Selasa, 12 Maret 2019

YESUS BERBICARA TENTANG 
REINKARNASI DAN PURGATORIUM


"Jadi, Israel harus mati? Apakah ia tumbuhan yang jahat?" si ahli Taurat bertanya.

"Ia harus mati untuk bangkit kembali."

"Suatu reinkarnasi rohani?"

"Suatu evolusi rohani. Tidak ada reinkarnasi apa pun."

"Sebagian orang empercayainya."

"Mereka keliru."

"Hellenisme telah menyebarkan kepercayaan yang demikian juga di antara kita. Dan orang-orang terpelajar memakannya dan bangga karenanya seolah itu adalah makanan yang paling luhur."

"Suatu kontradiksi yang tidak masuk akal dalam diri mereka yang meneriakkan terkutuklah, ketika satu dari enam ratus tigabelas mitzvot [perintah] diabaikan."

"Itu benar. Tetapi begitulah adanya. Orang suka meniru bahkan apa yang mereka benci."

"Baik, tirulah Aku, dengan mengingat bahwa Engkau membenci-Ku. Dan itu akan lebih baik bagimu." 


Si ahli Taurat tak dapat menahan tawa mendengar komentar cerdik Yesus. Orang banyak mendengarkan dengan mulut ternganga dan mereka yang berada lebih jauh meminta mereka yang lebih dekat dengan Yesus dan si ahli Taurat untuk mengulang perkataan mereka.

"Tetapi, secara pasti, bagaimanakah pendapat-Mu mengenai reinkarnasi?"

"Itu suatu kekeliruan. Aku sudah mengatakannya padamu."

"Ada sebagian orang yang mempertahankan bahwa yang hidup berasal dari yang mati dan yang mati dari yang hidup, sebab apa yang ada tidak dapat dibinasakan."

"Sebenarnya, apa yang abadi yang tidak dapat dibinasakan. Tetapi, katakan pada-Ku. Menurutmu, apakah sang Pencipta memiliki batasan-batasan pada Diri-Nya?"

"Tidak, Guru. Berpikir seperti itu akan merupakan suatu pelecehan."

"Kau benar. Jadi, dapatkah orang berpikir bahwa Ia mengijinkan suatu roh untuk bereinkarnasi sebab tidak ada lagi dari begitu banyak roh yang dapat ada?"

"Orang tidak sepatutnya berpikir demikian. Meski begitu, ada sebagian orang yang mempercayainya." 


"Dan yang terlebih parah, Israel mempercayainya. Pemikiran tentang ketidakfanaan roh, yang sudah merupakan suatu yang agung, bahkan meski dihubungkan dengan kekeliruan dari suatu evaluasi yang salah seorang kafir mengenai bagaimana ketidakfanaan yang demikian terjadi, seharusnya sempurna dalam diri seorang Israel. Sebaliknya, itu menjadi suatu pemikiran yang kerdil, rendah, keliru dalam diri mereka yang mempercayainya sesuai tesis orang-orang yang tidak mengenal Allah. Itu bukan kemuliaan dari suatu pemikiran, yang membuktikan dirinya pantas mendapatkan pujian dengan mendekati Kebenaran itu sendiri, dan yang karenanya membuktikan sifat komposit manusia, seperti ada dalam diri orang-orang yang tidak mengenal Allah, karena intuisi mereka mengenai suatu kehidupan abadi dari sesuatu yang misterius yang disebut jiwa dan yang membedakan kita dari yang tak berakal budi. Melainkan, itu adalah perendahan pemikiran, yang meski mengenal Kebijaksanaan Ilahi dan Allah Yang Benar, menjadi materialistis bahkan dalam hal yang sangat rohani. Suatu roh berpindah hanya dari sang Pencipta menjadi makhluk dan dari makhluk kepada sang Pencipta, kepada Siapa dia menghadirkan dirinya sesudah kehidupan ini untuk menerima hukuman seumur hidup atau kematian. Itulah kebenaran. Dan ia tinggal selamanya di mana ia dikirim." 


"Tidakkah Engkau mengakui Purgatorium?" 


"Ya, Aku mengakuinya. Mengapa kau bertanya kepada-Ku?"

"Sebab Engkau katakan: 'Ia tinggal selamanya di mana ia dikirim.' Purgatorium adalah sementara." 


"Itulah sebabnya mengapa dalam pikiran-Ku Aku memahaminya sebagai Hidup kekal. Purgatorium sudah merupakan 'hidup.' Teramat sedih, terbelenggu, namun selalu hidup. Sesudah masa tinggal sementara di Purgatorim, roh mencapai Hidup sempurna, tanpa batasan atau belenggu apa pun. Dua hal yang akan tinggal: Surga - Abyss [Jurang yang paling dalam]. Firdaus - Neraka. Dua kategori: yang diberkati - yang dikutuk. Tetapi dari ketiga kerajaan itu yang sekarang ada, tidak ada roh yang akan pernah datang untuk membungkus dirinya dengan daging. Dan itu hingga kebangkitan akhir, yang akan mengakhiri untuk selamanya inkarnasi roh dalam daging, ketidakfanaan dalam kefanaan." 


"Bukan yang kekal?"

"Allah adalah kekal. Kekekalan adalah tanpa awal dan tanpa akhir. Dan itu adalah Allah. Ketidakfanaan adalah terus hidup sejak hidup dimulai. Dan itu adalah roh manusia. Itulah perbedaannya."

"Engkau katakan: 'Hidup Kekal.'"

"Ya. Dari saat manusia diciptakan untuk hidup, karena rohnya, melalui Kasih Karunia dan kehendaknya sendiri, dia dapat mencapai Hidup kekal. Bukan kekekalan. Hidup menyiratkan suatu permulaan. Kita tidak mengatakan 'Hidup Allah,' sebab Allah tanpa awal."

"Dan bagaimana dengan Diri-Mu sendiri?"

"Aku akan hidup sebab Aku juga daging dan kepada roh ilahi-Ku Aku mempersatukan jiwa Kristus dalam daging manusia."

"Allah disebut 'Allah Yang Hidup."


"Sesungguhnya Allah tidak mengenal kematian. Ia adalah Hidup. Hidup yang tanpa akhir. Bukan Hidup Allah. Hanya Hidup. Hanya itu. Semua itu nuansa, hai ahli Taurat. Tetapi Kebijaksanaan dan Kebenaran membungkus diri mereka dalam nuansa." ...
Sumber : http://yesaya.indocell.net/

Tidak ada komentar: