Kamis, 05 November 2015


LAWANLAH SETAN ! !!




ST THEOPHILUS SI PENITEN: MENJUAL JIWANYA KEPADA SETAN

Theophilus (wafat ± 538), adalah seorang diakon agung dan bendahara gereja di Adana, Cilicia (sekarang Turki). Ia menangani masalah-masalah Gereja dengan sangat cakap hingga ketika Uskup wafat, ia dianggap pantas untuk menduduki jabatan episkopat. Namun, Theophilus sudah puas dengan jabatannya dan lebih suka orang lain ditahbiskan sebagai Uskup. Karena fitnah yang menuduhnya mencuri dana gereja, Uskup yang baru melengserkan Theophilus dari jabatannya.

Theophilus putus-asa dan marah begitu rupa, hingga demi mendapatkan kembali jabatannya yang terhormat, dia meminta nasehat seorang ahli sihir Yahudi. Si ahli sihir memanggil Setan, yang datang segera. Sebagai imbal jasa atas bantuan yang akan diberikannya, Setan meminta Theophilus untuk mengingkari Kristus dan BundaNya serta menyangkal iman Katolik, yang harus dituliskan dalam sebuah kontrak yang ditandatangani dengan darahnya sendiri. Theophilus setuju, dan atas manipulasi Setan, Theophilus dikembalikan ke keuskupan.

Bertahun-tahun kemudian, Theophilus yang malang sadar dan menyesali perbuatannya. Dengan segenap devosi hatinya, ia memohon pertolongan Santa Perawan Maria yang mulia. Setelah empatpuluh hari puasa, kendati dosa mengerikan yang dilakukannya, Bunda Maria menampakkan diri. Bunda Maria mencela dengan keras ketidaksalehannya, memerintahkannya untuk mengingkari Setan, membuatnya mengaku iman, dan menyatakan setia kepada Bunda Maria dan kepada Kristus, Putra Allah serta seluruh doktrin Katolik. Selanjutnya Bunda Maria berjanji untuk menjadi perantaranya dengan Allah.

Theophilus berpuasa kembali selama tigapuluh hari, Bunda Maria menampakkan diri kembali dan memperolehkan Absolusi baginya. Sebagai tanda pengampunan yang dianugerahkan Allah kepadanya, di atas dadanya Theophilus mendapati gulungan kontrak yang telah diberikannya kepada Setan. Dengan itu ia tidak perlu takut lagi, sebab dengan perantaraan Bunda Maria, ia sekarang sudah menjadi seorang bebas.

Theophilus membawa kontrak itu kepada Uskup dan mengakui segala yang telah ia perbuat. Uskup membakar habis dokumen di alun-alun kota, sementara Theophilus, yang meluap-luap dalam sukacita, tiga hari kemudian tidur untuk selamanya dalam damai Allah.


Setan, Roh-roh Jahat dan Karya Mereka



Oh, betapa banyak Aku menderita karena ketidakpercayaan suatu jiwa! Jiwa yang demikian mengaku bahwa Aku Kudus dan Adil, namun tidak percaya bahwa Aku penuh Belas Kasih dan tidak percaya akan Kebajikan-Ku. Bahkan para setan memuliakan Keadilan-Ku, tetapi tidak percaya akan Kebajikan-Ku. (300)

Setelah adorasi, tengah perjalanan kembali ke bilikku, aku dikepung oleh sekawanan anjing-anjing hitam raksasa yang melonjak-lonjak dan menyalak ribut, berusaha mencabik-cabikku. Aku tahu bahwa mereka bukan anjing, melainkan setan. Satu di antaranya berbicara penuh murka, “Karena engkau telah merenggut begitu banyak jiwa-jiwa dari kami malam ini, maka kami akan mencabik-cabikmu hingga berkeping-keping.” Aku menjawab, “Jika itu adalah kehendak Allah yang Maharahim, perbuatlah yang kalian kehendaki, aku memang pantas menerimanya, sebab aku adalah yang paling malang dari segenap pendosa, sementara Tuhan senantiasa Kudus, adil dan belas kasih-Nya tak terhingga.” Sebagai tanggapan atas kata-kata ini, para iblis serentak menjawab, “Marilah kita lari, sebab ia tidak sendirian; Yang Mahakuasa bersamanya!” Dan mereka lenyap bagaikan debu, bagaikan deru jalanan, sementara aku meneruskan langkahku ke bilik tanpa suatu gangguan, sembari melanjutkan Te Deum dan merenungkan belas kasih Allah yang tak terhingga dan tak terselami. (320)

Aku mempersatukan penderitaanku dengan penderitaan Yesus serta mempersembahkannya demi diriku sendiri dan demi pertobatan jiwa-jiwa yang tidak percaya akan kebajikan Tuhan. Sekonyong-konyong, bilikku dipenuhi sosok-sosok hitam yang penuh angkara murka dan dengki kepadaku. Satu dari antara mereka berkata, “Terkutuklah engkau dan Ia yang ada dalam engkau, sebab engkau mulai menyiksa kami bahkan di neraka.” Segera setelah aku mengatakan, “Dan Sabda sudah menjadi daging dan tinggal di antara kita,” sosok-sosok ini lenyap secepat kilat dalam deru. (323)

“Bilamana suatu jiwa memuliakan kebajikan-Ku, setan gemetar di hadapannya dan melarikan diri hingga ke dasar neraka yang paling dalam.” (378)

Setan bahkan dapat menyelubungi diri dengan mantol kerendahan hati, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengenakan mantol ketaatan, dan dengan demikian rancangannya yang jahat akan tersingkap. (939)

Dalam satu kesempatan, aku melihat setan tergopoh-gopoh mencari seseorang di antara para suster, namun tak berhasil mendapatkannya. Aku merasakan suatu inspirasi batin untuk memerintahkannya, dalam Nama Tuhan, agar ia mengaku kepadaku apa yang sedang dicari-carinya di antara para suster. Dan ia mengaku, walau dengan enggan, “Aku mencari jiwa-jiwa yang malas.” Ketika aku memerintahkan kepadanya lagi dalam Nama Tuhan untuk mengatakan jiwa-jiwa bagaimana dalam hidup religius yang paling mudah didapatkannya, lagi, dengan enggan ia menjawab, “Jiwa-jiwa yang malas dan menganggur.” …. Kiranya jiwa-jiwa yang berlelah payah dengan giat bersukacita. (1127)

Setan mengaku kepadaku bahwa aku adalah obyek kedengkiannya. Ia mengatakan bahwa “seribu jiwa-jiwa bahkan tidak menyakitiku seperti yang engkau lakukan apabila engkau berbicara tentang belas kasih Allah yang Mahakuasa. Pendosa-pendosa besar mendapatkan kembali keyakinan mereka dan kembali kepada Tuhan, sementara aku kehilangan segalanya. Tetapi, terlebih lagi, engkau menganiayaku secara pribadi dengan belas kasih Allah yang Mahakuasa, yang tak terselami itu.” Aku melihat betapa setan dengki atas kerahiman Allah. Ia tak mau mengakui bahwa Allah itu baik. (1167)

Sementara aku menuliskan kata-kata ini, aku mendengar setan berteriak-teriak, “Ia menuliskan segalanya, ia menuliskan segalanya, dan karena itulah kita kehilangan begitu banyak! Janganlah kau tulis mengenai kebajikan Allah; Ia adil!” Dan dengan melolong-lolong penuh angkara murka, ia pun lenyap. (1338)

Aku melihat seorang imam tertentu yang amat dikasihi Tuhan, tetapi yang amat dibenci setan, sebab ia menghantar banyak jiwa-jiwa ke tingkat kekudusan yang tinggi dan memperuntukkan segalanya hanya demi kemuliaan Allah. Aku tak kunjung henti memohon kepada Tuhan agar kesabaran imam dalam menghadapi mereka yang terus-menerus menentangnya, janganlah habis. Di mana setan tak dapat melakukannya sendiri, ia memperalat manusia. (1384)

Ketika aku sedang naik ke lantai atas sore ini, sekonyong-konyong suatu perasaan tidak suka yang aneh akan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan meliputiku. Saat itu, aku mendengar setan yang berkata kepadaku, “Jangan lagi pikirkan karya ini. Tuhan tidak berbelas kasih sebanyak yang engkau katakan. Tak perlu berdoa bagi para pendosa, sebab mereka toh akan binasa, lagipula dengan karya belas kasih ini engkau membahayakan dirimu sendiri ke kebinasaan….” suara itu mengambil rupa sebagai ku; seketika itu juga aku menjawab, “Aku tahu siapa engkau: bapa segala dusta.” Aku membuat tanda salib, dan malaikat pun lenyap dengan keributan dan kemarahan yang besar. (1405)

Mengambil rupa dalam suatu penampakan, ia berkata, “Janganlah berdoa bagi para pendosa, melainkan berdoalah bagi dirimu sendiri, sebab engkau akan binasa.” Tanpa menghiraukan setan, aku terus berdoa dengan melipatgandakan kekhusukanku demi para pendosa. Roh jahat melolong penuh amarah, “Oh, andai saja aku memiliki kuasa atasmu!” dan ia pun lenyap. Aku melihat bahwa penderitaanku dan doaku membelenggu setan dan merebut banyak jiwa-jiwa dari cengkeramannya. (1465)

Ketika aku pergi, dalam pikiran, ke kapel, rohku tenggelam bahkan dalam kegelapan yang terlebih lagi. Keputusasaan sama sekali menguasaiku. Lalu aku mendengar suara setan, “Lihatlah betapa segala sesuatu yang Yesus berikan kepadamu adalah kebalikannya: Ia menyuruhmu untuk mendapatkan sebuah biara, dan lalu Ia memberimu penyakit; Ia menyuruhmu untuk mengusahakan agar ditetapkannya Pesta Kerahiman Ilahi ini, padahal seluruh dunia tak menghendaki pesta yang demikian. Mengapakah engkau berdoa demi perayaan ini? Sungguh sial.” Jiwaku tetap diam dan, dengan dorongan kehendak, terus berdoa tanpa masuk ke dalam percakapan dengan Roh Kegelapan. Walau demikian, suatu perasaan muak yang luar biasa terhadap hidup menguasaiku hingga aku harus berjuang sekuat tenaga dengan dorongan kehendak untuk terus bertahan hidup…. Dan lagi, aku mendengar kata-kata si penggoda… dengan dorongan kehendak, aku mulai berdoa, atau tepatnya, berserah diri kepada Tuhan, mohon secara batin kepada-Nya untuk tidak meninggalkanku pada saat ini. Sudah pukul sebelas malam; sekeliling sunyi sepi. Para suster telah terlelap dalam bilik-bilik mereka; hanya jiwaku sendiri yang tengah bergulat hebat. Si penggoda melanjutkan, “Mengapakah engkau merisaukan jiwa-jiwa lain? Engkau hanya perlu berdoa bagi dirimu sendiri saja. Sementara para pendosa, mereka akan bertobat tanpa perlu doa-doamu. Aku lihat bahwa engkau sangat menderita saat ini. Akan kuberikan kepadamu sedikit nasehat di mana kebahagiaanmu terletak: jangan pernah lagi berbicara tentang belas kasih Allah, sebab mereka layak menerima hukuman yang adil….” Pada akhirnya, si penggoda pun pergilah dan aku, oleh sebab kecapaian, segera saja tertidur pulas. (1498)

(Keesokan paginya) “Setan menggodamu, tetapi ia pergi dengan tangan kosong, sebab engkau tidak masuk dalam percakapan dengannya. Teruslah bertindak demikian. Engkau memberikan kemuliaan besar bagi-Ku dengan bergulat dengan begitu setia. Biarlah kiranya hal ini dicamkan serta diukirkan dalam hatimu, bahwa Aku senantiasa bersamamu, bahkan jika engkau tidak merasakan kehadiran-Ku pada saat pertempuran.” (1499)

Sementara aku menuliskan ini, aku mendengar setan menggertakkan gigi. Ia tak dapat tahan akan kerahiman Allah; terus-menerus ia memukul-mukul barang-barang dalam bilikku. Walau demikian, aku merasa kuasa dahsyat Allah melingkupiku hingga bahkan aku tak merasa terganggu bahwa musuh keselamatan kita marah besar, dan dengan tenang aku terus menulis. (1583)

“Janganlah engkau begitu khawatir mengenai masa-masa sulit. Dunia tidak sekuat seperti tampaknya; kekuatannya amat terbatas. Ketahuilah, puteri-Ku, jika jiwamu penuh dengan api kasih murni-Ku, maka segala kesulitan akan menyingkir bagaikan kabut terhalau berkas-berkas matahari dan tak berani menyentuh jiwa. Segala kesulitan dan kesukaran takut memulai pertempuran dengan jiwa yang demikian, sebab mereka tahu bahwa jiwa lebih kuat daripada seluruh dunia….” (1643)

Karya ini [Kerahiman Ilahi] akan merenggut sejumlah besar jiwa-jiwa [dari setan], sebab itulah mengapa roh kegelapan terkadang mencobai orang-orang baik dengan begitu hebat, yaitu agar karya mereka terhalang. Tetapi, aku melihat dengan jelas bahwa kehendak Allah sudah mulai dilaksanakan, dan akan dituntaskan hingga ke detail-detailnya yang terakhir…. Tak jadi soal jika terkadang ada saat-saat di mana karya tampaknya sama sekali gagal; pada waktu itulah karya semakin diperteguh. (1659)

Pencobaan hebat…. Kala aku mulai mempersiapkan diri untuk Sakramen Tobat, pencobaan-pencobaan hebat melawan bapa pengakuan menyerangku. Aku tak melihat setan, tetapi aku dapat merasakan angkara murkanya yang ganas. “Ya, dia hanyalah seorang manusia biasa.” - “Tidak, bukan manusia biasa, sebab ia memiliki kuasa Allah.” (1715)

Satu dari antara roh-roh yang paling elok tak hendak mengakui kerahiman-Mu, dan dibutakan oleh kesombongan, ia membujuk yang lain untuk berpihak padanya. Malaikat yang elok indah, ia menjadi setan dan dicampakkan dalam sekejap dari ketinggian surga ke kedalaman neraka. (1742)

Keesokan harinya, aku menyadari dengan jelas kata-kata berikut, “Kau lihat, Tuhan begitu kudus, sementara engkau penuh dosa. Janganlah menghampiri-Nya dan mengaku dosa setiap hari.” Dan sungguh, apapun yang aku pikir tampak bagiku sebagai dosa … ketika hari pengakuan dosa tiba, aku mempersiapkan diri sepanjang misa untuk dosa-dosa yang aku dakwakan atas diriku sendiri. Namun demikian, dalam kamar pengakuan Tuhan memperkenankanku mempersalahkan diri hanya atas dua kelemahan saja, kendati segala daya upayaku untuk mengaku dosa sesuai yang telah aku persiapkan. Kala aku meninggalkan kamar pengakuan, Tuhan mengatakan padaku, “Puteri-Ku, segala dosa yang engkau rencanakan untuk akui bukanlah dosa di mata-Ku; sebab itulah Aku melenyapkan kemampuanmu untuk mengatakannya.” Aku mengerti bahwa setan, sebab hendak mengganggu damaiku, telah menanamkan perasaan bersalah yang berlebih-lebihan dalam benakku. (1802)

Sumber : http://yesaya.indocell.net/




Tidak ada komentar: