Rabu, 02 Januari 2013






Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan
Korespondensi antara Vassula dan Konggregasi Ajaran Iman (April/Juni 2002)

Dipublikasikan pertama kali di Jilid 12

Baik dalam bentuk tulisan tangan maupun huruf cetak



Roma. 30 Maret 2003

Yang terkasih para pembaca HSDA (Hidup Sejati Dalam Allah)


Sejak tahun 2000 saya telah mendapatkan kehormatan untuk berkomunikasi dengan Yang Mulia Kardinal Joseph Ratzinger, Prefect Konggregasi Ajaran Iman. Pada tanggal 6 Juli 2000 lalu saya telah menyampaikan kepada beliau sebuah permohonan mengenai tulisan-tulisanku agar diserahkan kepada Konggregasi untuk dipelajari lebih lanjut dan saya pun memohon untuk diberikan kesempatan menjawab keberatan-keberatan yang dinyatakan dalam Notifikasi tertanggal 6 Oktober 1995. Yang Mulia dengan ramah telah memberikan kesempatan tersebut dan di tangan Fr.Prospero Grech, beliau memberikan kepada saya sebuah surat tertanggal 4 April 2002 yang berisi lima pertanyaan kepada saya agar dijawab. Jawaban-jawaban saya terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diserahkan kepada Konggegrasi Ajaran Iman pada tanggal 26 Juni 2002. Kardinal Ratzinger memohon kepada saya agar mempublikasikan pertanyaan-pertanyaan tersebut bersama dengan jawaban-jawabannya dan saya bergembira untuk berbagi ini semua dengan kalian sebagai ungkapan pendirian resmi saya.

Saya berdoa bahwa publikasi dokumen ini bisa menyajikan sebuah dialog kebenaran dan kasih yang begitu penting bukan hanya terhadap ekumenisme namun juga membawakan rahmat Allah agar berbuah di dalam Gereja.


Semoga Allah memberkati kalian,


Vassula


Masa Depan Persatuan Gereja

Meskipun amanat tersebut menegaskan primat Petrus, Uskup Roma, yang dikenal baik dalam Tradisi Orthodox dan Katolik, namun amanat itu tidak berbicara mengenai masalah jurisdiksi. Saya percaya bahwa saya tidak dipanggil untuk berbicara tentang isu ini dan dengan demikian saya menahan diri untuk tidak menyoroti masalah ini.



Panggilanku ini adalah untuk menegaskan akan pentingnya Paus dan mempertahankan kursinya terhadap mereka yang cenderung melawan dan memberontak, di saat yang sama panggilan ini juga memberikan inspirasi bagi pembangunan dan penguatan struktur bagian dalam dari persatuan gereja itu. Pendekatan utama persatuan adalah bahwa persatuan itu terjadi melalui spiritualitas. Amanat ini merupakan panggilan untuk persatuan gereja baik secara intra nos (di dalam diri kita) maupun extra nos (diluar diri kita) – suatu panggilan untuk memperkuat dinamika spiritual dari persatuan baik di dalam gereja-gereja lokal maupun antara gereja-gereja tersebut.

Saya tidak tahu akan seperti apa struktur persatuan gereja di masa depan, sebagaimana Tuhan telah memilih untuk tidak berbicara mengenai masalah ini atau pun Dia tidak suka memberikan saya petunjuk mengenai hal ini tetapi saya percaya bahwa persatuan itu akan datang melalui spiritualitas dan saya percaya saya telah diberi tanda-tanda awal yang merupakan rahmat tentang persatuan gereja masa depan pada berbagai pertemuan ekumenis.

Pada bulan Maret 2000, contohnya, Tuhan mengijinkan persekutuan doa kami di tempat kelahiran-Nya Bethlehem. 450 orang dari datang jauh-jauh, dan ya, dari lebih dari 55 negera dan dari 12 gereja yang berbeda-beda datang ke pertemuan internasional tentang damai dan kasih. Kami berkumpul sebagai satu keluarga. Bersama kami ada 75 imam yang juga berasal dari 12 gereja yang berbeda-beda, tetapi ada juga imam dari Tanah Suci yang bergabung dalam pertemuan ini. Kegiatan ekumenis ini dikoordinasikan oleh beberapa orang Yahudi dan Palestina yang telah tersentuh amanat-amanat “Hidup Sejati Dalam Allah”. Mereka percaya pada penebusan Kristus dan rencana keselamatan-Nya di era ini dan mereka secara sukarela mengorganisasikan pertemuan ini. Ketika kita mengetahui bahwa saat ini bagaimana Palestina dan Israel saling baku hantam, sehingga rekonsilasi dalam pertemuan ini merupakan suatu tanda dari kekuatan Roh Kudus yang menyatukan dua negara ini untuk saling bekerjasama memujudkan pertemuan ini diantara orang-orang Kristen yang terpecah. Seperti yang dikatakan Kitab Suci : “Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai” (Yak 3 :18). Ini adalah pelajaran bagi kita semua.

Kami tinggal di sana dan merasakan akan seperti apa persatuan umat Kristen suatu saat nanti. Kami mendengarkan pidato dari para imam dari berbagai gereja yang berbeda-beda mengenai persatuan. Pidato mereka bergema seperti datang dari satu suara dan satu pikiran. Selama pembicaraan tersebut, kami merasakan keinginan besar kami untuk menjadi satu. Kami melihat dan mengamati para awam dan imam yang haus akan persatuan gereja. Di saat yang sama, kami merasakan pula luka-luka eksternal yang besar akibat perpecahan Tubuh Mistik Kristus ini.

Mayoritas dari kami begitu lelah terhadap perpecahan ini, sebab hal ini tidak sesuai dengan hukum kasih Allah kita. Sorak sorai dan tepuk tangan suka cita dari berbagai negara yang terikat bersama ini serta permohonon bagi persatuan utuh diantara umat Kristen tersingkap bahwa perpecahan bukan hanya suatu dosa tetapi juga anti kesaksian. Tetapi, dosa terbesar terhadap persatuan gereja ini adalah dengan adanya 2 tanggal paskah yang terpisah. Betapa indahnya ketika kita semua menangis bersama-sama : “Christos Anesti” dalam semua dalam satu suara. Kami semua berkata “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi di dalam surga….” Yesus Kristus menyatukan kita semua dengan darah-Nya, dengan demikian kita bisa menolak persatuan gereja ini ? “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya”. (Ef 2 : 14 – 15). Bagaimana kita dapat berkata “tidak” kepada Allah, apabila Dia menginginkan kita bersatu ? Mungkinkah itu karena hati kita telah mengeras ? Telahkah kita melupakan kata-kata Bapa Suci ketika beliau berkata : “Element-elemen yang mempersatukan kita jauh lebih besar daripada yang memisahkan kita” ? Jadi kita akan mengambil elemen-elemen itu dan menggunakannya untuk memperlancar jalan menuju persatuan yang utuh.


Ekaristi Suci dan pembagian ekaristik

Dalam katekismus Gereja Katolik mengacu pada St Agustinus dikatakan mengenai ekaristi sbb :

Karena keagungan misteri ini, Santo Agustinus berseru : “O Sakramen kasih sayang, tanda kesatuan, ikatan cinta” ! Dengan demikian orang merasa lebih sedih lagi karena perpecahan Gereja yang memutuskan keikutsertaan bersama pada meja Tuhan; dengan demikian lebih mendesaklah doa-doa kepada Tuhan, supaya ketaatan kesatuan yang sempurna dari semua orang yang percaya kepada-Nya pulih kembali (KGK 1398).

Tuhan meminta kita untuk berekonsiliasi dan bersatu. Seperti yang dikatakan oleh seorang Kardinal Katolik baru-baru ini kepada seorang kawanku imam Orthodox dari New York yang menghadiri misa Kardinal di Roma, maka keyakinan saya bahwa adalah hal yang mungkin untuk mendapatkan kembali persatuan di sekitar altar Tuhan antara Katolik dan Orthodox, sebagaimana kita berbagi sakramen yang sama dan memiliki iman yang sebenarnya sama, sekalipun terbungkus dalam ekspresi iman dan ibadat yang berbeda-beda. Saya telah mengalami dari Cinta Tuhan yang dalam dan menyala akan keinginan-Nya untuk persatuan sempurna Tubuh-Nya dan percaya bahwa Dia sedang menderita akibat kurangnya kasih dan persekutuan kita. Oleh karena itu, saya tidak memiliki hasrat yang lebih besar selain melihat Tubuh-Nya bersatu kembali dan saya yakin bahwa kita, umat Kristen, apabila kita mencintai Yesus Kristus, harus melakukan semuanya semaksimal mungkin bekerja demi rekonsiliasi dari anggota-anggota Tubuh Kristus yang terpisah.

