Senin, 02 September 2013


Opus Dei di dalam Gereja Katolik


Karya pelayanan Opus Dei dalam memberi bimbingan rohani melengkapi karya gereja-gereja setempat. Orang-orang yang bergabung dengan Opus Dei atau ikut dalam kegiatan-kegiatannya tetap berada dibawah wewenang Keuskupan setempat.



Opus Dei didirikan pada tahun 1928. Diresmikan oleh Uskup dari Madrid pada tahun 1941 dan oleh Tahta Suci pada tahun 1947. Sejak 1982, Opus Dei adalah Prelatur Pribadi Gereja Katolik. Prelatur Pribadi diciptakan dalam Gereja untuk melaksanakanrekaryasa pastoral yang bersifat khusus, dan merupakan bagian dari struktur hirarki Gereja. Setiap Prelatur Pribadi memiliki seorang Prelat, imam-imam praja, dan anggota awam pria dan wanita yang bersatu dalamsuatu organisme tunggal untuk melaksanakan misi-misiPrelatur. Untuk Prelatur Opus Dei, misi ini adalah untuk menyebarkan cita-cita hidup suci di tengah dunia.

Karya apostolik para anggota Opus Dei, seperti karya umat-umat Katolik lainnya, ditujukan untuk membawa pembaharuan Kristiani. Hasil karya ini, dengan bantuan rahmat Allah, akan bermanfaat bagi paroki-paroki dan keuskupan-keuskupan di seluruh dunia : seperti pertobatan, partisipasi yang lebih besar dalam Ekaristi, sakramen-sakramen lain diterima dengan rajin , pewartaan Injil kepada mereka yang berada jauh dari Iman, karya-karja pelayanan untuk mereka yang tak mampu, membantu dalam program katekesis dan aktivitas-aktivitas paroki lainnya, dan kerjasama dengan badan-badan keuskupan. Karya kerasulan anggota-anggota Opus Dei tersebut dilaksanakan menurut kharisma spesifik dari Opus Dei, yaitu menyucikan pekerjaan, keadaan dan kejadian dalam hidup sehari-hari.

Opus Dei bertujuan memperkuat persatuan semua umat Prelatur dengan imam-imam dari Keuskup setempat, mendorong mereka untuk mengenal dan menerapkan - sesuai dengan situasi pribadi, keluarga dan pekerjaan masing-masing -- perintah dan petunjuk yang dikeluarkan oleh Uskup dan Konferensi Episkopal.

Prelatur Pribadi

Gagasan bagi tantanan hukum yang kemudian dikenal sebagai Prelatur Pribadi diprakarsai oleh Konsili Vatikan II. Dekrit konsili ‘Presbyterorum Ordinis’ (7 Desember 1965), 10, menyatakan bahwa, di selain lembaga-lembaga yang telah ada, dapat dibentuk "keuskupan khusus atau Prelatur Pribadi untuk melaksanakan pelayanan pastoral khusus di pelbagai daerah atau untuk suatu suku bangsa tertentu di dunia". Konsili Vatikan II menghendaki adanya suatu lembaga hukum baru yang bersifat fleksibel untuk membantu penyebaran pesan dan hidup Kristiani yang efektif. Dengan demikian, Gereja dapat menanggapi tuntutan misinya di tengah dunia dengan tepat.

Kebanyakan kekuasan hukum di Gereja berdasarkan teritorial, seperti halnya suatu keuskupan, di mana umat-umat ditentukan berada dibawah Keuskupan menurut wilayah atau tempat domisili mereka. Namun, kekuasaan hukum (jurisdiksi) tidak selalu ditentukan menurut wilayah. Juga dapat ditentukan dengan kriteria lain, seperti misalnya pekerjaan, ritus agama, status imigran, atau perjanjian dengan struktur yurisdiksi bersangkutan. Yang tersebut terakhir ini mencakup Keuskupan Militer dan Prelatur Pribadi.

