita, kita memahami keindahan sejarah keselamatan, tentang kasih Bapa, dengan mempelajari Katekismus itu. “Namun demikian, dia bertanya, berapa banyak orang yang telah membaca Katekismus sejak ia diterbitkan lebih dari 20 tahun yang lalu?

“Ya, kalian harus datang untuk mengenal Yesus dari Katekismus – tetapi tidak cukup untuk mengenalNya dengan pikiran: itu adalah sebuah langkah. Namun, [kita] perlu untuk mengenal Yesus dalam dialog denganNya, dengan berbicara denganNya dalam doa, dengan berlutut. Jika kalian tidak berdoa, jika kalian tidak berbicara dengan Yesus, kalian tidak mengenal Dia. Kalian tahu hal-hal tentang Yesus, tapi kalian tidak pergi dengan pengetahuan, yang mana Dia berikan dalam hati kalian melalui doa. Mengenal Yesus dengan pikiran – pelajari Katekismus: mengenal Yesus dengan hati – dalam doa, dalam dialog denganNya. Hal ini membantu kita sedikit, tapi itu tidak cukup. Ada cara ke-tiga untuk mengenal Yesus: yaitu dengan mengikutiNya. Pergi dengan Dia, berjalan bersamaNya.”

Hal ini perlu, “pergi, berjalan di sepanjang jalan-jalan, melakukan perjalanan.” Hal ini perlu, kata Paus Fransiskus, “mengenal Yesus dalam bahasa tindakan.” Di sini, kemudian, adalah bagaimana kalian benar-benar dapat mengenal Yesus: dengan “tiga bahasa – dari pikiran, hati dan tindakan” ini. Jika, kemudian, “aku mengenal Yesus dengan cara-cara ini,” katanya sebagai kesimpulan, “aku melibatkan diri denganNya”:

“Seseorang tidak dapat mengenal Yesus tanpa ikut melibatkan dirinya sendiri denganNya, tanpa mempertaruhkan hidup kalian [pada] Nya. Ketika begitu banyak orang – termasuk kita – mengajukan pertanyaan ini: ‘Tapi, siapa Dia?’, Firman Allah menanggapi,” Kalian ingin tahu siapa Dia? Baca apa yang Gereja beritahu kalian tentang Dia, berbicara kepadaNya dalam doa dan berjalan di jalan bersamaNya. Dengan demikian, kalian akan tahu siapa Orang ini. “Ini adalah Jalan-Nya! Setiap orang harus membuat pilihannya.”

(AR)

Paus Fransiskus,
Domus Sanctae Marthae, 26 September 2013
Diterjemahkan dari: www.news.va
 
 
Sumber : katolisitas.org 
 
 
 

Minggu, 10 November 2013

Paus Fransiskus
"Secercah Kata dan Harapan"









Paus Fransiskus kirim uang untuk perempuan lansia yang kecopetan
16/10/2013

Paus Fransiskus dikenal gemar menelepon umat yang berkirim surat kepadanya. Biasanya, Paus akan memberi wejangan, dukungan dan tuntunan dalam pembicaraan teleponnya.

Namun, belum lama ini Paus memberi lebih dari sekadar simpati dan menjadi pendengar yang baik atas kesulitan umatnya. Paus mengirimkan uang sebesar 200 euro atau hampir Rp 3 juta untuk seorang perempuan tua yang kecopetan di dalam sebuah bus.

Perempuan Venesia berusia akhir 80-an tahun itu, dalam suratnya kepada Paus mengatakan, di dalam tasnya terdapat uang sebesar 54 euro atau sekitar Rp 800.000. Uang itu dicuri dalam bus ketika perempuan itu akan menjenguk suaminya di rumah sakit.

Pekan lalu, seorang pastor lokal terkejut mendapatkan sepucuk surat misterius tiba di gereja yang tak jauh dari kediaman perempuan itu.

Pastor Don Gianni Antoniazzi mengatakan tangannya gemetar saat mengetahui di amplop surat itu terdapat cap resmi Kementerian Luar Negeri Vatikan.

“Ini sebuah momen luar biasa. Paus tak hanya tahu bagaimana cara berinteraksi dengan umat, berkomunikasi dengan brilian, dan memberi mereka harapan,” kata Pastor Antoniazzi, seperti dilansir kompas.com.

“Namun, Paus juga melayani permintaan pribadi seperti ini,” lanjut dia.

Lalu bagaimana isi surat itu?

“Tolong kirimkan, uang ini kepada perempuan yang memintanya. Ini adalah hadiah dari Bapa Suci, yang juga memberikan berkatnya untuk dia dan suaminya,” demikian sebuah catatan dalam surat itu.

Pastor Antoniazzi kemudian mencairkan cek dari Vatikan itu dan memberikan uangnya kepada umat perempuan itu yang menerimanya dengan penuh rasa terkejut.

Langkah Paus ini hanya berselang sepekan setelah dia mengirim uang untuk korban selamat tenggelamnya kapal imigran di perairan dekat pulau Lampedusa yang menewaskan 300 orang.

Selain uang, Paus juga mengirimkan kartu telepon kepada para imigran agar mereka bisa menghubungi kerabatnya di Eropa atau di kampung halamannya.

Pada Senin (14/10/2013), Paus mengumumkan akan melelang sepeda motor Harley Davidson miliknya untuk mengumpulkan dana pembangunan penginapan bagi tuna wisma.

Sepeda motor itu merupakan hadiah bagi Paus setelah dia memberikan kotbah di hadapan 35.000 orang penggemar sepeda motor.

Sumber : http://indonesia.ucanews.com/2013/10/16/paus-fransiskus-kirim-uang-untuk-perempuan-lansia-yang-kecopetan/


Paus kritik sistem ekonomi yang mengidolakan uang
24/09/2013

Paus Fransiskus mengkritik sistem ekonomi global yang mengidolakan uang, dan salah satu dampaknya adalah penderitaan dan pengangguran. Dalam kunjungan ke Cagliari, ibu kota Sardinia, Paus bertemu penganggur, pekerja, termasuk para pekerja tambang.

“Saya menemukan Anda menderita di sini… hal itu melemahkan dan merampas harapan Anda,” katanya pada Minggu (22/9).

“Maaf jika saya menggunakan kata-kata yang keras, tetapi dimana tidak ada pekerjaan, tidak ada martabat,” katanya.

Paus kemudian memimpin Misa bersama sekitar 300.000 orang di luar katedral kota Cagliari. Kepada mereka dia mengatakan, “Kita tidak ingin sistem ekonomi global banyak merusak kehidupan kita, laki-laki dan perempuan harus berada di pusat (sistem ekonomi) sebagaimana Tuhan kehendaki, bukan uang.”

“Dunia telah menjadikan uang sebagai berhala,” kata dia. Paus mengakhiri pidatonya dengan doa meminta Tuhan untuk “memberi kita pekerjaan dan mengajar kita untuk memperjuangkan pekerjaan.”

Di dekat kota pelabuhan itu, massa sekitar 20.000 orang bersorak ketika Paus berbicara tentang hak-hak pekerja dan kehancuran kehidupan orang yang disebabkan oleh pengangguran.

Paus mengatakan, keluarganya sendiri harus pindah dari Italia ke Argentina dan kehilangan segalanya selama depresi ekonomi besar.

Tetapi banyak usaha di kawasan itu, khususnya di kota-kota besar dan daerah dengan pertanian dan industri rusak karena krisis ekonomi. Pabrik-pabrik ditutup dan tambang yang beroperasi dengan kapasitas yang rendah.

Paus menegaskan bahwa penilaiannya tidak terbatas pada situasi lokal. “Ini bukan masalah Italia dan Eropa … Ini adalah konsekuensi dari pilihan dunia, dari sistem ekonomi yang membawa tragedi ini, sistem ekonomi dengan pusatnya pada berhala yang disebut uang,” kata dia.
Sumber: http://indonesia.ucanews.com/2013/09/24/paus-kritik-sistem-ekonomi-yang-mengidolakan-uang/

 
Paus Fransiskus: Gereja “terobsesi” gay dan aborsi
20/09/2013

Paus Fransiskus, dalam sebuah wawancara panjang pertama selama masa kepausannya yang baru enam bulan, mengatakan bahwa Gereja Katolik Roma telah menjadi “terobsesi” untuk mengkhotbahkan masalah aborsi, pernikahan gay, dan kontrasepsi.

Paus menegaskan bahwa dia memilih tidak membahas isu-isu tersebut walau ada sejumlah tudingan dari beberapa kritikus.

Dalam bahasa yang terus terang, Paus Fransiskus berusaha untuk mengatur sebuah nada baru bagi Gereja. Ia mengatakan, Gereja harus menjadi “rumah untuk semua” dan bukan “sebuah kapel kecil” yang berfokus pada doktrin, ortodoksi, dan agenda terbatas tentang ajaran-ajaran moral.

“Tidak perlu membahas tentang masalah-masalah itu sepanjang waktu,” kata Paus kepada Pater Antonio Spadaro, rekannya sesama Yesuit, dan Pemimpin Redaksi La Civilta Cattolica, jurnal Yesuit Italia, yang isinya secara rutin disetujui Vatikan.

“Ajaran-ajaran dogmatis dan moral Gereja tidak semua setara. Pelayanan pastoral Gereja tidak boleh menjadi terobsesi untuk menyalurkan begitu banyak doktrin yang tidak saling berhubungan dan memaksakannya dengan keras. Kita harus menemukan sebuah keseimbangan baru, kalau tidak bahkan bangunan moral Gereja kemungkinan akan roboh seperti rumah kertas, kehilangan kesegaran dan keharuman Injil,” kata Paus.

Wawancara tersebut dilakukan dalam tiga pertemuan pada Agustus di tempat tinggal Paus di Casa Santa Marta, sebuah Wisma Vatikan. Paus Fransiskus memilih tinggal di sana ketimbang di apa yang dia sebut tempat yang lebih terisolasi di Istana Apostolik, tempat tinggal bagi banyak pendahulunya.

Wawancara tersebut dirilis serentak Kamis (19/9/2013) pagi oleh 16 jurnal Yesuit di seluruh dunia, dan mencakup refleksi panjang Paus tentang identitasnya sebagai seorang Yesuit. Paus Fransiskus secara pribadi memeriksa transkrip wawancara itu dalam bahasa Italia, kata Pastor James Martin SJ, editor lepas majalah Yesuit New York, America, sebagaimana diikuti harian New York Times.

Majalah America dan La Civilta Cattolica secara bersama-sama meminta Paus untuk memberikan wawancara, yang America kemudian publikasikan di majalah dan dalam bentuk e-book.

“Beberapa hal di dalam wawancara itu benar-benar mengejutkan saya,” kata Pastor Martin. “Dia tampak, bahkan lebih berpikiran bebas dari yang saya bayangkan.”

Kata-kata Paus baru itu sepertinya punya reperkusi di dalam Gereja yang para uskup dan imamnya di banyak negara sering muncul untuk memerangi aborsi, pernikahan gay, dan kontrasepsi sebagai prioritas kebijakan publik mereka.

Paus mengatakan, ajaran-ajaran itu “telah jelas” baginya sebagai “putra gereja,” tetapi semua itu harus diajarkan dalam konteks yang lebih luas. “Proklamasi kasih penyelamatan Allah datang sebelum imperatif moral dan agama,” kata Paus.

Sejak awal masa kepausannya pada Maret, Paus Fransiskus telah memilih untuk menggunakan sorotan global untuk fokus pada mandat gereja, yaitu melayani masyarakat miskin dan terpinggirkan. Karena itulah, dia menggunakan nama Fransiskus, merujuk pada Santo Fransiskus dari Asisi, untuk menegaskan keberpihakannya pada orang miskin dan terpinggirkan. Paus Fransiskus telah membasuh kaki para napi remaja, mengunjungi pusat pengungsi, dan memeluk peziarah cacat dalam audiensinya.

Kehadiran pastoral dan sikap sederhananya telah membuatnya sangat populer. Demikian menurut sejumlah survei terakhir. Namun, ada juga suara ketidakpuasan dari beberapa kelompok advokasi Katolik, dan bahkan dari beberapa uskup, yang telah memperhatikan sikap diamnya terkait aborsi dan pernikahan gay.

New York Times melaporkan, awal bulan ini, Uskup Thomas Tobin dari Providence, Rhode Island, AS, mengatakan kepada surat kabar keuskupannya bahwa dirinya “sedikit kecewa terhadap Paus Fransiskus” karena dia tidak berbicara tentang aborsi. “Banyak orang telah memperhatikan itu,” kata uskup itu sebagaimana dikutip.

Wawancara tersebut merupakan kali pertama Paus menjelaskan alasan di balik tindakan dan apa yang oleh sejumlah pihak dilihat sebagai pengabaiannya. Dia juga menjelaskan tentang komentar yang dibuatnya terkait homoseksualitas pada Juli lalu, saat berada di pesawat terbang ketika kembali ke Roma dari Rio de Janeiro, setelah merayakan Hari Pemuda Sedunia.

Dalam pernyataan yang kemudian menjadi berita utama di seluruh dunia, Paus baru itu berkata, “Siapakah saya (sehingga) harus menghakimi?” Ketika itu, beberapa orang mempertanyakan apakah Paus hanya merujuk pada gay dalam kaitannya dengan imamat di Gereja? Namun, dalam wawancara kali ini dia menegaskan bahwa dirinya berbicara tentang gay dan lesbian pada umumnya.

“Seseorang pernah bertanya kepada saya, dengan cara yang provokatif, apakah saya menyetujui homoseksualitas,” katanya kepada Pastor Spadaro. “Saya menjawab dengan pertanyaan lain, “Katakan padaku, ketika Tuhan melihat seorang gay, apakah Dia mendukung keberadaan orang itu dengan cinta, atau menolak dan mengutuk orang itu?” Kita harus selalu menghargai orang tersebut.”

Wawancara itu juga menampilkan sisi Paus sebagai manusia, yang mencintai Mozart dan Dostoevsky serta neneknya, dan film favorit Fellini La Strada.

Wawancara 12.000 kata itu berkembang sangat luas dan mengonfirmasi apa yang selama ini dicurigai orang-orang Katolik bahwa Paus Fransiskus sangat tidak mirip dengan para teolog Gereja maupun para politisi sayap kanan.

Dia mengatakan, sejumlah orang mengira dia merupakan seorang “ultrakonservatif” karena reputasinya ketika dia menjabat superior (pemimpin) Provinsi Yesuit di Argentina. Ia mengatakan, dia menjadi superior ketika berusia masih sangat muda, yaitu 36 tahun, dan bahwa gaya kepemimpinannya ketika itu terlalu otoriter. “Namun, saya tidak pernah menjadi orang yang berhaluan kanan (konservatif),” katanya.

Kini, kata Paus, dirinya lebih suka gaya kepemimpinan yang lebih konsultatif. Dia telah menunjuk sebuah kelompok penasihat beranggota delapan kardinal, sebuah langkah yang katanya direkomendasikan para kardinal di konsistori yang memilihnya. Mereka menuntut reformasi birokrasi Vatikan, kata dia, seraya menambahkan bahwa dari kedelapan orang itu, “Saya ingin melihat bahwa konsultasi ini nyata, bukan konsultasi seremonial.”

Paus mengatakan bahwa “menakjubkan” melihat keluhan tentang “kurangnya ortodoksi” mengalir ke kantor Vatikan di Roma dari kalangan Katolik konservatif di seluruh dunia. Mereka meminta Vatikan untuk menyelidiki atau mendisiplinkan para imam, uskup atau biarawati mereka. Keluhan seperti itu, kata Paus, “lebih baik ditangani secara lokal,” atau kantor Vatikan berisiko menjadi “lembaga sensor”.

Ketika ditanya apa artinya bagi dia “berpikir bersama Gereja”, sebuah frasa yang digunakan pendiri Yesuit, St. Ignatius dari Loyola? Paus Fransiskus mengatakan bahwa hal itu tidak berarti “berpikir bersama hierarki Gereja”.

Dia mengatakan dia memikirkan Gereja “sebagai umat Allah, para pastor dan umatnya. Gereja adalah totalitas umat Allah,” lanjutnya, sebuah gagasan yang dipopulerkan setelah Konsili Vatikan II tahun 1960, yang Paus puji telah membuat Injil jadi relevan dengan kehidupan modern, sebuah pendekatan yang dia sebut “benar-benar tidak dapat diubah”.  
 
Sumber : http://indonesia.ucanews.com/2013/09/20/paus-fransiskus-gereja-terobsesi-gay-dan-aborsi/

 
Paus telepon seorang perempuan yang hamil di luar nikah 10/09/2013

Di tengah liburan, telepon seluler milik Anna Romano tiba-tiba berdering. Nomor misterius yang tak dikenal tertera pada layar, dengan kode panggilan 06. Saat menjawabnya, perempuan 35 tahun itu kaget bukan kepalang. Peneleponnya bukan orang sembarangan. Dia adalah pemimpin 1,2 miliar umat Katolik, Paus Fransiskus.

“Itu adalah nomor Roma, dengan kode panggilan 06. Sesaat setelah penelepon mulai bicara, aku mengenali suaranya sebagai beliau. Aku sangat terkejut menerimanya. Paus mengatakan, dia telah menerima suratku dan ingin bicara secara pribadi tentang itu,” kata Anna, seperti dikutip Daily Mail, Jumat 6 September 2013, dan dilansir liputan6.com.

Anna menambahkan, Paus hanya ingin meyakinkan bahwa ada seseorang yang mengkhawatirkannya, peduli dengan dirinya. “Kami hanya bicara lewat telepon secara pribadi beberapa menit, tapi hatiku dipenuhi kegembiraan. Saat bicara dengannya, aku mengusap perutku beberapa kali,” tambah dia. Mengelus perutnya yang membuncit berisi calon buah hatinya.

Sebelumnya, Anna menulis sepucuk surat kepada Paus pada musim panas lalu. Pegawai sebuah toko asal Arezzo, dekat Florence, Italia tengah itu menceritakan kegundahannya saat mengetahui ia hamil dari hubungannya dengan seorang pria — yang tanpa sepengetahuannya sudah menikah dan memiliki seorang anak. Pria itu memintanya menggugurkan kandungannya.

Padahal Anna yang sebelumnya pernah menikah dan bercerai itu awalnya menduga pria tak bertanggung jawab tersebut adalah sosok impiannya.

Dalam suratnya, Anna menceritakan posisinya yang dilematis. Namun, akhirnya ia membuat keputusan. “Aku berkata pada dia (pasangannya), aku tak akan aborsi. Titik. Aku juga minta dia keluar dari hidupku,” kata Anna menceritakan isi suratnya kepada Paus.

Anna mengaku, saat menulis surat itu ia dalam kondisi putus asa dan sedih. Kenapa menulis surat kepada Paus? Menurutnya, ia tak punya orang lain untuk bersandar setelah terhina dan dikhianati.

“Aku menuliskan alamat surat yang sederhana, untuk Paus Fransiskus di Vatikan, memasukkannya ke kotak surat. Aku tak mengharapkan balasan, tapi saat berlibur, aku justru mendapat telepon dari Paus secara pribadi.”

Anna memang pernah melihat Paus Fransiskus secara langsung, hanya sekali, di Basilika Santo Petrus. Namun, tak pernah terpikir, Paus akan meneleponnya dan berbicara dengan penuh perhatian.

“Ia meyakinkanku, bahwa anak adalah anugerah Tuhan, pertanda Ilahiah. Dan bahwa aku tak akan dibiarkan sendirian,” kata Anna.

“Paus juga mengatakan, aku sudah bersikap tabah dan kuat demi bayiku. Lalu aku berkata, ingin membaptis anakku saat ia lahir, tapi aku takut karena aku sudah bercerai dan seorang ibu tunggal. Namun, Paus berkata, ia akan menjadi ayah spiritualku dan membaptis bayiku.”

Anna mengaku tak yakin, Paus benar-benar akan membaptis bayinya secara langsung. “Namun, aku berandai-andai seandainya Paus membaptis anakku, itu akan sangat berarti. Seperti panggilan teleponnya yang mengubah hidupku,” tambah dia.

Anna menambahkan, ia belum tahu jenis kelamin bayinya, “Tapi jika Paus membaptisnya, dan jenis kelaminnya adalah laki-laki, aku pastikan nama anakku — Francis (Fransiskus).”

 
Menelepon Seorang Gay

Sejak awal dinobatkan, Paus Fransiskus tak hanya tampil sebagai sosok sederhana, tapi juga manusiawi dan melakukan pendekatan dari hati ke hati dengan sesama manusia.

Ia biasa membuat panggilan telepon langsung dari kantornya dan dengan ringan berkata, “Halo, saya Paus”, yang membuat penerimanya terkesima.

Paus diketahui pernah menelepon seorang siswa Italia bulan lalu, juga seorang pria yang baru kehilangan adiknya yang terbunuh, menghubungi agen koran di kampung halamannya di Buenos Aires untuk membatalkan langganan surat kabarnya, serta seorang pembuat sepatu — memintanya untuk tak usah repot-repot membuat sepatu kulit warna merah tradisional kepausan yang mahal.

Paus Fransiskus juga mengabaikan etiket saat menghubungi Christophe Trutino, seorang gay berusia 25 tahun dari Toulouse, Prancis, dengan mengatakan, “Homoseksualitasmu — itu bukan masalah.” Membuat orang yang diteleponnya menitikkan air mata haru.

Sebelumnya Christophe menulis surat untuk Paus, menceritakan kesulitannya menyelaraskan imannya sebagai pemeluk Katolik Roma: “aku seorang Katolik, tapi aku gay,” kata dia dalam suratnya.

Sumber : http://indonesia.ucanews.com/2013/09/10/paus-fransiskus-telepon-seorang-perempuan-yang-hamil-di-luar-nikah/

 
Paus Desak Para Uskup Bawa Pesan Gereja ke Warga Miskin

Paus Fransiskus mendesak Uskup-Uskup Katolik menyebarkan pesan Katolik kepada daerah paling miskin di dunia dalam khutbah hari Sabtu (27/7).

Paus Fransiskus mendesak Uskup-Uskup Katolik agar mereka melakukan “turba” atau turun ke bawah dan keluar dari gereja serta menyebarkan pesan Katolik kepada daerah paling miskin di dunia dalam kotbah hari Sabtu (27/7).

Paus kelahiran Argentina itu berpidato di hadapan ratusan uskup dan imam ketika berlangsung Misa di katedral Rio de Janeiro. Kata Paus, “kita tidak bisa mengurung diri dalam batas-batas paroki kita, di dalam masyarakat kita, saat begitu banyak orang merindukan pesan Injil." “Tidak cukup sekedar membuka pintu gereja” kata Paus, “tetapi kita harus keluar dari pintu itu dan bertemu dengan rakyat.”

Seruan Paus untuk menyemangati gereja itu juga disampaikan kepada warga muda selama lawatannya ke Brasil di mana ia menghadiri festival remaja Katolik, yang juga dikenal sebagai Hari Remaja Sedunia. Pada Kamis, Paus sendiri melakukan kontak dengan warga miskin ketika mengunjungi salah satu daerah paling miskin dan kumuh dari Rio de Janeiro yang juga disebut favela.

Sumber:http://www.voaindonesia.com/content/paus-desak-uskup-kunjungi-kaum miskin/1711475.html


Paus Fransiskus sampaikan selamat Idul Fitri

Rabu, 7 Agustus 2013 23:47 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Pemimpin Tahta Suci Vatikan, Paus Fransiskus, menyampaikan selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriyah kepada umat Muslim melalui Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dengan menekankan pada perbuatan saling menghormati antarumat beragama di dunia. Pesan tersebut diteruskan oleh Sekretaris Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) KWI, Romo Benny Susetyo, kepada ANTARA News, Rabu malam. "Biasanya pesan itu dikeluarkan oleh Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama. Namun, Paus Fransiskus ingin secara pribadi mengirim pesan itu kepada umat Islam di dunia saat mereka merayakan Idul Fitri," katanya. Dalam pesan itu, menurut dia, Paus mengangkat tema untuk direfleksikan dan menjadi kepedulian bersama bagi umat Muslim dan Nasrani, yaitu untuk meningkatkan rasa saling menghormati melalui pendidikan.

Paus Fransiskus mengajak kaum Muslim dan Nasrani untuk saling menghormati satu sama lain, pertama-tama adalah hidup, integritas fisik, martabat dan hak-hak yang berasal dari martabat tersebut, yaitu reputasi, harta benda, identitas etnis dan budaya, ide-ide serta pilihan politik.
Paus menegaskan, jika terjadi kerisauan antaragama, terutama di antara umat Nasrani dan Muslim, maka seluruh umat manusia dipanggil untuk dapat menghormati agama sesama.
Secara khusus, Paus Fransiskus meminta seluruh pihak untuk menghormati para pemimpin agama dan tempat-tempat ibadah.

Paus juga mengatakan bahwa orang-orang muda, baik Muslim maupu Nasrani, harus dididik untuk dapat menghormati agama lain dan para pengikutnya, serta menghindari perbuatan tercela dengan merendahkan keyakinan sesama manusia. "Paus berharap agar umat Islam dan Nasrani dapat menjadi promotor sejati dengan saling menghormati dan menjalin persahabatan," ujar Romo Benny menambahkan.

Editor: Priyambodo RH

Sumber: http://www.antaranews.com/berita/389594/paus-fransiskus-sampaikan-selamat-idul-fitri