Sementara itu, saya pun tahu bahwa persatuan ini tidak datang dengan mudah dan hanya melalui mujizat Tuhan kita saja. Meskipun kita harus melalukan apa yang kita dapat untuk memajukan persatuan. Dia telah berjanji bahwa persatuan itu akan terjadi melalui karya Roh Kudus, seperti yang pernah saya katakan tahun 1992 lampau, persatuan akan terjadi tiba-tiba seperti jatuhnya tembok Berlin : “Kerahiman dan Keadilan sedang bekerja melalui tanda-tanda seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara banyak generasi, dan persatuan akan datang ke atas kalian seperti fajar dan itu akan tiba-tiba seperti jatuhnya komunisme – persatuan akan datang dari Allah dan bangsa-bangsa kalian akan menamakannya Mujizat Besar, Hari Terberkati dalam sejarahmu” (10.01.1990)

Gereja Kristus adalah satu dalam pengertian bahwa Kristus adalah satu dan hanya memiliki satu Tubuh Suci. Perpecahan gereja timbul akibat ulah orang-orang yang memecah-belah. Apabila umat Kristen dapat mampu mengatasi halangan-halangan negatif yang memisahkan mereka maka halangan-halangan itu yang menurut Kitab Suci berlawanan dengan penggenapan akan persatuan iman, kasih dan ibadat diantara kita, Bapa akan mendengar doa yang diucapkan oleh Putra-Nya, ketika Dia berkata : “Semoga mereka menjadi satu, sama seperti Engkau di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, sehingga dunia boleh percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku” (Yoh 17 : 27)

Sambil menunggu rahmat ini saya sebaik mungkin mengikuti prinsip-prinsip hubungan dan saya yakin untuk tidak melanggar hati nurani para anggota gereja-gereja. Dalam pertanyaan Konggregasi di atas, dikatakan sebagai berikut, “Kadang-kadang orang mendapatkan kesan dalam membaca karya-karya anda, tetapi anda berdiri di atas kedua Gereja tanpa memiliki komitmen kepada salah satunya…” Tidak ada bukti bahwa dalam amanat-amanat itu terdapat kesan bahwa saya berdiri di atas kedua gereja. Seperti yang Bapak tulis, hal ini terjadi nampaknya lebih pada tingkat praktis.

Sehubungan dengan praktek iman saya, saya adalah seorang Orthodox dan benar-benar menjalankan secara penuh ajaran Gereja saya. Dimana pun ada gereja Orthodox terdekat saya selalu mengikuti Misa hari Minggu, kecuali tidak ada sama sekali seperti di Dhaka Bangladesh tempat saya tinggal. Sebelum saya tinggal di Roma sekarang ini, saya tinggal 11 tahun di Swiss. Setiap minggu saya pergi ke Gereja Orthodox dan imam Yunani Lausanne, Fr Alexander Lossofides adalah saksi saya begitu juga mereka yang melihat saya secara teratur di Gereja tersebut kecuali kalau saya sedang bepergian. Di luar negeri, selama perjalanan saya untuk memberikan kesaksian bahwa dapat terjadi bahwa imam atau uskup Katolik yang mengundang saya berbicara telah memprogramkan Misa Suci untuk diikuti di tempat mereka sehingga saya harus bersama-sama orang-orang untuk mengikuti misa dan menerima Komuni Suci di sana.

Di sini di Roma, saya tinggal diluar pusat kota dan agak jauh dari Gereja Orthodox Yunani yang berada di pusat kota Roma. Memang ada Gereja Orthodox Slavic di Tre Fontane, yang sering saya hadiri tetapi saya tidak mengerti bahasanya. Sehingga saya membiarkan diri saya sesekali, karena setengah dari waktu saya adalah bepergian, untuk menerima Komuni Suci di Sanctuary Madonna del Divino Amore yang berjarak 3 km dari tempat saya. Saya percaya Konsili Vatican ke-2 mengijinkan saya untuk melakukan hal ini ketika hal ini diulangi dalam Katekismus Gereja Katolik yang berkata : “dengan demikian semacam persekutan “in sacris”, jadi dalam ekaristi, “bila situasi menguntungkan dan dengan persetujuan pimpinan gerejani, bukan hanya mungkin, melainkan juga dianjurkan” (KGK 1399).

Dalam dekrit Orientarium Ecclesiarum Vatican II dikatakan : “Ketika umat Kristen Timur terpisah dalam iman yang baik dengan Gereja Katolik, dan mereka memberikan persetujuannya dan memiliki disposisi yang baik, mereka boleh menerima Sakramen Tobat, Ekaristi, Krisma.


Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik dikatakan :

Pelayan-pelayan Katolik dapat menerimakan sakramen-sakramen tobat, Ekaristi dan pengurapan orang sakit kepada anggota-anggota Gereja Timur yang tidak memiliki kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, jika mereka memintanya dengan sukarela dan berdisposisi baik; hal itu berlaku juga untuk anggota Gereja-gereja lainnya, yang menurut pandangan Tahta Apostolik, sejauh menyangkut hal sakramen-sakramen, berada dalam kedudukan yang sama dengan Gereja-gereja timur tersebut di atas (Kanon 844.3)

Surat ensiklik Paus Yohanes Paulus 2 “Ut unum sint” melanjutkan pernyataan ini dengan mengacu pada Orientalum Ecclesiarum :

Dengan alasan ikatan sakramental yang dekat antara Gereja Katolik dan Gereja-gereja Orthodox, Dekrit tentang Gereja-gereja Katolik Timur Orientalum Ecclesiarum menyatakan sebagai berikut :

“Pengalaman pastoral menunjukkan secara jelas dengan menghormati saudara-saudara kita dari Timur maka seharusnya dapat diambil pertimbangan beberapa kondisi yang berpengaruh pada individu, yang mana persatuan gereja tidak terancam bahaya dan tidak juga mengandung risiko berat, melainkan keselamatan itu sendiri dan keuntungan jiwa-jiwa secara spiritual benar-benar mendesak. Oleh karena itu dalam memandang kondisi waktu, tempat, tokoh secara khusus, Gereja Katolik kerap kali menyesuaikan diri dan sekarang sedang menyesuaikan dengan kebijakan yang sedikit lunak, menawarkan segala cara keselamatan dan contoh kasih diantara umat Kristen melalui partisipasi dalam Sakramen-sakramen dan dalam objek-objek dan fungsi-fungsi lainnya” [12]

Mengenai hubungan dengan gereja-gereja Reformasi, banyak hal menjadi sedikit ruwet. Banyak orang-orang yang merupakan didikan Protestan yang membaca HSDA menjadi Katolik karena pilihan bebas mereka, utamanya karena topik seputar Ekaristi. Yesus tidak berbicara dalam amanat-amanat-Nya tentang validitas sakramen protestan, melainkan Dia mendesak Protestan sekali lagi untuk mencintai Bunda Yesus dan mengakui peranan Petrus :

Vassula, waktunya telah tiba untuk menyatukan Gereja-Ku. Marilah sekali lagi terkasih, datanglah dan bangunlah reruntuhan kuno ini, bangunlah kembali pondasi-Ku, pondasi yang Aku didirikan dengan tangan-Ku sendiri. Hormatilah Bunda-Ku seperti halnya Aku yang adalah Sang Sabda, menghormati dia atas segala-galanya. Tidakkah Aku menginginkan kalian, yang adalah debu dan abu, mengakui dia sebagai Ratu Surgawi dan menghormati-Nya ? Kesedihan-Ku saat ini ialah melihat betapa sedikitnya ciptaan-Ku yang mengetahui betapa pentingnya Bunda-Ku. Semua yang berada di bawah nama Luther dan yang memisahkan diri secara total harus kembali kepada Petrus (22.12.1987)

Dalam amanat lainnya, Kristus menegur mereka yang gagal melihat kebesaran misteri Ekaristi dan kehadiran Kristus di dalamnya :

….maka Aku katakan gereja-gereja yang para pendetanya tidak menerima Misteri-Ku : “sadarilah dan carilah Aku dengan sungguh-sungguh. Betapa marahnya kalian dan melawan Bunda-Ku. Semoga setiap ras mengetahui bahwa Tubuh dan Darah-Ku berasal dari Bunda-Ku. Ya, Tubuh-Ku berasal dari Perawan Suci, dari darah murni, terberkatilah Nama-Nya. Demi menyelamatkan semua orang yang rendah hati yang menyambut-Ku dan memberikan mereka hidup yang kekal, Aku menjadi Roti untuk memberikan diri-Ku kepada kalian; dan melalui Komuni ini Aku menyucikan semua yang menyambut-Ku, meng-ilahi-kan mereka untuk menjadikan tubuh mereka dari Tubuh-Ku, tulang dari Tulang-Ku (…) melalui Keilahiaan-Ku Aku meng-ilahi-kan manusia (..) sekarang ini Aku dihakimi oleh manusia; Kain [13] yang dapat menutupi kalian, menghiasi kalian dengan mulia, memberikan kalian metamorphosis (perubahan bentuk..red), menyucikan kalian malah ditolak oleh gereja-gereja itu yang tidak dapat memahami Misteri-Ku…hari ini sekali lagi Aku berteriak dari surga : “Saudara-saudara, mengapa kalian mengurangi Keilahian-Ku ? Bila kalian mengklaim bahwa kalianlah yang mengetahui apa yang benar, mengapa kalian merampas Gereja-Ku ? (…) Aku mengajak kalian untuk merayakan Misa dan mengambil bagian dari Misteri Ilahi yang dengan cara ini aku dirikan (…) Mereka menegaskan Kuasa-Ku, memproklamasikan kekuatan-Ku yang dasyhat, menyanyikan pujian-pujian kepada-Ku, mengakui Kemahakuasaan-Ku dan keajaiban-keajaiban-Ku tetapi Aku menjadi batu sandungan ketika kalian mengukur Kecemerlangan Keilahian dan Kehadiran-Ku dalam Ekaristi (16.10.2000)


Status Perkawinan

Lebih jauh lagi mengenai pertanyaan Bapak, Bapak mengatakan bahwa saya kadang-kadang menerima Komuni suci di Gereja Katolik Roma : “kepedulian kami terhadap para pengikut Katolik anda yang mungkin menginterpretasikan sikap-sikap ini dengan cara relativistik dan tergoda untuk mengabaikan kedisplinan gereja mereka sendiri”. Apabila menurut hukum Kanon yang saya kutip di atas membuktikan bahwa saya sejalan dengan hukum Kanon Gereja Katolik, maka saya tidak melihat adanya alasan bagi orang-orang Katolik untuk berekasi secara relativistik.

Saya sendiri tidak menyetujui perceraian dan tidak berusaha untuk mempromosikan doktrin pada umat Katolik bahwa re-marriage (pernikahan kedua…red) bagi orang-orang yang sudah bercerai seharusnya diijinkan. Perceraian dan pernikahan kedua-ku berlangsung sebelum pertobatan. Setelah pertobatanku di bawah terang amanat-amanat HSDA, saya menemukan bahwa situasi pernikahan saya tidak normal. Tetapi, tidak seorang pun tahu tentang situasi ini kecuali diri saya sendiri dan sekali lagi saya telah meminta maaf di depan umum. Saya menyesalkan situasi saya ini ketika kenyataanya tidak ada seorangpun mengetahui akan hal ini. Setelah menyadari kesalahanku, Saya mendekati pihak gerejaku di Lausanne dan menjalani proses pemulihan sesuai dengan peraturan pernikahan Orthodox. Dengan begitu saya kembali menjadi orang Orthodox di gerejaku dan seperti halnya orang Orthodox lainnya dan berdasarkan peraturan yang ada saya diijinkan untuk menerima Ekaristi di Gerejaku sendiri dan di Gereja Katolik sesuai dengan prinsip-prinsip yang saya jelaskan di atas tadi. Tidak ada satu pun cara dimana saya mengabaikan peraturan pernikahan Gereja Katolik. Sebagai informasi, saya melampirkan sertifikat nihahku dalam dokumen ini (lampiran 1)

Pertanyaan 3. Kebingungan terminologi tentang pribadi-pribadi dalam Trinitas Suci

Dalam awal tulisan-tulisanmu, seperti yang diamati dalam “Notifikasi”, ada beberapa kebingungan terminologi mengenai Pribadi-pribadi Trinitas Kudus. Kami yakin bahwa anda menganut ajaran Gerejamu. Apakah anda berpikir bahwa anda dapat membantu kami untuk mengklarifikasikan ungkapan-ungkapan tersebut ? Ketika berurusan dengan masalah iman, tidakkah lebih berguna untuk mengikuti terminologi resmi dari katekismus standar untuk mencegah kebingungan dalam pikiran para pembaca “Hidup Sejati dalam Allah” ?

Dalam memandang masalah ini, saya akan coba menjelaskan sebaik mungkin mengenai dilema bahasa, untuk mengingatkan Bapak bahwa saya bukan seorang teolog yang dapat mengekspresikan dalam bentuk teknis atau menerima kata-kata dari atas dalam terminologi resmi. Hal ini sudah jelas bahwa Tuhan telah mengekspresikan diri-Nya sendiri dalam cara yang dapat saya pahami dengan menyesuaikan diri-Nya pada saya. Dia tidak berbicara baik dalam teologi skolastik dan Dia tidak juga berbicara ketika Dia masih di bumi yakni : “Bapa dan Aku adalah Satu”, (Yoh 10 : 30) atau ketika St. Paulus menulis “Sebab Tuhan adalah Roh” (2 Cor 3 : 17) . Kepada Bernadette dari Lourdes, bahkan Maria berbicara dalam dialek lokal, yang bahasa Perancisnya tidak bagus. Bahkan dalam Kitab Suci, Saya telah mempelajari bahwa ada perbedaan yang nyata antara injil St Lukas dalam bahasa Yunani yang diperhalus dengan bahasa sederhana dari St. Markus. St. Catherine dari Siena, dalam dialognya, pernah menjelaskan : “Engkau adalah Penciptaku, Trinitas Abadi, dan aku adalah ciptaan-Mu. Engkau telah menjadikanku ciptaan baru dalam darah Putra-Mu” [14]. Untuk menyebut Kristus sebagai Putra Trinitas kedengarannya heterodox (sesat..red) tetapi kita mengambil bagian ini sejauh mungkin dalam pengertian yang baik…

Jadi hal ini sangat normal apabila Kristus menggunakan perbendaharaan kata-ku di awal amanat daripada bahasa seorang teolog. Kadang-kadang saya mengekspresikan kata-kata karena hubungan pribadiku dengan Allah dan mengucapkan apa yang saya telah rasakan dalam pengertian bahwa hal itu datang secara spontan tanpa refleksi kritis tentang bagaimana hal ini terdengar pada orang lain atau apakah kata-kata tersebut mungkin bisa disalahartikan. Untuk mengartikulasikan misteri-misteri ilahi ini terasa cukup sulit bagi saya, bahkan lebih-lebih lagi bagaimana orang seharusnya mengekspresikan misteri-misteri tersebut yang cocok dengan bahasa tradisional. Sebaliknya, para teolog mengunakan istilah yang telah diperhalus sekian lama.

Saya tidak tahu sama sekali bagian mana dari amanat-amanat terdahulu yang mengacu pada pertanyaan Bapak, tetapi saya dapat menduga bahwa pertanyaan tersebut berhubungan dengan Kristus yang dipanggil “Bapa”. Kristus adalah Putra Bapa. Dalam bagian tersebut, amanat-amanat ini tidak mengacu pada cara doktriner atau ontologis terhadap pribadi Kristus. Malah, hal ini merupakan bahasa yang penuh kasih sayang dan kebapaan, seperti halnya bahasa yang digunakan Yeus kepada para murid-muridNya : “Anak-anakKu…” (Yoh 13 : 33). Yesaya telah mendeskripsikan Mesias sebagai “Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal (Yes 9 : 5).

Dari awal mula saya tak pernah mencampuradukkan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kehadiran Kristus (sikap) bersama saya itu dilakukan dengan penuh kasih sayang kebapaan. Dalam satu amanat, ketika saya memanggil Yesus “Bapa” itu dikarenakan cara kebapaan yang Dia katakan kepada saya. Ini seperti halnya ketika seorang ayah menjelaskan dan mengajarkan hal-hal tertentu kepada anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang bagi perkembangan mereka. Ini adalah contoh kata-kata Kristus : “Bertumbuhlah dalam roh Vassula, bertumbuhlah, demi tugasmu menyampaikan semua amanat-amanat yang diberikan oleh Ku dan Bapa-Ku. Kebijaksanaan akan mengajar engkau.” Kemudian saya menjawab : “Ya Bapa !” Yesus merespon : “Betapa indahnya mendengar engkau memanggil aku “Bapa” ! Aku rindu mendengar dari bibir kalian kata ini : ‘Bapa’” (16.02.1987). Dalam Litani Nama Kudus Yesus, disebut bahwa Yesus : “Bapa dunia yang akan datang”. Rangkaian Litani pada Misa Pantekosta menyebut Roh Kudus itu “Bapa kaum miskin”. Aku memilih St. Symeon, seorang teolog dan orang kudus yang begitu baik dan penting bagi tradisi Orthodox saya untuk menunjukkan kepada Bapak beberapa kesamaan. Inilah yang dikatakannya : “Bagi mereka yang telah disapih, Dia (Kristus) memainkan peranan sebagai seorang Bapak yang mengawasi perkembagnan dan pertumbuhan Anak-anakNya”. (Theological Ethical Orations 4. 269-270).

Ada juga kritik yang mungkin mengacu pada amanat khusus di awal tulisan ketika Tuhan ingin mengajarkan saya persatuan Trinitas Kudus. Amanat yang mungkin dipertanyakan adalah : “Aku adalah Bapa dan Putera. Sekarang apakah kau mengerti ? Aku Satu, Aku Semua dalam Satu” (02.03.1987). Disini, Tuhan ingin saya memahami persatuan ontologis dan sempurna dari Trinitas Kudus: bagaimana tiga Pribadi itu tak terbagikan dan satu dalam kodrat secara utuh. Seperti halnya St.Symeon dalam Himne 45. 7-21 : “Tiga dalam satu dan satu dalam tiga…Bagaimana saya bisa tahu, Tuhan yang saya miliki adalah Allah, Penguasa dan Pelindung, Bapa, Saudara dan Raja…?” Secara bertahap bersamaan dengan waktu, terminologi tak resmi apa pun menjadi terkristalisasi sehingga apabila orang-orang menjadi bingung maka di kemudian hari hal ini akan menjadi lebih jelas.

Ingatlah bagaimana Paus Benedict XIV dulu memperhatikan bagian meragukan dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja dan Santo, dan menunjukkan bahwa :

….apa yang dikatakan dalam tulisan-tulisan itu harus diperhatikan dalam pengertian yang baik…pendapat yang tak jelas dalam suatu teks akan dijelaskan sebaliknya dalam teks yang lebih jelas…ikuti pikiran penulis, bukan dari kalimat yang khusus melainkan dari keseluruhan konteks tulisan itu; kebaikan seharusnya dihubungkan dengan kepelikan tulisan itu; penilaian mengenai pandangan orang yang tidak setuju seharusnya dibuatkan, bukan berdasarkan pandangan orang tersebut melainkan pada kemungkinan doktrin (Konstitusi pengantar dari index).

Dalam salah satu amanat yang paling awal, saya bercerita bagaimana Yesus bertanya kepadaku untuk “mendisain bagaimana Trinitas Kudus itu”. Saya mendeskripsikan dalam penglihatan cahaya. Kemudian suatu cahaya keluar dan kemudian keluar juga cahaya yang lain, membuat tiga cahaya. Saya kemudian berkomentar : “Ketika Bapa adalah Putera, kemudian mereka menjadi satu. Trinitas Kudus adalah SATU dan sama. Mereka dapat menjadi 3 tetapi ketiga-tiganya dapat menjadi satu. Hasilnya adalah, satu Allah.” Setelah saya pelajari, pernyataan ini menggunakan istilah metaphor yang kembali ke Kredo Nikea yang mendeklarasikan bahwa Putera berasal dari Bapa sebagai “cahaya dari cahaya”. Citra ini sangat klasik dalam pemikiran Kristen. Sebagai contoh, Symeon sang teolog menulis “Sesuatu yang merupakan awal, sebelum segala abad, dilahirkan dari Bapa dan bersama Roh Kudus, Allah dan Sabda, tiga dalam kesatuan, tepat satu cahaya dalam tiga” (Himne 12,14-18).

Kadang-kadang Allah Bapa berbicara dan itu sudah jelas kepada setiap pembaca yang mengenal Kitab Suci bahwa memang Bapa-lah yang berbicara karena Dia selalu menyebutkan kata-kata seperti, “Anak-Ku Yesus” etc. Kemudian, hal ini dapat terjadi kemudian dalam hari yang sama bahwa Kristus memanggil saya untuk melanjutkan amanatNya dan berbicara. Sekali lagi, pembaca yang mengenal Kitab Suci akan memahami bahwa itulah Kristus yang berbicara sebab Dia akan berbicara tentang Luka-luka atau Salib-Nya. Karena amanat-amanat yang dimulai dengan e.g dengan Bapa, maka kemudian dilanjutkan dengan Putra, maka itu biasanya berisi kata-kata petunjuk “kemudian”. Apabila saya tidak meletakkan keterangan yang membantu pembaca maka hal ini disebabkan karena sudah cukup jelas dari kata-kata yang diucapkan-Nya siapa yang sebenarnya berbicara sehingga saya biarkan apa adanya kata-kata tersebut. Dari beribu-ribu pembaca saya tidak pernah menerima surat dari seseorang yang meminta klarifikasi pada subjek tersebut dan tidak ada seseorang pun yang datang kepada saya dan mengatakan bahwa mereka bingung. Hanya dua imam di AS yang membaca amanat tersebut dengan cara yang salah lalu mempublikasikan pandangan mereka dalam newsletter terus-menerus tanpa pernah bertemu saya.

Dalam satu bagian dalam tulisan Hidup Sejati dalam Allah, Kristus berkata : “Akulah Trinitas”. Disini Kristus mengidentifikasikan Diri-Nya dengan kodrat ilahi Trinitas yang adalah Satu. Kristus adalah salah satu dari Trinitas. Kristus berbicara sebagai yang ilahi karena hal ini adalah satu dalam kodrat, dikomunikasikan oleh masing-masing oleh ketiga pribadi tersebut.

Dalam salah satu bagian Hidup Sejati dalam Allah, Kristus pernah berkata : “Diberkatilah Engkau Anak-Ku, Aku, Bapa Sucimu mengasihimu. Aku adalah Trinitas Kudus, kemudian Dia menambahkan, Kau telah membedakannya dengan bagus. Aku membedakannya pada saat Yesus berkata Aku adalah Bapa Sucimu, Yesus yang berwujud “tiga”, seperti halnya gambar seseorang tetapi terbuat seakan mereka adalah tiga, satu keluar dari yang lain, semuanya serupa dan ketiga-tiganya sama. “Aku adalah Trinitas Kudus semuanya dalam satu” (11.04.1988) (Unique, tak terbagikan, satu esensi, satu substansi). Apabila seseorang melihat pada pernyataan pertama yang ditujukan pada Yesus, maka orang tersebut mungkin kaget bila Ia tidak sedang mengidentifikasikan DiriNya dengan Allah dan kemudian dengan seluruh Trinitas. Tetapi ketika orang tersebut melanjutkan membacanya maka jelaslah bahwa Dia memang tidak demikian.

Kristus mencoba mengajari saya kesatuan Trinitas Kudus, bagaimana Tiga pribadi itu tidak terbagikan dan benar-benar satu. Ke-satu-an Trinitas bukannya datang dari fakta bahwa tiga pribadi itu tidak terbagikan (seperti kawan-kawan yang tidak bisa dipisahkan) melainkan dari fakta bahwa setiap pribadi memiliki sifat ilahi yang unik dan dibedakan hanya dari hubungan antara mereka saja.

Dalam salah satu amanat Hidup Sejati dalam Allah, Kristus mengajari saya bagaimana Trinitas itu dikenal dalam setiap pribadi mereka sebagai yang Satu dan memiliki esensi yang sama : “….bukankah Aku Yang Berkelimpahan ? Bukankah Aku yang Maha Tinggi ? Maka yakinlah sebab engkau berada di dalam Tangan Bapa-Ku. Aku, Trinitas Kudus adalah Satu dan Sama (Substansi)….” (25.07.1989).

Agar hal ini dapat diekspresikan dalam tradisi Gereja Orthodox, maka mungkin berguna sekali lagi untuk merujuk ke buku Basil Krivoscheine tentang St. Symeon. Disini, kata-kata tentang Trinitas Kudus diekspresikan dengan lebih baik daripada yang saya ekspresikan. “Allah diluar jangkauan suatu nama. Dia adalah Trinitas, tetapi Satu dan Kesatuannya tidak dapat diekspresikan (hal 284). Dan dari St Symeon sendiri :

Apapun banyaknya nama yang kami panggil, Engkau adalah Satu wujud….Satu wujud ini adalah suatu kodrat dalam tiga hypostasis, satu Allah Kepala, satu Allah adalah Trinitas tunggal, tidak menjadi tiga. Mereka memiliki kodrat yang sama, satu kepada yang lain sesuai dengan kodratnya, secara keseluruhan memiliki kekuatan yang sama, satu esensi, bersatu tanpa membingungkan di luar pemahaman kita. Sebaliknya, mereka berbeda, terpisah tanpa adanya pemisahan, tiga dalam satu dan satu dalam tiga (Hymne 45. 7-21).

Dalam amanat lainnya dalam HSDA, Kristus tetap berpengang teguh pada Ke-satu-an ilahi mereka : “Aku-adalah-Aku-Yang-Menyelamatkan, Aku adalah penebusmu, Aku adalah Trinitas Kudus semua dalam Satu, Aku adalah Roh Rahmat…” (28.07.1989)

Disini Yesus menceritakan kepada saya bahwa Dia di dalam Bapa bersama Roh Kudus, sama halnya Bapa dan Dia di dalam Roh Kudus. Dia, Putra, tinggal bersama-sama dalam Bapa bersama Roh Kudus. Kita mungkin ingat kata-kata Kristus : Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4 : 24). Kata-kata yang juga penting seperti yang St. Paulus katakan : “…Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor 3 : 17).

Orang tidak akan pernah menemukan Allah terpisah dari Putra atau Roh Kudus, tidak juga Putra terpisah dari Bapa dan Roh Kudus, tidak pula Roh Kudus terpisah dari kesatuan dengan Bapa. Dengan demikian, pernyataan seperti : “Aku adalah Trinitas Kudus semuanya dalam Satu”, dan pernyataan lainnya dalam amanat-amanat HSDA adalah serupa dengan pernyataan tadi. Sama halnya dengan amanat lain dari HSDA, saya tentukan seperti : “Putra ada di dalam Bapa. Mereka hanya satu. Trinitas Kudus itu satu dan sama : tiga pribadi tetapi Satu Allah : satu dan tiga” (24.11.1987).

Saya ingin menjelaskan terutama dua pernyataan yang sering muncul dalam tulisan HSDA. Kristus berkata “….jadilah satu sama seperti Trinitas Kudus adalah satu dan sama” (10.10.1989). Atau pernyataan lainnya : “Berdoalah sehingga Kawanan-Ku menjadi satu, seperti Aku dan Bapa adalah Satu dan sama” (29.03.1989).

Ada faktor yang sangat penting di sini. Ketika Kristus menggunakan kata “sama”, kata ini akan menjadi berbeda apabila kata tersebut diterjemahkan dalam bahasa Italia atau Perancis sebab artinya berubah, dan saya ingin menunjukkan bahwa ada kelemahan dalam penerjemahan, tetapi saya tidak bisa bertanggungjawab akan hal ini. Dalam bahasa Inggris (yang merupakan bahasa asli dari tulisan-tulisan ini), kata “sama” tidak berarti “orang yang sama” melainkan “setara” dalam pengertian “kesatuan esensi atau substansi”.

Kemudian ada bagian-bagian kalimat ketika sebaliknya Trinitas Kudus berbicara dalam satu suara. Meskipun ini sudah sangat jelas. Sebagai contoh : “Tangisanmu yang mengerikan itu menembus surga, mencapai telinga Trinitas Kudusmu….Anak-Ku !” Suara Bapa, penuh suka cita bergema di seluruh Surga. Kemudian Sang Putra berkata : “Ah…Aku akan membuatnya menembus Luka-luka-Ku dan membuatnya makan Tubuh-Ku dan minum Darah-Ku. Aku akan menyertainya kepada-Ku dan dia akan menjadi milik-Ku selamanya. Aku akan menunjukkannya Kasih yang Aku miliki untuknya dan bibirnya akan segera haus akan Aku dan hatinya akan menjadi tempat istirahat kepala-Ku.”Dan Aku, Roh Kudus, akan turun atasnya dan mengungkapkan kebenaran dan kedalam Kami. Aku akan mengingatkan dunia melalui dia, bahwa semua karunia yang terbesar adalah kasih”. Dan kemudian Trinitas Kudus berbicara dengan satu suara : “Marilah Kita rayakan ! Biarlah surga merayakan” (22.12.1990)

Misteri Maha Kudus, ke-satu-annya dikombinasikan dengan sifat-sifat masing-masing dari ketiga pribadi yang berbeda-beda dan hubungan diantara mereka adalah salah satu misteri terbesar dari iman Kristen. Tetapi, fakta bahwa Trinitas adalah misteri yang tak terbatas seharusnya tidak membuat kita menyusutkan kembali dari memuji keajabannya dan menghindari membicarakan hal ini meskipun bahasa manusia tidak dapat mengekspresikan keindahan dan luasnya keesaan Trinitas tersebut. Karena misteri Trinintas Maha Kudus begitu sentral bagi iman kita yang berdiri di atas dan memancarkan sinar kepada misteri-misteri iman lainnya. Hal ini telah ditunjukkan dengan jelasnya dalam Katekismus Gereja Katolik :

Misteri Trinitas Maha Kudus adalah pusat misteri iman dan kehidupan Kristen. Ini adalah misteri Allah dalam DiriNya sendiri. Oleh karena itu, inilah sumber semua misteri iman lainnya, cahaya yang menerangi mereka. Ini adalah ajaran yang paling fundamental dan penting dalam “hirarki kebenaran iman” [15]. Seluruh sejarah keselamatan itu tidak lain dari sejarah jalan dan upaya yang mana Allah yang satu, Bapa, Putra dan Roh Kudus mengungkapkan dirinya kepada manusia “dan mendamaikan kembali dan menyatukan dengan DiriNya mereka yang berbalik dari dosa” [16] (KGK 234).

Pertanyaan 4. Protology dan Eschatology

Ada juga beberapa kesulitan mengenai protologi dan eskatologi. Dalam pengertian apa suatu jiwa memiliki “visi akan Allah” sebelum masuk ke dalam tubuh ? dan bagaimana anda membayangkan tempat Pentakosta baru dalam sejarah keselamatan dalam hubungannya dengan parousia dan kebangkitan orang-orang mati ?

Protologi : Saya tidak percaya pada bentuk reinkarnasi apa pun. Sebaliknya, tulisan-tulisan saya berbicara melawan reinkarnasi dan New Age. “Doktrin-doktrin setan ini mengajarkan kalian untuk percaya pada reinkarnasi, padahal tidak ada reinkarnasi, mereka memelihara penampilan luar suatu agama namun menolak kekuatan terdalamnya – yakni Roh Kudus dan Komuni Suci” (19.04.1992). Bagian yang Bapak acukan mungkin sebagai berikut :

…..kemudian, ditengah-tengah Cahaya yang mempesonakan ini, jiwamu akan melihat apa yang pernah mereka lihat dalam sekejap saja, yakni saat-saat penciptaanmu…Mereka akan melihat Dia yang memegangmu pertama kali dalam Tangan-Nya, Mata yang melihatmu pertama kali, mereka akan melihat Tangan Dia yang membentuk dan memberkatimu…mereka akan melihat Bapa yang Paling Lembut, Penciptamu…(15.9.1991)

Bagian di atas ini merupakan bahasa yang puitis dan mistis. Apa yang dikatakan di sini bukanlah cara dalam pra-penciptaan suatu jiwa. Amanat di atas ini lebih berbicara bagaimana Allah berbicara dan mengasihi setiap jiwa dari sejak seketika dia diciptakan. Saya percaya kita diciptakan dalam citra Allah dan kita memiliki jejakNya di kedalaman jiwa kita, itulah sebabnya mengapa manusia memiliki kerinduan natural akan Penciptanya yang hanya Dia-lah yang bisa memuaskan seperti yang dikatakan oleh St Agustinus : “Hati ini dibuat untuk Allah, hati ini tidak akan dapat beristirahat sampai kita beristirahan dalam Allah”. Hal yang penting yang saya maksudkan dalam berkomunikasi melalui kalimat tersebut adalah : Kita membawa citra Allah di kedalaman jiwa kita sejak dari saat penciptaan kita.

Eskatologi : Dikatakan bahwa saya menyarankan jenis milenarisme yang salah, ingin mendirikan ordo baru, suatu “Surga Baru dan Bumi Baru” yang bersifat jasmaniah sebelum Kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini suatu hal yang salah dan ini tidak dapat ditemukan di mana pun dalam amanat-amanat HSDA. Saya sadar bahwa Gereja Katolik telah mengutuk jenis milenarisme tersebut seperti yang tertulis dalam Katekismus Gereja Katolik :

Kebohongan yang ditujukan kepada Kristus ini selalu muncul di dunia, apabila orang mengkhayalkan bahwa dalam sejarahnya mereka sudah memenuhi harapan mesianis yang hanya dapat mencapai tujuannya sesudah sejarah melalui pengadilan eskatologis. Gereja telah menolak pemalsuan Kerajaan yang akan datang, juga dalam bentuknya yang halus, yang dinamakan “milenarisme”, tetapi terutama bentuk politis dari mesianisme sekular yang secara mendalam bersifat salah. (KGK 676).

Ada banyak bagian-bagian dengan istilah sebagai berikut : Surga Baru dan Bumi Baru, juga Pentakosta Kedua atau kadang-kadang Pentakosta Baru dalam amanat-amanat HSDA ini tetapi istilah-istilah tersebut harus dipahami secara metaporis. Penyadaran terhadap istilah-istilah tersebut tidak akan ditemukan dengan mengakhiri sejarah kita saat ini sebelum Kedatangan-Nya yang Kedua membentuk kekuasaan Allah yang kedua kali. Kata-kata tersebut mengekspresikan harapan terbesar bahwa Kristus akan memperbaharui kita dari dalam dengan kekuatan Roh Kudus. Hal ini merupakan kebangkitan kembali iman dan pembaruan gereja yang kita rindukan. Dan buah yang kita harapkan dari pembaruan ini adalah kesembuhan skisma dalam Tubuh Kristus. Paus Yohanes XXIII sudah memimpikan pembaruan ini ketika beliau berdoa bagi Pentakosta Kedua : “O Roh Kudus….perbaharuilah mujizat-mujizatmu di era ini seperti halnya Pentakosta Kedua.” Dan juga Paus kita sekarang Yohanes Paulus II telah memakai istilah ini pada beberapa kesempatan, seperti dalam suratnya kepada Fr. Joseph Chalmers, Kepala Biara Saudara-saudara Maria Perawan dari Gunung Carmel, tanggal 08.09.2003 : “….Saya memohon agar rahmat ilahi berlimpah padamu. Sama seperti Pentakosta kedua, semoga Roh Kudus turun atasmu dan menerangimu sehingga kamu dapat menemukan kehendak Bapa Surgawi yang Murah Hati itu. Dalam cara ini kamu akan dapat berbicara kepada laki-laki dan wanita dengan cara yang dikenal oleh mereka dan efisien”. (lih Kis 2 : 1 – 3).

Sama halnya, tulisan-tulisan saya berbicara dalam bahasa metaporis tentang kebangkitan iman sehingga Tuhan dapat menaikkan Tahta-Nya dan membangun Kerajaan-Nya di dalam jiwa kita : “Datang dan belajarlah : Surga Baru dan Bumi Baru akan datang ketika Aku akan mengenakan Tahta-Ku dalam dirimu, karena Aku akan memberikan kalian air dari sungai kehidupan secara cuma-cuma kepada setiap orang yang haus” (03.04.1995, lih Wah 21 : 6).

Saya percaya pembaruan yang dijanjikan kepada kita telah dimulai dan melalui rahmatlah bahwa Kemurahan Hati Allah di atas kita agar Roh Kudus-Nya dapat dicurahi kepada semua manusia seperti sebelumnya dalam sejarah kita dan pertumbuhannya akan berlanjut seperti Rahmat di era kita yang bersinar pada kita seperti sinar matahari yang menyembuhkan kita.

Tuhan lebih suka untuk menunjukkan kepada saya keadaan iman umat Kristen di era sekarang. Keadaannya tercela dan inilah yang paling bisa dikatakan oleh orang-orang. Banyak dari amanat-amanat ini dipenuhi dengan duka yang mendeskripsikan kemurtadan yang telah berlangsung dalam dunia Kristen. Tetapi Tuhan memberi kita harapan, dengan berbagi kepada kita bahwa akan ada pembaruan, transfigurasi dan kebangkitan melalui aksi Roh Kudus. Haus akan Allah akan diberikan oleh rahmat melalui Roh Kudus. Ini beberapa kutipannya : “Roh Kudus-Ku akan mengangkat kalian keluar dari kemurtadan besar ini untuk mempersatukan kalian, kejahatan era kalian akan meninggalkan kalian sebab dengan Tangan-Ku sendiri Aku akan membuka kain kafan kematianmu untuk mengenakan kepada kalian pakaian pernikahan…” (20.10.1990). “Aku akan membuat seluruh ciptaan menjadi baru, Aku akan memperbarui kalian semua dengan Roh Kudus-Ku.” (27.06.1991).

Tulisan-tulisan saya tidak berbicara kapan ini akan terjadi atau dalam jangka kapan Tuhan akan dapat membangun kerajaan-Nya seperti yang kita harapkan dan doakan ketika kita berdoa Bapa Kami : “Datanglah Kerajaanmu”. Saya percaya hal ini sudah dimulai dalam diri kita dan perkembangannya akan selalu terkait dengan kerjasama dan kehendak baik kita. Saya percaya bahwa pembaruan telah dimulai tetapi itu berlangsung dengan lambat seperti gelombang di laut yang tidak bisa dihentikan oleh siapapun juga.

Pentakosta Baru atau Pentakosta Kedua adalah harapan untuk pembaruan kita. Hal ini adalah pencurahan Roh Kudus yang akan memperbarui segenap ciptaan. Dalam HSDA peristiwa ini dibandingkan dengan Wahyu 21. Di sini adalah amanatnya :

Datang dan pelajarilah : surga baru dan bumi baru akan terjadi ketika Aku akan mengenakan mahkota-Ku pada kalian karena Aku akan memberi kalian air dari sungai kehidupan secara cuma-cuma pada siapa pun yang haus. Maka ijinkanlah Roh Kudus-Ku untuk menarik kalian ke dalam kerajaan-Ku dan ke dalam hidup kekal. Biarkanlah iblis tidak bisa memenangkan kuasa atas kalian supaya mati…Ijinkanlah Roh Kudus-Ku untuk menanami tanah kalian dan membuat Firdaus bumi pada kalian. Biarkanlah Roh Kudus-Ku membuat bumi baru untuk memakmurkan tanah kalian sehingga bumi pertama kalian yang merupakan lahan iblis terkikis. Baru kemudian sekali lagi Kemuliaan-Ku akan bersinar dalam diri kalian dan semua benih ilahi yang ditaburkan di dalam diri kalian melalui Roh Kudus-Ku akan memancar dan bertumbuh dalam cahaya ilahi-Ku (…) maka ijinkanlah Roh Kudus-Ku untuk merubah jiwa kalian ke dalam surga yang lain, yakni bumi baru dimana Kami (Trinitas) akan membuat rumahmu di dalam kalian….


(Pertanyaanku) Bagaimana dengan surga baru ?

Bumi baru ? Mereka pun akan berada dalam kalian ketika Roh Kudus-Ku akan memerintah kalian dalam kesucian. Roh Kudus-Ku akan bersinar dalam kegelapan kalian seperti matahari di angkasa, sebab Sabda-Ku akan diberikan kepada kalian untuk mengekspresikan pikiran dan kata-kata seperti yang Aku inginkan kalian untuk berpikir dan berbicara. Segala sesuatu yang diekspresikan akan sesuai dengan Citra dan pikiran-Ku, semua yang kalian kerjakan akan sesuai dengan kehendak kami sebab Roh Bapa-Ku akan berbicara dalam diri kalian. Dan alam semesta baru kalian akan berjalan bersama dengan Roh Kudus-Ku untuk menaklukkan sisa bintang-bintang (simbol untuk orang-orang) demi Kemuliaan-Ku dan mereka yang tidak mengikuti Hukum-Ku akan disingkirkan seperti bayangan yang lewat ke dalam kegelapan, yang tidak pernah mengetahui harapan dan kesucian yang Aku sediakan buat era kalian.

Surga baru akan terjadi ketika Roh Kudus-Ku akan dicurahkan kepada kalian semua dari atas Surga yang paling tinggi. Ya, Aku akan mengirim Roh Kudus-Ku dalam diri kalian untuk membuat surga baru dari jiwamu sehingga dalam surga baru ini aku boleh dimuliakan dengan hebat…dan seperti halnya jalan bagi mereka yang menerima Roh Kudus-Ku akan diluruskan begitu pula kegelapan dan kesuraman juga akan diberi penerangan dan dipulihkan kembali ke dalam bintang-bintang terang yang menyinari kegelapan mereka selama-lamanya. Segera, bumi dan surga ini akan hilang sebab kemuliaan Tahta-Ku akan bersinar di dalam kalian semua (03.04.1995)

Seperti yang Bapak lihat, ini semua hanya bahasa perumpamaan yang bersifat simbolik dan juga bersifat puitis untuk mendeskripsikan pembaruan. Saya telah menjelaskan kepada orang-orang bahwa mereka sepatutnya tidak menunggu kejadian-kejadian sensasional sebab Allah bekerja dengan lebih berhati-hati meskipun bahasaNya bisa ekspresif dan penuh kuasa. Banyak peristiwa, seperti Pentakosta baru, seharusnya tidak diharapkan seperti nyala api yang kelihatan di atas kepala kita atau yang serupa. Ketika Allah beraksi Dia melakukannya dengan cara yang lembut dan hati-hati sehingga banyak orang yang mengharapkan peristiwa sensasional terjadi bahkan tidak akan segera memperhatikannya.



Pertanyaan 5. HSDA sebagai gerakan ?

Apa identitas riil dari gerakan “Hidup Sejati dalam Allah” dan apa saja yang dibutuhkan oleh para pengikutnya ? Bagaimana hal itu terstrukturisasikan ?


Hidup Sejati dalam Allah bukanlah suatu gerakan melainkan suatu panggilan apostolik

Hidup Sejati dalam Allah bukanlah suatu gerakan, tidak pula ia mempunyai kantor. HSDA hanyalah panggilan untuk rekonsiliasi dan persatuan bagi setiap orang apa pun mereka itu. Panggilan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang Kristen namun juga menarik perhatian orang-orang non Kristen dan mereka yang ingin menjadi Kristen. Setelah membaca Hidup Sejati dalam Allah, beberapa orang Yahudi, Muslim, Budha, Hindu dibaptis meskipun spiritualitas HSDA ini adalah kontemplatif trinitaris dan sangat berilham Kristen. Kristus berdoa kepada Bapa dan berkata : “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka” (Yoh 17 : 20). Jadi melalui rahmatlah, Allah sedang membuka banyak pintu. Sebagai contoh, sejak dari awal saya diberitahu bahwa karya apostolik ini akan terjadi.

Allah akan memberimu damai dan kekuatan-Nya ketika saatnya akan datang untuk menunjukkan amanat-amanat ini. Allah ingin engkau memberikan amanat-amanat tersebut kepada setiap orang…(malaikatku berbicara tanggal 06.08.1986). Engkau tidak perlu takut. Engkau akan bekerja untuk Yesus Kristus. Engkau akan menolong orang lain untuk berkembang dalam spiritualitas…(malaikatku 06.08.1986). Ketika engkau dipenuhi oleh Roh Kudus-Ku maka engkau akan dapat menuntun orang lain kepada-Ku dan engkau akan menghasilkan .…(Yesus berbicara 05.09.1986) Dengan memanggil engkau dengan cara ini Aku bermaksud untuk memimpin orang-orang lain pula, untuk mereka semua yang telah meninggalkan-Ku dan tidak mendengarKu, oleh sebab itulah maka panggilan ini berbentuk tulisan…(Bapa Surgawi 18.11.1986).

Para rahib budha dari Hiroshima juga mengetahui amanat-amanat ini dan mengundang saya untuk berbicara di kuil mereka. Uskup Katolik juga ada di sana. Pada saat itu adalah peringatan bom atom. Mereka diperdengarkan amanat-amanat Kristen seluruhnya; kemudian saya menawarkan mereka sebuah kalung Rosario yang besar untuk digantungkan pada dinding tempat mereka bermeditasi dan patung Bunda Fatima juga ditaruh di pekarangan mereka.

Orang Yahudi yang membaca amanat-amanat HSDA minta dibaptis dan salah satu dari mereka menerjemahkan volume pertama HSDA dalam bahasa Ibrani. Amanat-amanat tersebut sekarang ada di penerbit. Mereka semua tinggal di Israel.

Akhir-akhir ini, Bangladesh menginginkan saya untuk berbicara pada orang-orang di Dhaka di suatu lapangan terbuka. Mereka mengundang Imam untuk membuka pertemuan dengan doa dan banyak orang muslim ikut ke sana. Orang-orang yang hadir adalah perwakilan hindu, budha dan imam-imam Katolik. Amanat-amanat yang disampaikan seluruhnya amanat Kristen (diambil dari HSDA). Amanat sentral dan penting yang saya sampaikan adalah mengungkapkan Allah sebagai Kasih, lalu saya juga berbicara agar kita berdamai dengan Allah dan sesama, terus kita harus hidup rukun dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain. Setelah pertemuan selesai, dua orang Muslim ingin menjadi Kristen dan akhirnya dibaptis. “Aku ingin semua bangsa mendengar Sabda-sabda-Ku. Aku akan menginstruksikan engkau dan memberitahukan kemana engkau harus pergi…” (10.01.1987).


Ajaran-ajaran kontemplatif

Tulisan-tulisan inspiratif ini mengajarkan para pembaca untuk mengenal Allah dan memahamiNya. Banyak orang percaya kepada Allah namun tidak mengenal Allah, jadi amanat-amanat ini mendorong kita untuk memiliki hubungan yang akrab dengan Allah yang menuntun kita pada persatuan dengan-Nya. Bersatu melalui Roh Kudus, dalam Kristus, umat beriman diajak untuk hidup dengan mencontoh kehidupan Kristus.

Kitab Suci berkata : Beginilah firman Tuhan : janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut : bahwa ia memahami dan mengenal Aku (Yer 9 : 23 – 24).


Pembentukan persekutuan-persekutuan doa

Tulisan-tulisan “Hidup Sejati dalam Allah” mengajarkan kita untuk mempraktekkan doa yang sederhana namun berasal dari hati dan mengubah hidup kita ke dalam doa-doa yang tak putus-putusnya yaitu hidup secara kekal dalam Allah dan Allah di dalam kita. Namun amanat HSDA ini juga memanggil kita untuk membuat persekutuan doa juga di seluruh dunia. Karena orang-orang di lebih 60 negara mengatur pertemuan agar saya bisa memberikan kesaksian maka pada umumnya negara-negara tersebut juga telah memiliki persekutuan-persekutuan doa. Sebagai contoh, di Perancis ada 48 persekutuan doa ekumenis yang diinspirasikan oleh Hidup Sejati dalam Allah. Di Brasil yang merupakan negara besar, ada lebih dari 300 persekutuan doa ekumenis. Setiap persekutuan doa apakah mereka itu Orthodox, Lutheran, Anglican atau Baptis, mereka memulainya dengan berdoa Rosario bersama.

“Betapa Aku rindu akan hari ini ! Ketika Aku akan mengirim kepadamu semua manusia, mereka akan belajar mengasihiKu dan lebih memahami-Ku; Kebijaksanaan akan berbagi kekayaan-Nya dengan semua orang….” (Yesus berbicara pada tanggal 25.01.1987).


Dianjurkan adanya Ketaatan kepada ajaran-ajaran Gereja

Dalam membaca tulisan-tulisan ini maka orang harus belajar bagaimana taat kepada Gereja. Saya memberitahukan orang-orang “bahkan bila mereka mengusirmu keluar dari Gereja, maka mendakilah lewat jendelanya dan jangan pernah meninggalkan Gereja”. Amanat-amanat ini mengajarkan kita untuk mengunjungi Sakramen Kudus dan bersama Yesus dalam adorasi. Amanat ini juga mengajari kita untuk mengikuti sakramen-sakramen Gereja dan menjaga Tradis, belajar untuk menyangkal diri, pertobatan, puasa dan mempraktekan sakramen tobat. Amanat ini juga menarik kita untuk lebih giat menghadiri Misa Suci setiap hari bila memungkinkan. Amanat ini juga menjelaskan betapa pentingnya Sakramen Ekaristi.

“Melalui Komuni ini Aku menguduskan semua yang menerima-Ku, meng-ilahi-kan mereka untuk menjadi daging dari daging-Ku, tulang dari tulang-Ku. Dengan mengambil bagian Aku, Aku yang ilahi, engkau dan Aku menjadi satu tubuh saja, secara spiritual bersatu, kita menjadi keluarga, karena Aku dapat mengubahmu menjadi allah partisipasi. Melalui keilahian-Ku Aku menguduskan manusia….”

(Yesus berbicara pada tanggal 16.10.2000)


Aktivitas : Rumah-rumah derma yang dijalankan oleh para pembaca

Pada tahun 1997, setelah saya diberi penglihatan oleh Bunda Maria, pada saat saya berdiri di luar Gereja Nativity di Bethlehem, saya mendengar Bunda berkata bahwa makanan rohani saja tidak cukup, sehingga orang-orang harus memikirkan mereka yang miskin dan memberi mereka makan. Segera ketika itu saya mengumumkan hal ini kepada persekutuan doa kami dan banyak orang secara sukarela membantu saya membuka rumah-rumah derma untuk memberi makan orang-orang miskin. Rumah-rumah itu disebut “Beth Myriams”. Rumah ini terdapat satu di Bangladesh, empat di Venezuela, tiga di Brazil, dua di Filipina, satu rumah yatim piatu di Kenya dan segera akan dibuka di Puerto Rico, satu di India, satu di Romania dan satu rumah yatim piatu di Ukraina. Saya melampirkan beberapa informasi tentang rumah-rumah ini (lampiran 2). Semua karya kasih ini dilakukan atas dasar kesukarelaan. Beth Myriam berjalan hanya dari sumbangan. Rumah-rumah ini didirikan atas inisiatif lokal tanpa ada struktur yang saling berhubungan. Rumah-rumah tersebut berjalan secara mandiri dan dijalankan oleh anggota-anggota persekutuan doa yang bekerja melayani orang-orang miskin. Mereka berkembang bukan hanya untuk memberi makan orang-orang miskin namun memberikan juga pelayanan kesehatan, pakaian dan pendidikan untuk anak-anak kecil. Terakhir, mereka dijalankan atas semangat doa yang berkesinambungan dan mereka bersifat ekumenis.

Dirikanlah Beth Myriams dimana saja kamu bisa. Bantulah yang menderita dan yatim piatu, lindungilah Aku, selamatkanlah Aku dari hidup menggelandang, berilah Aku tempat, berilah Aku makan, kurangilah beban dan rasa lelah-Ku, dukunglah Aku dan berilah Aku semangat; apa yang kalian lakukan kepada yang kecil dari angkatan ini, kalian lakukan pula kepada-Ku….Aku memberkati para pendukung-Ku, semoga mereka tetap murni dan saling mengasihi. Aku bersamamu…(Yesus berbicara tanggal 27.03.2002)


Panggilan untuk evangelisasi

Beberapa pembaca HSDA yang tersentuh akan merasakan bahwa mereka dapat menjadi saksi-saksi di seluruh dunia untuk membantu menyebarluaskan Kabar Baik ini. Menjadi instrumen yang patuh dari Roh Kudus yang memberikan mereka rahmat akan Sabda-sabda Allah dan pengertian akan iman akan menjadikan mereka mampu untuk pergi dan bersaksi ke seluruh dunia dan mengajak orang-orang untuk mengikuti hidup penuh doa dan mengajarkan mereka membuat persekutan-persekutuan doa. Tujuannya adalah membuat orang mengubah hidup mereka dan hidup dengan doa yang tak putus-putusnya. Beberapa persekutuan doa di Dhaka pergi ke desa-desa Muslim dan membacakan amanat-amanat Allah. Banyak dari kaum muslim di sana yang percaya dan ingin memeluk agama Kristen.

“Aku akan membuat masing-masing kalian menjadi Obor Hidup dari Tungku Kasih. Hormatilah Aku sekarang dan sebarluaskanlah amanat-amanat ini dengan kasih untuk kasih” (27.01.1989)


Devosi kepada Perawan Maria

Hidup Sejati dalam Allah menjadikan kita anak-anak dari Bunda Allah karena Hati Tak Bernoda-Nya tidak pernah terpisah dari Hati Kudus Yesus melainkan bersatu sempurna dalam Diri Kristus. Bunda Kita adalah pendukung kita dan kita tahu akan hal ini. Dan siapa pun yang bergabung dengan persekutuan-persekutuan doa baik itu Protestan, Kalvinis atau orang-orang lain, semua diajari untuk menghargai Bunda Kita, Para Kudus dan berdoa kepada mereka.



“Tidakkah kalian perhatikan bagaimana Hati-Ku melebur dan menyukai selalu Hati-Nya ? Bagaimana dapat Hati ini yang melahirkan Raja-Mu menolak segala sesuatu yang Dia minta kepada-Ku ? Semua orang beriman memberkati Hati-Nya karena dengan memberkati Hati-Nya maka kalian memberkati Aku” (25.03.1996)”



Asosiasi Hidup Sejati Dalam Allah



Apabila di beberapa negara ada asosiasi-asosiasi HSDA maka ini hanya untuk tujuan resmi, dalam hubungannya untuk mendukung evangelisasi dan menerbitkan buku-buku-buku. Bila kita menemukan asosiasi di beberapa negara maka ini pun untuk mentaati hukum lokal. Sebagai contoh : membuka PO BOX dengan nama HSDA. Tetapi saya tak pernah berpikir untuk membuat gerakan. Buku-buku HSDA diterjemahkan dalam 38 bahasa dan saya tidak menerima royalti kecuali dari penerbit PARVIS sebagai editor seperti yang tertulis dalam peraturan-peraturan mereka. Uang ini pun digunakan untuk karya-karya amal, untuk menutupi biaya buku-buku dan biaya perjalanan di negara-negara dunia ketiga dimana mereka tidak bisa menanggungnya.

Kegiatan-kegiatan lainnya

Setiap dua tahun, para sukarelawan dari persekutuan-persekutuan doa membantu saya untuk membuat simposium internasional tentang ekumenisme. Pada saat yang bersamaan kami juga mengadakan ziarah. Sampai saat ini 4 dari kegiatan ini telah dilaksanakan. Kegiatan yang paling besar adalah pada tahun 2000 di Tanah Suci (ketika pada saat yang bersamaan Bapa Suci berada di sana juga), dimana 450 orang datang dari 58 negara. Bersama kami ada sekitar 75 imam dari 12 gereja yang berbeda. Tahun ini kami sedang mencoba untuk mengadakannya di Mesir.



Semua dalam semua, Aku mengasihi Rumah Allah dan di atas segalanya Aku mengasihi Dia. Aku berutang kepada-Nya karena rahmat-rahmat yang Dia berikan kepada-Ku. Dia bahkan berkata kepadaku : “Aku telah memberikan kepadamu dengan cuma-cuma maka berikanlah pula kepada mereka secara cuma-cuma”. Jadi inilah yang saya coba lakukan; Saya meneruskan amanat-amanat ini dengan cuma-cuma kepada siapa pun yang ingin mendengar.



Sekali lagi saya berterima kasih kepada Bapak karena telah mengijinkan saya untuk memberikan penerangan pada pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan tulisan-tulisanku dan kegiatan-kegiatanku. Di web site www.tlig.org Bapak bisa mendapatkan informasi. Dengan penuh kebaikan, saya mengirim salam kepada Yang Mulia Kardinal Joseph Ratzinger, Yang Mulia Mgr. Tarcisio Bertone dan Mgr. Gianfranco Girotti, juga Yang Mulia dari Konsul Konggregasi Ajaran Iman, bahwa saya berterima kasih kepada mereka semua karena telah memberikan saya kesempatan ini untuk menjelaskan karya saya. Saya berharap telah melakukan karya ini sesuai dengan yang diharapkan. Saya bersedia untuk menjawab secara lisan maupun tulisan apabila ada pertanyaan lagi. Dan saya bersedia untuk menerima saran-saran yang Bapak berikan untuk mengklarifikasikan beberapa ungkapan/ekspresi yang terkandung di dalam buku-buku HSDA. Bilamana perlu saya dapat menambahkan beberapa klarifikasi dalam edisi terbaru buku-buku saya nanti. Dengan ini, saya mengucapkan salam dan doa kepada Bapak,

Yang terkasih dalam Kristus,



Vassula Ryden




1 Aku mendengar pada waktu bersamaan kata “pemahaman”

[2] Kitab Suci

[3] Fr. Marie-Eugène, O.C.D.. I am a daughter of the Church, Vol. II, Chicago, 1955. p. 283

[4] Meskipun dalam buku kami tentang doktrin Gereja Orthodox, Buku 1, diterbitkan tahun 1997 oleh Mr Trembleas hal.79, dikatakan : “Wahyu didefinisikan sebagai suatu tindakan yang diambil oleh Allah yang mana Dia memberitahukan kepada mahluk ciptaannya secara logis tentang misteri keberadaan, sifat dan kehendak-Nya sesuai dengan kapasitas intelektual mereka…”

[5] Paus

[6] Yoh 21 : 15 – 17

[7] Yoh 21 : 15 – 17

[8] Surat Ensiklik Ut Unum Sint dari Bapa Suci Yohanes Paulus 2 tentang Komitment Ekumenisme No 89

[9] Surat Ensiklik Ut Unum Sint dari Bapa Suci Yohanes Paulus 2 tentang Komitment Ekumenisme No 61, mengacu pada Surat Apostolik Oriantale Lumen (2 Mei 1995), 24 : L’Obsservatore Romano, 2 – 3 Mei 1995, 18 : loc.cit., 4


[10] Aku mengerti pada saat yang bersamaan “apa yang hari kami derita sebelumnya!” kata “kami” ditujukan untuk Paus Yohanes Paulus 2 bersama dengan Yesus.

[11] Aku mengerti bahwa Kristus mengacu apda semua amanat-amanatNya mengenai persatuan, memanggil kita semua untuk menyatukan tanggal paskah. Hal ini sendiri nampaknya untuk “menenangkan” Dia dan memuaskan dahaga-Nya demi persatuan. Kristus berjanji kepada kita bahwa apabila kita menyatukan tanggal paskah, Dia akan melakukan sisanya.

[12] Surat Ensiklik Paus Yohanes Paulus 2 tentang komitmen Ekumenisme 58.

[13] Nama Simbolis untuk Kristus

[14] St. Catherine of Siena’s Dialogo della Divina Providenza no.167. Bagian ini dikutip oleh Breviarium dalam bacaan kedua untuk bulan tanggal 29 April.



[15] Petunjuk Katekismus Umum 43

[16] Petunjuk Katekismus Umum 47




Catatan Tambahan : 

Pada tahun 1995 pihak CDF (Congregation for Doctrine of Faith) mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada Vassula, untuk memohon klarifikasi dengannya. Setelah Vassula memberikan klarifikasi, yang dimasukkan dalam edisi bukunya yang terakhir pada tahun 2002, maka pihak Vatikan menyesuaikan tanggapannya. Surat yang ditandatangani oleh Prefect Joseph Card. Ratzinger [sekarang Paus Benediktus XVI], menyatakan bahwa bahwa pernyataan terdahulu telah disesuaikan (modified), karena pihak Vatikan telah menganggap klarifikasi itu cukup untuk menyatakan tidak adanya ketidaksesuaian doktrinal dengan ajaran Gereja Katolik. Selanjutnya para uskup setempat diijinkan untuk menyikapi, jika Vassula mengadakan persekutuan ekumenikal di keuskupan yang dikunjunginya.

Sumber : 

http://hitapupondang.wordpress.com/2007/04/05/klarifikasi-vatikan-terhadap-vassula-ryden/ 
 

Tidak ada komentar: