Rabu, 03 Juni 2015

Penulis Cerita Kehidupan





Pengalaman Retret Penyembuhan
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Retret Penyembuhan, tanggal 10 s.d. 12 April 2015 dengan tema “Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Lukas 7:7b), diikuti empat ratus tiga puluh sembilan orang (kurang lebih lima ratus umat termasuk panitia). Masih banyak yang “waiting list” dalam retret penyembuhan itu. Jumlah umat yang besar dalam retret itu menunjukkan betapa besarnya kerinduan umat akan jamahan Tuhan. Tempat jauh, seperti dari Papua, Kalimantan, Pekanbaru, Jawa Tengah, tidak menghalangi peserta untuk datang ke Lembah Karmel, Cikanyere, untuk mengalami kasih Tuhan.

Mereka datang dengan berbagai beban kehidupan yang berat, yaitu persoalan hidup yang tak kunjung tuntas dan sakit penyakit yang sudah lama belum tersembuhkan. Konsep diri pun tak menentu karena gambaran hidup terbentuk oleh penderitaan mereka. Kesunyian dan kesepian bercengkerama dalam kehidupan mereka karena mereka tidak tahu lagi bagaimana membuat hidup masih berarti. Impian dan harapan berhenti karena keadaan dirinya. Retret penyembuhan ini menyadarkan mereka bahwa tiada lagi tempat sandaran bagi jeritan hati, selain Tuhan Yesus, yang Sabda-Nya, mereka imani penuh kuasa.

Mukjizat penyembuhan rohani, fisik, batin, dan dari kuasa kegelapan pasti terjadi. Akan tetapi, sukacita yang bertumbuh dan menyebar dalam relung hati peserta merupakan mukjizat terindah. Harapan dan impian yang telah mati terbangun kembali dari bangkitnya iman. Mereka kini melihat sukacita hidup bukan sekedar manis dilihat mata, tetapi juga manis meski pahit dijalani.

Sukacita di tengah kepahitan hidup itu disharingkan kepadaku oleh empat ibu setelah kami berdoa bersama pada hari Sabtu, 11 April 2015, pukul 23.50, di depan aula Lembah Karmel. Mereka adalah seorang ibu yang menderita kanker payudara yang sudah sembuh, tetapi sekarang bertumbuh kanker hati dan sedang menjalani kemoterapi sampai rambut di kepalanya habis; seorang ibu yang menderita kanker paru-paru; dua ibu yang sedang menghadapi persoalan berat. Aku membahasakan pengalaman iman mereka dalam bahasa berikut ini:

Imanku terhadap Tuhan kini semakin menjadi nafas hidupku.

Aku mengijinkan Tuhan untuk menulis sebuah cerita tentang kehidupanku.

Aku yakin bahwa Tuhan adalah Penulis terbaik tentang diriku.

Dia tahu bagaimana membuat cerita hidupku akan berakhir dengan “Happy Ending”.

Sakit dan penyakit serta persoalan hanyalah bagian dari babak cerita supaya “Happy Ending”, kehidupanku semakin seru.

Cerita hidupku tentu semakin seru karena aku menjalaninya dalam dunia bersama denganNya.

Aku senantiasa mendapatkan bisikan nasihat dari Dia bagaimana hidup tetap berada dalam sukacita-Nya.

Sukacita iman ini menginspirasi satu sama lain sehingga mereka bisa melompat kegirangan. “Ketika sukacita iman membara, kelemahan fisik tidak akan menghalanginya”, kataku dalam hati. Sukacita iman itu tidak berhenti dengan ditutupnya retret dengan Misa, tetapi tetap mengiringi perjalanan pulang dengan tetesan air mata karena kekaguman atas kasih Tuhan. Sukacita ini akhirnya menjadi bunga segar dalam keluarga sehingga semua anggotanya ikut menikmati kebahagiaan ini. Kebahagiaan mereka ini tak kunjung henti karena terus mereka ceriterakan kepadaku sampai saat ini. Sukacita ini besumber pada keyakinan bahwa Tuhan tidak akan lalai pada janji-Nya: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya”, (2 Petrus 3:9a).

Sukacita peserta itu juga menambah sukacita iman para panitia, dari SEP Umum dan Mudika Shekinah serta dari berbagai pihak, yang telah melayani retret ini dengan ketulusan dan kegembiraan. Terimakasih atas pelayanan anda semua dalam retret ini karena telah membawa begitu banyak jiwa pada kebangkitan iman di tengah penderitaan mereka.

Pesan yang dapat kita hayati: Sukacita adalah anugerah Tuhan bagi kita yang memiliki kebeningan hati. Hati yang bening dapat membuat hidup senantiasa berpengharapan meski pernah terluka dan kecewa. Kekecewaan dan luka tidak menghancurkan kebahagiaan hidup kita karena kita tidak terfokus pada seberapa lemahnya diri kita, tetapi pada betapa hebatnya Tuhan kita yang sanggup menyembuhkan: “Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN”, (Yeremia 30:17).

Tuhan Memberkati



Sumber : katolisitas.org


Tidak ada komentar: