Senin, 19 Mei 2014

MARIA GURU DARI YESUS, YUDAS DAN YAKOBUS
dikutip dari: Puisi Manusia-Allah, Vol. 1

 
 
 
"Aku tidak akan pernah mengirim Yesus ke sekolah," kata Maria tegas. Sungguh tidak biasa mendengar-Nya berbicara demikian dan terlebih lagi mendengar-Nya berbicara sebelum Yosef.

"Kenapa? Anak itu harus belajar supaya siap pada waktunya untuk lulus ujian-Nya apabila usia-Nya sudah genap…"

"Anak itu akan siap. Tetapi Ia tidak akan pergi ke sekolah. Itu sudah pasti."

"Kau akan menjadi satu-satunya perempuan di Israel yang melakukan itu."

"Aku akan menjadi yang satu-satunya. Tapi itulah yang akan Aku lakukan. Bukan begitu, Yosef?"

"Ya, benar begitu. Tidak perlu Yesus pergi ke sekolah. Maria dibesarkan di Bait Allah, dan Ia mengenal Hukum sebaik alim ulama manapun. Ia akan menjadi GuruNya. Itulah yang aku kehendaki juga."

"Kalian memanjakan Anak itu."

"Kau tak dapat mengatakan demikian. Ia anak paling baik di Nazaret. Pernahkah kau mendengar-Nya menangis, atau nakal, atau tidak taat, atau kurang hormat?"

"Itu benar. Tapi Ia akan melakukan semua itu jika Kalian terus memanjakan-Nya."

"Kalian tidak dapat dikatakan memanjakan anak hanya karena kalian membiarkan mereka tinggal di rumah. Membiarkan mereka tinggal di rumah menyiratkan mengasihi mereka dengan akal sehat dan dengan sepenuh hati. Dan demikianlah kami mengasihi Yesus kami, dan sebab Maria memiliki pendidikan yang lebih baik dari seorang guru, Ia akan menjadi Guru Yesus."

"Dan ketika Yesusmu menjadi seorang Laki-laki, Ia akan menjadi seperti seorang perempuan kecil yang bodoh yang takut bahkan kepada lalat."

"Tidak. Maria adalah seorang perempuan yang kuat, dan Ia akan memberi-Nya pendidikan secara laki-laki. Aku bukan seorang pengecut, dan aku dapat memberi-Nya teladan sebagai seorang laki-laki. Yesus adalah anak yang tanpa cacat jasmani ataupun moral. Karenanya, Ia akan tumbuh besar dan kuat, baik tubuh-Nya maupun roh-Nya. Kau dapat yakin akan hal itu, Alfeus. Ia tidak akan menjadi aib bagi keluarga. Bagaimanapun, itulah yang telah aku putuskan, dan habis perkara."

"Mungkin Maria yang telah memutuskan, dan kau ..."

"Dan jika demikian? Bukankah benar jika dua orang, yang saling mengasihi satu sama lain, harus memiliki pikiran yang sama dan kehendak yang sama, sehingga masing-masing dapat menerima kehendak yang lain seolah itu adalah kehendaknya sendiri? Jika Maria menghendaki hal-hal yang bodoh, aku akan mengatakan kepada-Nya: "Tidak." Tetapi Ia menginginkan sesuatu yang penuh kebijaksanaan, dan aku menyetujuinya, dan aku menjadikannya keinginanku sendiri. Kami saling mengasihi satu sama lain, kami mengasihi sekarang sama seperti pada hari pertama, dan kami akan terus melakukannya sepanjang hidup kami. Bukankah begitu, Maria?"

"Ya, Yosef. Dan marilah kita berharap bahwa ini tidak akan pernah terjadi, tetapi apabila salah seorang meninggal dunia meninggalkan yang lain, kita akan masih terus saling mengasihi satu sama lain."

Yosef membelai kepala Maria seolah Ia adalah seorang anak perempuan belia dan Ia menatapnya dengan mata-Nya penuh pancaran kasih.

Saudari ipar-Nya ikut bicara: "Kau memang benar. Andai aku dapat mengajar! Anak-anak kami di sekolah belajar yang baik dan yang jahat. Di rumah mereka belajar hanya apa yang baik. Tapi aku tidak tahu apakah… jika Maria…"

"Apakah yang kau inginkan, saudari ipar-Ku terkasih? Berbicaralah terus terang. Kau tahu bahwa Aku mengasihimu dan Aku merasa bahagia jika Aku dapat melakukan sesuatu yang menyenangkanmu."

"Aku sedang berpikir... Yakobus dan Yudas hanya sedikit lebih tua dari Yesus. Mereka sudah pergi ke sekolah... dan apakah yang sudah mereka pelajari!... Yesus sebaliknya telah mengenal Hukum dengan begitu baik… Aku ingin… eh, yang aku maksud, jika aku meminta-Mu untuk menerima mereka juga, ketika Kau mengajar Yesus? Aku pikir mereka akan bersikap lebih baik dan menerima pendidikan yang lebih baik. Bagaimanapun, mereka adalah saudara sepupu, dan sudah wajar bahwa mereka harus saling mengasihi satu sama lain seperti saudara kandung. Oh! Aku akan sangat bahagia!"

"Jika Yosef menghendaki, dan suamimu setuju, Aku bersedia. Sama saja berbicara kepada satu anak atau berbicara kepada tiga anak. Dan adalah suatu sukacita mempelajari seluruh Kitab Suci. Biarkan mereka datang."

Ketiga anak, yang telah masuk dengan sangat tenang, ikut mendengarkan dan menunggu keputusan akhir.

"Mereka akan membuat-Mu putus asa, Maria," kata Alfeus.

"Tidak! Mereka selalu baik terhadap-Ku. Kalian akan baik jika Aku mengajari kalian, bukan?"

Kedua anak laki-laki itu mendekati Maria, yang satu di sebelah kiri-Nya, yang lain di sebelah kanan-Nya, mereka melingkarkan tangan mereka sekeliling pundak-Nya, mereka menempelkan kepala mungil mereka pada pundak-Nya, dan mereka menjanjikan segala hal baik di dunia.

"Biarlah mereka mencoba, Alfeus, dan biarlah Aku mencoba. Aku yakin kau tidak akan kecewa dengan hasilnya. Mereka bisa datang setiap hari dari pukul enam hingga sore hari. Itu sudah cukup, percayalah pada-Ku. Aku tahu bagaimana mengajar tanpa membuat mereka lelah. Kau harus menarik perhatian mereka dan biarkan mereka sekaligus merasa rileks. Kau harus memahami mereka, mengasihi mereka, dan dikasihi oleh mereka, jika kau menghendaki hasil yang baik. Dan kalian akan mengasihi-Ku, bukan?"

Dua ciuman besar adalah jawabnya.

"Lihat?"

"Baiklah. Aku hanya dapat mengatakan: "Terima kasih." Dan apakah yang akan dikatakan Yesus, apabila Ia melihat MamaNya sibuk dengan yang lain? Apa kata-Mu, Yesus?"

"Aku berkata: 'Berbahagialah mereka yang mendengarkan-Nya dan membangun kediaman mereka dekat kediaman-Nya.' Sebagai Kebijaksanaan, berbahagialah mereka yang adalah sahabat-sahabat BundaKu, dan Aku bahagia bahwa mereka yang Aku kasihi adalah sahabat-sahabat-Nya."

"Tetapi siapakah gerangan yang menempatkan kata-kata demikian di atas bibir Kanak-kanak?" Alfeus bertanya takjub.

"Tak seorang pun, saudaraku. Tak seorang pun di dunia ini."

Penglihatan berakhir di sini.


Yesus bersabda:

"Dan Maria adalah guruKu dan guru Yakobus dan Yudas. Itulah sebabnya kami saling mengasihi satu sama lain seperti saudara kandung, bukan hanya karena hubungan kami, tapi karena pengetahuan kami dan kenyataan bahwa kami telah tumbuh besar bersama, bagai tiga tunas yang ditopang oleh satu tunggul saja: BundaKu. Tak ada alim ulama di Israel yang seperti BundaKu yang Termanis. Tahta Kebijaksanaan, dan Kebijaksanaan sejati, Ia mengajarkan kepada kami tentang dunia, dan tentang Surga. Aku katakan: "Ia mengajar kami" sebab Aku adalah murid-Nya tepat sama seperti saudara-saudara sepupu-Ku. Dan "meterai" ini dirahasiakan oleh Allah terhadap penyelidikan-penyelidikan Setan, dan dilindungi dengan aman oleh penampilan suatu kehidupan yang normal. Apakah kau menyukai penglihatan manis ini? Sekarang beradalah dalam damai. Yesus bersamamu." 
 
 
Sumber : yesaya.indocell.net
 
 

Tidak ada komentar: