Kamis, 02 Juni 2011

STIGMATA


St Padre Pio





St. Padre Pio
Stigmata (bentuk jamak dari stigma, dalam bahasa Yunani) adalah luka- luka di tubuh ataupun perasaan sakit pada bagian- bagian tubuh seperti yang dialami oleh Tuhan Yesus karena penyaliban-Nya. Maka stigmata yang dialami oleh para stigmatist berkaitan dengan kelima luka seperti luka- luka Kristus yaitu: di kedua tangan, kaki dan lambung. Beberapa di antara para stigmatist tersebut juga mengalami luka- luka di kepala. Para stigmatist ini ada yang mengalami sakit pada bagian- bagian tubuh tersebut, tetapi di tubuhnya tidak ada luka. Sedangkan pada kasus lainnya, stigmata disertai juga luka- luka dengan rasa sakit yang tak terkira. Pada kasus- kasus tertentu pada darah yang keluar, disertai dengan bau harum. Stigmata ini dihubungkan dengan persatuan spiritual/ mistik antara orang yang menerimanya dengan Kristus, sebab mereka secara khusus dapat mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (lih. Kol 1:24)/mempersatukan penderitaan mereka dengan penderitaan Kristus, demi mendoakan pertobatan dunia. Karena stigmata ini berhubungan dengan pengalaman rohani, maka umumnya diterima dalam keadaan/ setelah berdoa ataupun mengalami karunia penglihatan dalam doa.
Stigmatist yang terkenal adalah St. Fransiskus dari Asisi (1181-1226) dan St. Padre Pio dari Pietrelcina, Italia (1887-1986). St. Fransiskus Asisi adalah Santo pertama yang tercatat menerima stigmata. Ia menerima stigmata tersebut di tahun 1224, dua tahun sebelum wafatnya, yaitu pada saat ia berdoa di hari raya Salib Suci. Salah satu stigmatist lainnya yang terkenal adalah St. Padre Pio, yang menerima stigmata ini dan menanggungnya selama 50 tahun. Luka- lukanya ini telah dipelajari oleh para dokter di abad ke 20, yaitu oleh Dr. Luigi Romanelli, Dr. Giogio Festa, antara 1920-1925. Profesor Giuseppe Bastianelli, yang menjadi dokter Paus Benediktus XV juga telah memeriksanya, namun tidak memberi komentar. Ahli pathologi Dr. Amico Bignami dari universitas Roma yang memeriksanya tidak dapat memberikan diagnosa.
St. Padre Pio sendiri, selain memiliki stigmata, juga mempunyai banyak karunia lainnya seperti karunia melakukan mukjizat, penyembuhan, nubuat, bilocation (dapat hadir di dua tempat pada waktu yang bersamaan), levitation (dapat terangkat saat berdoa), dapat membaca isi hati seseorang, mendatangkan pertobatan dan hidup tanpa tidur dan makan yang normal (dapat hidup selama minimal 20 hari hanya dengan Ekaristi, tanpa makanan lainnya), karunia bahasa lidah, dan dari luka- luka stigmata-nya terpancar bau harum. Selama lima puluh tahun luka- luka stigmatanya mengeluarkan darah dan baru berhenti sesaat sebelum kematiannya. Pada saat kematiannya luka- luka stigmatanya hilang seluruhnya, tanpa meninggalkan bekas.
Orang- orang yang dicatat mempunyai stigmata, kebanyakan memang dari kalangan biarawan/ biarawati Katolik, yaitu:

* Blessed Lucia Brocadelli of Narni

* Saint Catherine of Ricci

* Saint Catherine of Siena
* Blessed Anne Catherine Emmerich
* Saint Francis of Assisi
* Saint Gemma Galgani
* Saint Veronica Giuliani
* Saint John of God
* Saint Faustina Kowalska
* Saint Marie of the Incarnation
* Saint Pio of Pietrelcina
* Saint Rita of Cascia
* Fr. Zlatko Sudac

Stigmatist yang bukan dari kalangan biara ialah:

* Therese Neumann (1898-1962), anggota order ketiga St. Fransiskus dari Bavaria, Jerman.

* Mary Kourbet Al-Akhras, dikenal Myrna Nazzour, seorang ibu rumah tangga dari Soufanieh, Syria (1964-)

Berikut peristiwa stigmata yang dialami oleh Myrna Nazzour beserta beberapa foto terkait peristiwa tersebut :

Pertama kali muncul, mereka selalu didahului oleh berbagai gejala:
Hilangnya rasa di tengah telapak tangan, dan membukanya luka di bagian kiri beberapa hari sebelum terbukanya lima luka secara serempak, dan seterusnya...Setelah membuka di siang hari Jumat, tanggal 25 November, 1983, luka-luka tersebut sembuh secara total sekitar jam 23:00 tanpa meninggalkan satu bekaspun. Luka di sisi kirinya kecil, berukuran maximum sekitar 1.5 cm (sekitar setengah inci). Delapan orang dokter telah melihat stigmata tersebut, dan ada di antara mereka yang menyentuh dan merasakannya.  

Kejadian kedua terjadi secara mendadak pada Hari Kamis Putih, tanggal 19 April, 1984 pada jam 15:30. Luka di sisinya cukup dalam. Pastor Malouli mengukurnya: 10 cm (4 inci). Seseorang mengusulkan kepada Nicolas untuk membawa istrinya ke rumah sakit agar lukanya dijahit. Jawabannya keluar secara lantang dan jelas: "Siapa yang telah membuka luka itu, akan menutup mereka.". Sekitar jam 23:00, semua luka itu tertutup kembali tanpa meninggalkan bekas.



Kejadian ketiga stigmata terjadi pada hari Kamis Putih, tanggal 16 April, 1987 di ha
dapan pastor Elias Zahloui dan pastor Joseph Malouli dan keduanya sempat melihat tetesan darah pertama yang menyembur keluar dari kening Myrna saat sebuah luka sobek untuk pertama kalinya. Luka di sisinya berukuran 12 cm (4.75 inci). Seorang biolog Prancis, Mrs. Geneviève Antakly mengukurnya, dan dia menyebut itu sebuah sayatan. Luka ini terbuka sekitas 10 menit setelah luka-luka lain dan pada keesokan harinya terus menutup secara total: dua dokter operasi yang berada di situ tidak sempat menyentuh mereka. Luka-luka yang harus diperiksa akhirnya butuh beberapa hari untuk sembuh. Luka-luka di kening, tangan dan kaki sembuh tanpa pengobatan atau plester. Tak ada yang pernah memakai desinfektan untuk membersihkan bekas lukanya.

Uskup Agung Ortodox- Yunani Mgr Stephanos Haddad, telah melihat stigmata pertama. Dia tinggal sekitar satu jam di sisi Myrna. Uskup Agung Katholik-Syria, Mgr Joseph Mounayer menyaksikan timbulnya stigmata kedua.
Pastor Nicholas Baalbaki, dokter operasi dan pastor Ortodox-Yunani telah melihat dan menyentuh stigmata ketiga. Setelah pembukaan stigmata ketiga, dua orang biolog Prancis, Geneviève dan suaminya Jean-Claude Antakly dan dua orang dokter operasi Louis Kawa dan George Mesmar, juga hadir. Dengan perkecualian dari stigmata pada hari Jumat, tanggal 25 November, 1983 (Aniversari pertama), ternyata bahwa stigmata itu hanya membuka waktu orang Katholik dan Ortodox merayakan Paskah bersama. Di tahun lainnya, tak ada kejadian, bahkan tidak ada satu tetes minyak pun, tidak pada waktu Paskah Katholik atau saat Paskah Ortodox.

Pada hari Kamis Putih 1990, stigmata itu membuka dalam tiga stasi:
pada jam 11:14 ke lima luka di kening,
pada jam 13:26 luka-luka di tangan dan kaki,
pada jam 13:31 luka di sisi berukuran 12 cm (4.75 inci). 



Peristiwa Ekstase :
Sampai tanggal 26 November, 1990, sudah (tercatat) sebanyak tigapuluh tiga (33) kali, delapan (8) di antaranya terjadi di luar Damaskus, Syria:
  • Satu terjadi di Keuskupan Katholic Yunani di Khahab, Syria, 60 km (sekitar 25 mil) di  selatan Damaskus di hadapan Uskup Agung Boulos Borkhosh (tanpa pesan).
  • Satu di katedral Ortodox - Syria di Hassaké, Syria, berjarak sekitar 900 km (sekitar 500 mil) ke arah timur laut Damaskus (satu pesan).
  • Tiga di Màad di Lebanon, salah satunya di gereja kampung (dua pesan).
  • Dua di Los Angeles, Amerika. (dua pesan).
  • Satu di Braasschaatt, Belgia (satu pesan).  

Pada umumnya, saat ekstase, Myrna melihat Perawan Suci, atau Kristus.
Biasanya ekstase itu didahului dengan penetesan minyak dari kedua tangan, muka dan leher Myrna. Tatkala dia bilang sudah akan melihat Kristus, minyak keluar juga dari matanya dan membakar matanya sebelum dia masuk ke dalam tarah ekstasi. Taraf ini diikuti dengan ekstasi itu sendiri, yaitu taraf dimana terjadi pemutusan hubungan dengan dunia luar. Di saat begitu, Myrna tidak bisa melihat, mendengar atau merasa. Badannya kaku. Dia melihat Kristus di dalam bentuk Pribadi yang terbentuk dari cahaya tanpa bisa mengenali wajahNya, yang berbeda dengan kasus dengan Perawan Suci. 


Setelah melihat Kristus, dia kembali ke dalam keadaan normal, dan dia membutuhkan waktu untuk memulihkan penglihatannya: cahaya di dalam dirinya membatasi kemampuan dia untuk melihat sesuatu. Dia tetap dalam kondisi ini selama 72 jam berturut-turut, dari tanggal 26 sampai 29 November, 1984. Seringkali, satu sampai empat dokter akan hadir di saat ekstasi. Beberapa test medis pernah dilakukan khususnya untuk penglihatan, sensitivitas dan refleknya: semua hasil negatif. Di samping kedua ekstasi pertama pada hari Senin 24 Oktober, 1983, yang tidak diambil waktunya, durasi setiap ekstasi berkisar antara 5 sampai 75 menit

Ekstase-ekstase ini biasanya disertai pesan-pesan yang menyimpulkan kepentingan nyata Kristiani:
TRINITAS, PENCIPTAAN, INKARNASI,
KEBAPAKAN SURGAWI, PERANTARAAN MARIA,
KELAYAKAN KERAJAAN SURGAWI,
BERTOBAT KEPADA TUHAN,
KEPERLUAN UNTUK TETAP BERDOA DAN BERPUASA, KESUCIAN PERKAWINAN,
KEBUTUHAN MENDESAK UNTUK KESATUAN GEREJA,
PERANAN AWAM DALAM KARYA PENYATUAN. 




(Sumber: katolisitas.org; www.soufanieh.com/INDONESIAN/id)

Tidak ada komentar: