Kamis, 17 Juni 2021

Katekese tentang Pengharapan





Anak-anakku, kita akan berbicara mengenai pengharapan: inilah yang membuat bahagia manusia di bumi. Sebagian orang di dunia ini berharap terlalu banyak, sementara yang lain kurang berharap. Sebagian mengatakan, “Aku akan melakukan dosa ini lagi. Tidak akan ada bedanya bagiku entah mengaku dosa tiga atau empat kali.” Sama seperti seorang anak mengatakan kepada ayahnya, “Aku hendak meninju Ayah empat kali; tidak akan ada bedanya bagiku dengan meninju Ayah satu kali; yang aku perlukan hanyalah meminta maaf.”

Beginilah cara manusia memperlakukan Allah yang baik. Mereka mengatakan, “Tahun ini aku akan bersenang-senang lagi; aku akan pergi ke pesta-pora dan ke tempat minum-minum, dan tahun depan barulah aku akan bertobat. Allah yang baik pastilah akan menyambutku kala aku memilih untuk kembali kepada-Nya. Allah tidaklah sekejam yang dikatakan para imam.” Tidak, Allah yang baik tidaklah kejam, melainkan adil. Adakah kalian pikir Allah akan menyesuaikan diri dengan segala kehendak kalian? Adakah kalian pikir Allah akan memelukmu, setelah engkau meremehkan-Nya sepanjang hidupmu? Oh, tidak, sungguh! Ada suatu ukuran pasti atas rahmat dan dosa. Apakah yang hendak kalian katakan mengenai seorang ayah yang memperlakukan anaknya yang baik dan anaknya yang tidak baik secara sama? Tidakkah kalian akan mengatakan bahwa ayah itu tidak adil. Baiklah! Jadi, Allah tidak akan adil jika Ia tidak mengadakan pembedaan antara mereka yang melayani-Nya dan mereka yang menghinakan-Nya. Anak-anakku, hanya ada begitu sedikit iman sekarang di dunia, hingga orang, jika tidak berharap terlalu banyak, ia putus pengharapan. Sebagian orang mengatakan, “Aku telah melakukan begitu banyak kejahatan; Allah yang baik tak dapat mengampuniku.” Anak-anakku, ini merupakan hujat besar; memberikan batasan pada kerahiman Allah yang tak terbatas dan tak terhingga. Kalian mungkin telah melakukan cukup banyak kejahatan hingga menyesatkan jiwa-jiwa seluruh paroki, tetapi jika engkau mengakukan dosa-dosamu, jika engkau sungguh menyesal telah melakukan kejahatan ini, dan berbulat hati untuk tidak melakukannya lagi, maka Allah yang baik akan mengampunimu.

Suatu ketika seorang imam berkhotbah mengenai pengharapan dan kerahiman Allah yang baik. Ia meyakinkan yang lain, tetapi dirinya sendiri putus pengharapan. Seusai khotbah, seorang pemuda datang kepadanya dan mengatakan, “Pater, saya datang untuk mengaku dosa.” Imam menjawab, “Saya akan melayani pengakuanmu.” Sang pemuda mengakukan dosa-dosanya dan sesudahnya menambahkan, “Pater, saya telah melakukan banyak kejahatan; saya sesat!” “Apakah yang engkau katakan, anakku?! Kita tidak pernah boleh putus pengharapan.” Pemuda itu bangkit berdiri seraya mengatakan, “Pater, engkau menghendaki saya tidak putus pengharapan, sementara engkau, apakah yang engkau lakukan?” Inilah berkas cahaya; sang imam, sama sekali terperanjat, segera mengenyahkan pikiran keputusasaan; ia menjadi seorang religius dan santo besar…. Allah yang baik telah mengutus seorang malaikat kepadanya dalam rupa seorang pemuda, guna menunjukkan kepadanya bahwa kita tidak pernah boleh putus pengharapan. Allah yang baik akan bersegera menganugerahkan pengampunan apabila kita memohon kepada-Nya, bagai seorang ibunda bersegera merenggut anaknya dari kobaran api.


sumber : “Catechism on Hope by Saint John Vianney”; www.catholic-forum.com
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”