Prelatur Pribadi, seperti yang disebutkan pada Konsili Vatikan II, terdiri dari seorang Pemimpin (Prelat) yang dibantu oleh kaum klerus, yaitu imam-imam sekuler/praja, dan umat awam, pria dan wanita. Prelat, pemimpinnya bisa merupakan seorang Uskup, yang ditunjuk oleh Sri Paus dan memimpin Prelatur dengan kekuasan pemerintahan atau yurisdiksi.

Gereja memiliki wewenang untuk mengatur diri demi mencapai tujuan-tujuannya yang telah ditetapkan oleh Kristus. Dengan wewenang ini, Gereja telah membentuk Prelatur Pribadi di dalam struktur hirarkinya, dengan karakteristik khusus yaitu bahwa umat-umat Prelatur tetap berada dibawah gereja paroki setempat dan keuskupan di mana mereka tinggal. Oleh sebab ini dan sebab-sebab lainnya pula, Prelatur Pribadi jelas berbeda dari Tarekat Religius atau Ordo biarawan/wati pada umumnya, maupun asosiasi dan gerakan-gerakan umat awam.

Kode Hukum Kanonik Gereja Katolik menetapkan bahwa setiap Prelatur Pribadi diatur oleh Hukum Gereja dan oleh Statuta/Anggaran Dasar tersendiri.

Prelatur Opus Dei

Opus Dei telahadalah satu lembaga tunggal yang terdiri dari kaum awam dan imam yang bekerja sama dalam karya pastoral dan kerasulan dengan linkup internasional. Misi yang khas adalah menyebar-luaskan cita-cita hidup suci di tengah-tengah dunia – melalui pekerjaan sehari-hari dan situasi umum dalam kehidupan sehari-hari.

Paus Paulus VI dan penerusnya telah memutuskan untuk mempelajari kemungkinan-kemungkinan untuk memberi Opus Dei suatu bentuk yuridis yang selaras dengan kharismanya. Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, jelaslah bahwa bentuk yang cocok adalah Prelatur Pribadi. Pada tahun 1969 dimulai usaha untuk mempelajari dan meneliti hal ini yang dijalankan olehanggota-anggota Tahta Suci bekerja sama dengan Opus Dei

Usaha penelitian itu selesai pada tahun 1981. Kemudian Tahta Suci mengirim laporan kepada lebih dari 2.000 Uskup disemua keuskupan-keuskupan di mana Opus Dei telah berkarya supaya para Uskuptsb. dapat menyampaikan pengamatan-pengamatan mereka.

Setelah usaha ini selesai, Opus Dei ditetapkanoleh Yohanes Paulus II sebagai Prelatur Pribadi dengan lingkup internasional. Dokumen penetapan adalah Konstitusi Apostolik Ut Sit, tertanggal 28 Nopember 1982, yang dikeluarkan secara resmi pada tanggal 19 Maret 1983. Pada saat yang sama Paus Yohanes Paulus II mengumumkan Statuta/Anggaran Dasar, yaitutantanan yuridiksi tingkat kepausan bagi Prelatur Opus Dei. Statuta ini adalah sama seperti Statuta yang disusun sendiri oleh pendiri Opus Dei beberapa tahun sebelumnya, kecuali beberapa perubahan kecil yang harus dibuat untuk menyesuaikannya dengan tata hukum Gereja yang baru.

Hubungan dengan Keuskupan

Prelatur Opus Dei adalah struktur yurisdis dalam organisasi pastoral dan hirarkis Gereja. Seperti halnya dengan keuskupan, Prelatur Teritorial, Vicariats dan Keuskupan Militer, Prelatur Opus Dei memiliki otonomi dan yurisdiksi tersendiri demi pelaksanakan misinya dalam melayani seluruh Gereja. Oleh sebab itu, Prelatur Opus Dei tergantung secara lansung pada Bapa Paus melalui Kongregasi untuk Uskup.

Wewenang Prelat hanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan misi khusus Prelatur saja, jadi wewenang ini selaras dengan otoritas seorang Uskup di satu Keuskupan dalam hal pelayanan pastoral umum untuk para umat di Keuskupan yang bersangkutan:

a) Para anggota Opus Dei berada dibawah wewenang Prelat dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan komitmen asketis, formasi , dan apostolik yang mereka buat melalui pernyataan resmi pada waktu menjadi anggota Prelatur. Berdasarkan isi dari pernyataan ini, komitmen tidak mengubah otoritas Uskup atas diri mereka. Jadi para anggota Opus Dei tetap berada dibawah wewenang Keuskupan di mana mereka tinggal, dan tetap berada di bawah otoritas Uskup dalam hal-hal dan cara-cara persis sama seperti para umat yang telah dibaptis di dalam Keuskupan itu.

b) Menurut ketentuan undang-undang Gereja dan Anggaran Dasar Opus Dei, diakon dan imam yang berinkardinasi dalam Prelatur adalah klerus sekuler/praja dan mereka berada sepenuhnya di bawah wewenang Prelat. Para imam Prelatur harus membina hubungan persaudaraan dengan anggota-anggota klerus Keuskupan, dan memenuhi semua peraturan mengenai disiplin umum yang berlaku bagi imam-imam. Mereka dapat mengambil bagian dalam dewan imam keuskupan. Seorang Uskup dapat, dengan persetujuan dari Prelat atau Vikar-nya, mengangkat seorang imam Prelatur ke suatu posisi atau jabatan di Keuskupan (misalnya menjadi pastor paroki atau hakim). Imam yang bersangkutan akan memberi pertanggungjawaban atas jabatannya hanya kepada Uskup tersebut dan akan melaksanakannya sesuai dengan petunjuk Uskup.

Dalam Anggaran Dasar Opus Dei (title IV, Bab V) telah ditentukan kriteria untuk menjamin hubungan yang harmonis antara Prelatur dan Keuskupan dimana Prelatur melakukan misi spesifiknya. Prelatur selalu memelihara hubungan dengan otoritas Keuskupan, dan secara berkala memberi informasi kepada Bapa Uskup setempat mengenai kegiatannya. Beberapa corak khas dari hubungan ini adalah sebagai berikut:

a) Opus Dei tidak akan memulai karya kerasulan atau mendirikan suatu center Prelatur tanpa sebelumnya mendapat persetujuan dari Uskup setempat.

b) Bilamana ada keinginan untuk mendirikan sebuah gereja dari Prelatur, atau untuk mempercayakan kepada Prelatur sebuah paroki yang ada, maka sebuah perjanjian akan dibuat antara Uskup dan Prelat atau Vikar Regional yang bersangkutan. Untuk ini, harus dijadikan pegangan Undang-undang keuskupan mengenai gereja-gereja yang diurus oleh imam-imam praja.

Pimpinan Regional Prelatur akan memberi informasi secara berkala dan menjalin hubungan dengan Uskup-Uskup di mana Prelatur melaksanakan karya pastoral dan kerasulannya, juga dengan para Uskup yang memegang jabatan dalam Konperensi Wali Gereja.


Surat dari Bapa Prelat (Juli 2013)

"Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik". Dalam surat bulan ini Bapa Prelat menekankan sifat adikodrati fondasi Gereja.

02/Juli/2013


Yang terkasih: semoga Yesus menjaga putra-putriku!

Dua hari yang lalu kita merayakan Hari Raya Peringatan Rasul Petrus dan Paulus, pilar iman Gereja, yang telah menumpahkan darah demi Kristus di Roma. Di kota inilah St Petrus menetapkan tempat tinggalnya, dan mengakhiri hidupnya di bumi sebagai seorang martir. Dengan demikian Gereja Roma menjadi ibu dan kepala dari semua gereja di kota-kota dan di dunia. Mari kita bersyukur kepada Allah atas rencana-Nya ini, dengan mana Dia memberi jaminan pada ajaran wahyu dan suatu garansi yang terlihat dari kesatuan Gereja, Dan marilah kita belajar untuk mempersembahkan hidup kita dengan memusnahkan egoisme kita.

Allah mempersiapkan fondasi Gereja itu sepanjang sejarah keselamatan. Pertama dalam Perjanjian Lama, dengan memilih bangsa Israel sebagai umat-Nya, kemudian dalam kepenuhan waktu Dia mengutus Putra-Nya yang terkasih ke dunia, dengan khotbah dan mukjizat-mukjizat-Nya, yang memanggil para Rasul dan mengirim Kedua Belas para Rasul untuk melanjutkan misi penebusan-Nya. "Gereja muncul terutama karena penyerahan diri Kristus secara menyeluruh untuk keselamatan kita, yang didahului dalam penciptaan Ekaristi dan direalisasikan pada kayu salib. " [1] Dan "ketika sudah selesailah karya, yang oleh Bapa dipercayakan kepada Putra (lih. Yoh 17:04) untuk dilaksanakan di dunia, diutuslah Roh Kudus pada hari Pentakosta untuk tiada hentinya menguduskan Gereja. " [2] Seperti Bapa Pendiri kita, kita takjub atas dua misteri ini dan memohon iman yang lebih kuat dari surga.

Gereja tergantung sepenuhnya pada Sang Sabda yang menjadi Manusia, yang telah menghadirkan Gereja di dunia ini sampai akhir zaman. Gereja dibimbing oleh Roh Kudus, yang tinggal di dalam Gereja sebagai Kenisah-Nya. Mari kita bersyukur dan merenungkan dengan khidmat ikatan yang sangat mendalam antara Gereja dan Tritunggal Mahakudus: Gereja dan kita semua adalah Umat Allah yang Kudus, Tubuh Mistik Yesus Kristus, dan Kenisah Roh Kudus. Oleh karena itu, sudah layaknya bahwa, setelah mengakui iman kita akanYesus Kristus dan akan keilahian Roh Kudus dalam Syahadat, kita menyatakan misteri Gereja, yang oleh Sakramen Pembaptisan kita telah tergabung. Dan, dalam Gereja –yakni sakramen universal untuk keselamatan -karya pengudusan kita dilaksanakan.

Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. [3] Pengakuan iman ini mengandung empat ciri-ciri yang mendefinisikan Gereja secara intrinsik dan, sekaligus mengungkapkan tanda-tanda yang khas dari ajaran Katolik. "Ini adalah sifat hakiki dari Gereja, yang bersumber dari kodratnya, seperti yang Kristus kehendaki. Dan, sebagai sifat hakiki, itu juga merupakan ciri-ciri, tanda-tanda, yang membedakannya dari perhimpunan-perhimpunan manusia lainnya, meskipun perhimpunan-perhimpunan tersebut juga membawa nama Kristus " [4]

"Mari kita memperkuat iman kita akan karakter adikodrati dari Gereja. Mari kita, bila perlu, mengakui ini dengan suara yang lantang, karena ada banyak orang. . . yang telah melupakan kebenaran yang sangat penting ini. Mereka menyajikan suatu gambaran bukan Gereja yang satu dan yang kudus. Dan tidak juga apostolik, karena tidak berdiri di atas batu karang Santo Petrus. Gereja diganti dengan sesuatu yang tidak katolik, karena penuh dengan penyimpangan-penyimpangan hasil dari pertingkahan manusia " [5]


Kata-kata yang tegas dan jelas dari St Josemaría ini sangat tepat. Paus Fransiskus baru-baru ini juga mengeluh, "Sampai hari ini masih ada orang yang berkata:" Kristus, ya, Gereja, tidak. Seperti orang-orang yang berkata: ‘Aku percaya akan Allah, tetapi tidak percaya pada para imam.' Namun, Gerejalah yang membawa Kristus kepada kita dan yang membawa kita kepada Allah. Gereja adalah keluarga besar anak-anak Allah. Tentu saja Gereja juga memiliki aspek manusiawi. Dalam diri mereka yang membentuk Gereja, yakni pastor dan para umat, ada kekurangan, ketidaksempurnaan dan dosa. . . tetapi yang indah adalah bahwa ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa kita berjumpa dengan Allah yang Maharahim, yang selalu mengampuni. " [6] Dan Tuhan memberi kita pengampunan-Nya melalui Gereja, di mana firman yang menyelamatkan dan sakramen-sakramen yang menguduskan kita dapat ditemukan.

"Dalam Gereja Katolik kita menemukan iman, norma-norma etik untuk hidup kita, doa dan rasa persaudaraan. Melalui Gereja kita bersatu dengan semua saudara-saudara kita yang telah meninggalkan dunia ini dan sedang dimurnikan di api penyucian (Gereja yang Menderita) dan dengan mereka yang sudah menikmati pandangan kebahagiaan dan cinta abadi dari Allah Tritunggal di surga (Gereja yang Jaya). Gereja ada di tengah-tengah kita dan sekaligus melampaui (transcends) sejarah. Gereja lahir di bawah naungan mantel Bunda Maria dan Gereja terus memuji Maria sebagai Bundanya di bumi dan di surga "[7]

St Josemaría, yang sangat mencintai Gereja Kudus, mengajar kita hal yang sama. Sejak saat pendirian Opus Dei, St Josemaria melihat dengan jelas bahwa untuk memuliakan Allah, untuk menempatkan Kristus di puncak segala aktivitas manusia, jalan yang harus ditempuh ada dalam aspirasi ini: “ Omnes cum Petro ad Iesum per Mariam! Bersatu, kita semua akan sampai kepada Yesus melalui Maria, dengan kesatuan dalam niat dan hasrat dengan Uskup Roma, Vikaris Kristus di bumi. Dalam buku Jalan St Josemaria mengarahkan kata-kata ini pada semua orang Katolik: "Et unam, sanctam, catholicam et Apostolicam ecclesiam Saya dapat mengerti mengapa engkau berhenti sejenak sambil menyerapkan ke dalam hati sewaktu engkau berdoa dengan kata-kata ini: 'Aku percaya akan Gereja, yang satu, kudus, katolik dan apostolik ... . '" [8]

Gereja adalah satu karena " Gereja adalah umat yang dipersatukan oleh kesatuan Bapa dan Putra dan Roh Kudus," [9] dan kesatuan ini terdiri dari ikatan iman, ibadat-terutama Ekaristi-dan persekutuan hirarkis. Sekaligus, Gereja adalah katolik, yaitu terbuka untuk semua orang, semua ras, semua budaya. Begitu banyaknya jenis ritus liturgi, tradisi teologis dan tradisi spiritual, serta pelbagai disiplin. Semua ini sedikitpun tidak merugikan kesatuan, malah justru menunjukkan adanya kesatuan. Oleh karena itu, sementara "mengakui bahwa di luar organisme Gereja Kristus, juga ada berbagai elemen kebenaran dan pengudusan yang merupakan karunia-karunia khas Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan Katolik (lih. Lumen Gentium, no. 8), dan percaya akan karya Roh Kudus yang membangkitkan cinta pada kesatuan ini di hati para murid Kristus, " [10] perlu ditegaskan bahwa keselamatan dianugerahkan kepada umat manusia melalui Gereja."Kami percaya Gereja ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya yakni Gereja (lih. Lumen Gentium, no.14). Namun rancangan ilahi untuk keselamatan mencakup semua orang. "[11]

Apakah engkau benar-benar menghargai betapa indahnya iman Katolik kita? Seperti Bapa Pendiri kita katakan, Gereja memenuhi semua kerinduan hati manusia, dengan membuat kita mengenal Kehendak Allah yang Kudus, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. [12] Oleh karena itu Dia menganugerahkan kepada umat beriman sarana-sarana keselamatan dalam Gereja. Dan, sebagai konsekuensi dari karunia itu, semangat kerasulan, keinginan untuk mewartakan pengetahuan dan kasih Kristus kepada semua orang adalah ciri khas panggilan Kristiani. Tidak ada yang dapat mengelakkan kita dari tanggung jawab ini, dan kita harus renungkan: bagaimana tanggung jawab dalam diriku? Berapa besar hasratku untuk memohon karunia ini bagi seluruh umat manusia?

Tentu saja, "orang-orang yang belum mengenal Injil Kristus atau Gereja-Nya, bukan karena kesalahan mereka sendiri, dan mencari Tuhan dengan hati yang tulus, dan, didorong oleh rahmat Allah berusaha dalam hidup mereka untuk melakukan kehendak-Nya, sebagaimana mereka kenali dari suara hati nurani, mereka ini juga dapat memperoleh keselamatan kekal. " [13] Namun demikian, Allah berkenan mengandalkan kerjasama kita dalam karya evangelisasi. Setiap orang, dalam situasi masing-masing harus berusaha setiap hari untuk membuat pesan keselamatan ini dikenal orang, dan membantu menerapkan karya penebusan. Sebab, seperti St Josemaria tekankan, kita tidak boleh lupa bahwa "hati nurani manusia bisa rusak karena kesalahan orang itu sendiri dan mengeras dalam dosa, menolak karya keselamatan Allah. Itulah sebabnya perlu untuk mewartakan ajaran Kristus, kebenaran iman dan norma-norma moralitas Kristiani. Itulah sebabnya kita juga membutuhkan sakramen-sakramen, semua yang telah ditetapkan oleh Yesus Kristus sebagai sarana instrumental dari rahmat-Nya dan obat untuk kelemahan-kelemahan yang merupakan akibat dari kodrat kita yang telah jatuh dalam dosa. " [14]

"Begitulah Gereja sekaligus berdoa dan berkarya, agar kepenuhan dunia seluruhnya beralih menjadi Umat Allah, Tubuh Tuhan dan Kenisah Roh Kudus, dan supaya dalam Kristus, Kepala semua orang, dipersembahkan kepada Sang Pencipta dan Bapa semesta alam segala hormat dan kemuliaan. " [15]

Zaman kita ini adalah masa di mana ada kebutuhan yang mendesak untuk membangun Gereja. Jangan kita patah semangat atau jangan sedikitpun jatuh dalam pesimisme, apabila kita harus menghadapi relativisme dan ketidakpedulian-atau lebih lagi, apabila harus menghadapi penolakan Allah- yang makin meluas bagaikan noda minyak yang melebar di begitu banyak negara. Kita yang berhasrat menghayati iman dengan serius, harus dengan penuh sukacita melipatgandakan upaya kita untuk membawa jiwa-jiwa kepada Allah, kepada Gereja. Jangan berpikir bahwa ini adalah tugas raksasa, kita hanya perlu melakukan apa yang ada dalam jangkauan kita, bertekad untuk mengarahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Sang Penghibur selalu berkarya dalam hati orang-orang, menimbulkan dalam diri setiap orang-mungkin pada saat-saat yang sama sekali tak terduga- dahaga yang begitu kuat untuk kehidupan kekal, untuk kehidupan adikodrati. Dan kita semua -setiap orang- harus siap siaga untuk menuruti inspirasi-Nya. "Sebagai Gereja, sebagai Umat Allah menurut rancangan cinta kasih Bapa yang agung, kita harus menjadi ragi Allah bagi seluruh umat manusia. Ini berarti kita harus mewartakan dan membawa keselamatan Allah bagi dunia, yang sering tersesat dan sangat membutuhkan petunjuk yang dapat memberi semangat, harapan, dan kekuatan baru untuk perjalanan hidupnya. " [16]

Saya ulangi lagi, hendaknya kita dipenuhi dengan keyakinan, dan tidak membiarkan adanya keputusasaan. Zaman ini membawa banyak kemungkinan yang luar biasa untuk belajar yang baik dan mewartakannya. Setiap hari kita mendapat kesempatan untuk menunjukkan kasih kita kepada Tuhan dengan berbicara tentang Dia kepada orang-orang yang kita jumpai di jalan hidup kita. Mari kita melipatgandakan kepercayaan kita kepada-Nya. "Allah lebih kuat," Bapa Suci berseru. "Dan tahukah engkau apa sebabnya? Karena dia adalah Tuhan, satu-satunya Tuhan. Dan saya ingin menambahkan bahwa kenyataan hidup, yang kadangkala gelap dan ditandai oleh kejahatan, dapat berubah, jika pertama-tama kita membawa terang Injil, khususnya melalui hidup kita. Jika dalam suatu stadion. . . di malam yang gelap, seseorang menyalakan lampu, kalian hampir tidak dapat melihatnya. Tetapi jika 70.000 penonton lainnya menyalakan lampu mereka masing-masing, seluruh stadion akan bersinar terang. Semoga hidup kita bersama menjadi cahaya Kristus; bersama-sama kita akan membawa terang Injil ke seluruh realitas ". [17]

Mari kita menggemakan kata-kata dari Bapa Paus ini, dengan berupaya setiap hari supaya dalam pekerjaan kita, dalam kehidupan keluarga, dalam hubungan sosial, dalam kegiatan olahraga- di setiap saat!- cahaya pengikut Kristus bersinar cemerlang, didukung oleh doa dan dengan sering menerima sakramen Pengakuan dan Ekaristi.

Pada hari pesta peringatan St Josemaría, di seluruh dunia banyak doa telah dipanjatkan ke surga, terutama dalam Kurban Misa Kudus. Yakinlah bahwa, sebagaimana Uskup Alvaro yang tercinta dulu sering berkata, doa-doa ini adalah "bersifat dua arah": Tuhan mengirimkan kembali kepada kita agar menghasilkan buah dalam diri kita dan dalam diri sahabat-sahabat kita.

Minggu-minggu mendatang saya akan pergi ke Brasil untuk menemani Bapa Suci pada 'World Youth Day', Hari Kaum Muda Dunia, yang akan dirayakan di Rio de Janeiro pada akhir bulan Juli. Sesudah itu, jika Tuhan menghendaki, saya berharap untuk berkunjung ke Cili, Uruguay dan Argentina, untuk menyampaikan kepada putra-putri saya dan semua yang memperoleh manfaat dari karya kerasulan Prelatur Opus Dei, bahwa Gereja berharap banyak dari kita semua; bahwa Paus Fransiskus, seperti para Bapa Paus sebelum beliau, mengandalkan kita semua untuk mewartakan pesan Kristus di seluruh dunia. Beliau mengatakan ini ketika menerima saya dalam audiensi pada tanggal 10 Juni yang lalu. Lanjutkan doa-doa kalian bagi Bapa Paus dan intensinya. Seperti pada kesempatan lain, saya mengandalkan doa kalian semua agar Tuhan menganugerahkan buah-buah rohani yang melimpah pada hari-hari tersebut di Brazil dan di tempat-tempat lain yang saya harap dapat saya kunjungi sesudahnya. Semua ini merupakan suatu undangan untuk mempersatukan diri kita lebih erat dengan Penerus Santo Petrus. Kita harus mengiringi beliau sebagai putra-putrinya, bersatu dengan beliau dan dengan pelayanan beliau pada Gereja dan jiwa-jiwa.

Tanggal 7 Juli adalah hari Uskup Alvaro bergabung dengan Opus Dei. Saya memohon perantaraannya bagi kesetiaan kita semua pada panggilan Kristiani. Kemudian, pada tanggal 16, kita akan merayakan pesta Maria Bunda Karmel. Saya mohon agar melalui perantaraan Bunda Maria, kita dipenuhi dengan hasrat untuk kesucian hidup dan semangat kerasulan.

Saya menandatangani surat ini di Saragosa. Saya datang ke kota ini, diundang oleh Bapa Uskup Agung untuk memberkati patung St Josemaría dan Beato Yohanes Paulus II yang ditempatkan di sebuah gereja di kota ini. Kemudian, saya akan pergi ke Pamplona, ​​di mana saya akan tinggal beberapa hari sebelum melakukan perjalanan ke Amerika Selatan. Teruslah berdoa untuk intensi saya.

Dengan penuh kasih sayang, saya memberkati kalian,


+ Javier

Saragossa, 1 Juli 2013

© Prælatura Sanctae Crucis et Operis Dei


Sumber :
http://www.opusdei.co.id/art.php?p=46277
http://www.opusdei.co.id/art.php?p=54386&rs=m




Tidak ada komentar: