Jumat, 15 Juni 2012


Penyembuhan Cakra, bolehkah?




Dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Vatikan yang berjudul, Yesus Kristus Pembawa Air Kehidupan, menyebutkan bahwa penyembuhan cakra (chakra healing) adalah salah satu hal yang diajarkan dalam paham New Age Movement (NAM), yang tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik. Dikatakan demikian, “Hubungan antara segi rohani dan jasmani pada pribadi seseorang terletak di dalam sistem kekebalan atau disebut sebagai sistem cakra India. Di dalam sudut pandang New Age, penyakit dan penderitaan datang dari pekerjaan/ perbuatan yang melawan kodrat/alam; ketika seseorang ‘in tune’ dengan kodrat, seseorang dapat mengharapkan kehidupan yang jauh lebih sehat dan bahkan kemakmuran materi; sebab menurut para penyembuh New Age, sesungguhnya kita tidak perlu untuk mati…” (lih. dokumen point 2.2.3). Untuk membaca dokumen tersebut selengkapnya, klik di sini.

Walaupun nampaknya seperti tidak berbahaya, namun teori penyembuhan cakra ini berkaitan dengan keseluruhan paham yang tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Gereja mengajarkan agar kita tidak memandang hal penyembuhan cakra ini sebagai sesuatu yang terpisah dari keseluruhan doktrin NAM. Karena Gereja menolak NAM maka, termasuk di sini adalah sistem penyembuhan cakra yang menjadi salah satu elemen dalam doktrin NAM. Dokumen tersebut mengatakan demikian (berikut ini kutipannya):

“4. Perbandingan kontras antara New Age dan Iman Kristiani

Adalah sulit untuk memisahkan hal-hal secara individual dalam paham New Age -betapapun nampaknya tidak salah- dari jangkauan kerangka kerja yang merasuki keseluruhan cara berpikir dalam gerakan New Age tersebut. Kodrat gnostik dari gerakan ini mengharuskan kita menilainya secara keseluruhan. Dari sudut pandang iman Kristiani, tidak mungkin kita mengisolasi/ memisahkan beberapa elemen paham New Age sebagai sesuatu yang dapat diterima oleh umat Kristen, sedangkan elemen lainnya ditolak. Karena gerakan New Age membuat banyak komunikasi dengan alam, tentang pengetahuan kosmik dari kebaikan universal -dengan demikian gerakan itu menyangkal isi iman Kristiani yang diwahyukan- maka gerakan NAM tidak dapat dilihat sebagai hal yang positif dan tidak berbahaya. Di lingkungan budaya yang ditandai oleh relativisme religius, adalah perlu untuk menandai sebuah peringatan terhadap usaha untuk menempatkan paham religius New Age di tingkat yang sama dengan iman Kristiani, dengan membuat perbedaan antara iman dan kepercayaan seperti sesuatu yang relatif, sehingga menciptakan kebingungan besar bagi mereka yang tidak waspada. Tentang hal ini, bergunalah untuk mengingat ajaran Rasul Paulus, “agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.” (1Tim 1:3-4) Beberapa praktek diberi judul sebagai New Age hanya semata sebagai strategi marketing untuk membuatnya lebih laku, tapi tidak benar-benar berkaitan dengan pandangan dunia tentang NAM. Ini hanya akan menambah kebingungan. Maka perlulah diidentifikasikan secara akurat elemen-elemen yang menjadi bagian dari gerakan New Age dan yang tidak dapat diterima oleh orang-orang yang setia kepada Kristus dan Gereja-Nya.

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang menjadi kunci termudah terhadap elemen-elemen sentral dari paham New Age dan praktek dari pijakan Kristen…

* Apakah Tuhan merupakan pribadi yang kepada-Nya kita mempunyai hubungan ataukah sesuatu untuk digunakan atau sesuatu kekuatan untuk dikondisikan agar efektif hasilnya?

Konsep New Age tentang Tuhan adalah menyebar/ tercampur baur, sedangkan konsep Kristiani adalah sesuatu yang jelas. Tuhan-nya New Age adalah energi yang bukan pribadi, sebagai komponen atau sambungan khusus dari kosmos; tuhan dalam pengertian ini adalah kekuatan hidup dari jiwa dunia. Ketuhanan adalah untuk ditemukan di setiap ciptaan, di dalam gradasi “dari kristal ter-rendah dunia mineral sampai melampaui galaktis Tuhan sendiri, yang tentang-Nya kita tak dapat mengatakan apapun. Ini bukan seorang manusia tetapi sebuah Kesadaran Besar.” Di dalam beberapa tulisan New Age jelaslah bahwa manusia dimaksudkan agar berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai tuhan:…… Tuhan tidak lagi dicari melampaui dunia, tetapi di dalam diri saya sendiri. Bahkan ketika “Tuhan” adalah sesuatu yang di luar diri saya sendiri, Ia ada di sana untuk dimanipulasikan.

Ini adalah sangat berbeda dari pengertian Kristiani tentang Tuhan sebagai Pencipta langit dan buni dan sumber semua kehidupan pribadi. Tuhan sendiri adalah Pribadi, Bapa Putera dan Roh Kudus, yang menciptakan alam semesta untuk membagikan persekutuan hidup-Nya dengan pribadi-pribadi mahluk ciptaan-Nya. “Tuhan, yang tinggal di dalam terang yang tak terhampiri’, mau mengkomunikasikan kehidupan ilahi-Nya sendiri kepada manusia yang diciptakan-Nya secara bebas, agar dapat mengangkat mereka sebagai anak-anakNya di dalam Putera-Nya yang Tunggal. Dengan mewahyukan diri-Nya, Tuhan berkehendak untuk menjadikan mereka mampu untuk menanggapi-Nya dan mengenal-Nya dan mencintai-Nya, jauh melampaui kemampuan kodrati mereka sendiri.” Tuhan tidak diidentifikasikan sebagai prinsip Kehidupan yang dipahami sebagai “Roh” atau “energi dasar” dari kosmos, tetapi bahwa sebagai kasih yang secara absolut berbeda dengan dunia namun selalu hadir secara kreatif di dalam segala sesuatu dan memimpin umat manusia kepada keselamatan.

* Manusia (human being): Apakah ada satu keseluruhan “being” atau ada banyak individu?

Prinsip teknis New Age adalah untuk menghasilkan tingkat mistik menurut kehendak, seperti seolah hal bahan percobaan. Kelahiran kembali, umpan balik kehidupan, isolasi perasaan, pernafasan holotropis, hypnosis, matra, puasa, tidak tidur dan meditasi transendental adalah usaha-usaha untuk mengontrol keadaan-keadaan ini untuk mengalaminya secara terus menerus. Praktek ini semua menciptakan atmosfir kelemahan psikis dan vulnerabilitas. Ketika obyek latihan ini adalah bahwa kita harus menemukan diri kita sendiri, terdapat pertanyaan yang nyata tentang siapakah aku. “Tuhan di dalam kita” dan kesatuan holistik dengan keseluruhan kosmos menggarisbawahi masalah ini. Pribadi individu secara terpisah akan menjadi penyakit dalam pengertian New Age (khususnya psikologi transpersonal). Tetapi “bahaya nyatanya adalah pandangan holistik. Paham New Age didasari kesatuan totaliter dan inilah sebabnya mengapa paham ini berbahaya.” Lebih moderat-nya demikian: “Kita menjadi otentik ketika kita dapat ‘mengendalikan’ diri kita sendiri ‘take charge of ourselves‘, ketika pilihan kita dan reaksi-reaksi kita mengalir secara spontan dari kebutuhan-kebutuhan kita yang terdalam, ketika tingkah laku dan ekspresi perasaan kita mencerminkan keseluruhan pribadi kita.” Gerakan Potensi Manusia adalah contoh yang paling jelas akan keyakinan bahwa manusia adalah ilahi, atau mengandung percikan ilahi di dalam dirinya sendiri.

Pendekatan Kristiani berkembang dari ajaran-ajaran Kitab Suci tentang kodrat manusia; laki-laki dan perempuan diciptakan menurut gambaran dan rupa Allah (Kej 1:27) dan Tuhan sangat memperhatikan mereka, demikianlah sangat menakjubkan seperti disebut dalam Mazmur (Mzm 8). Pribadi manusia adalah misteri yang dinyatakan secara penuh hanya di dalam Kristus (lih. Gauduim et Spes 22) dan nyatanya menjadi manusia sejati sebagaimana mestinya di dalam hubungannya dengan Kristus melalui karunia Roh Kudus. Ini jauh berbeda dari penggambaran karikatur anthroposentris yang dihubungkan dengan Kristianitas dan ditolak oleh banyak pengarang New Age dan para praktisi.

* Apakah kita menyelamatkan diri sendiri atau keselamatan adalah karunia cuma-cuma dari Allah?

Kuncinya adalah menemukan, oleh apa atau siapa kita percaya bahwa kita diselamatkan. Apakah kita menyelamatian diri sendiri dengan perbuatan-perbuatan kita sendiri, sebagaimana dalam penjelasan New Age, atau kita diselamatkan oleh kasih Allah? Maka kata kuncinya adalah pencapaian sendiri (self-fulfilment) dan realisasi sendiri (self-realisation), penebusan sendiri (self-redemption). New Age secara mendasar menyerupai Pelagianisme dalam pemahamannya tentang kodrat manusia.

Bagi umat Kristiani, keselamatan tergantung dari partisipasi di dalam penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus, dan dari hubungan pribadi yang langsung dengan Tuhan, dan bukan dari teknik apapun. Keadaan manusia yang dipengaruhi oleh dosa asal dan dosa pribadi, hanya dapat diperbaiki oleh perbuatan Tuhan: dosa adalah pelanggaran terhadap Tuhan dan hanya Tuhan yang dapat mendamaikan kita dengan diri-nya. di dalam rencana keselamatan ilahi, umat manusia telah diselamatkan oleh Yesus Kristus yang, sebagai Tuhan dan manusia, menjadi satu-satunya Pengantara bagi penebusan dosa. Di dalam Kristianitas, keselamatan bukanlah pengalaman diri sendiri, sebuah tempat tinggal di dalam diri sendiri secara meditatif dan intuitif, tetapi lebih kepada pengampunan dosa, menjadi terangkat mengatasi naik turunnya/ ketidakpastian di dalam diri manusia yang mendalam, dan kebebasan dari kekuatiran kodrat oleh karunia persekutuan dengan Tuhan yang penuh kasih. Jalan keselamatan tidak ditemukan dari transformasi yang ditanamkan diri sendiri, tetapi di dalam kemerdekaan dari dosa dan konsekuensinya yang mengarahkan kita kepada perjuangan melawan dosa di dalam diri kita sendiri dan di dalam masyarakat kita. Hal ini menggerakkan kita kepada solidaritas yang penuh kasih dengan sesama kita yang membutuhkan.

* Doa dan meditasi: Apakah kita berbicara kepada diri sendiri atau kepada Tuhan?

Tendensi untuk mencampurbaurkan psikologi dan spiritualitas menyulitkan untuk tidak menekankan bahwa banyak teknik meditasi yang sekarang digunakan bukanlah doa. Teknik-teknik itu seringkali adalah persiapan yang baik untuk doa, tetapi tidak lebih, bahkan jika teknik tersebut mengarahkan kepada keadaan pikiran yang lebih menyenangkan dan kenyamanan tubuh. Pengalaman-pengalaman yang terjadi adalah pengalaman intensif yang asli, tetapi untuk tinggal di tingkat ini adalah menjadi tetap sendiri, dan belum di dalam kehadiran yang lain. Pencapaian keheningan dapat menghadapkan kita kepada kekosongan, lebih daripada keheningan dalam memandang Yang dicintai. Adalah juga benar bahwa teknik-teknik untuk mendalami jiwa seseorang, pada akhirnya adalah kekuatan untuk menarik pikiran terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai keilahian, atau bahkan untuk menjadi ilahi: jika mereka lupa akan pencarian Tuhan terhadap hati manusia, mereka [teknik-teknik tersebut] tetap bukan doa Kristiani. Bahkan ketika digunakan sebagai sebuah penghubung dengan Energi Universal, “hubungan yang mudah sedemikian dengan Tuhan, di mana fungsi Tuhan dilihat sebagai Yang menyediakan segala kebutuhan kita, menunjukkan keegoisan di jantung hati New Age ini.”

Praktek New Age bukanlah suatu doa, sebab di dalamnya umumnya adalah masalah introspeksi atau pencampuran energi kosmis, bertentangan dengan orientasi dua arah dari doa Kristiani; yang melibatkan introspeksi , tetapi pada dasarnya adalah juga pertemuan dengan Tuhan. Jauh dari hanya merupakan usaha manusia, kehidupan doa Kristiani pada adasarnya adalah sebuah dialog yang “menerapkan sikap percakapan, suatu langkah melampaui ‘diri sendiri’ menuju ‘Engkau’ Tuhan.” “Seorang Kristen , bahkan ketika ia sendirian dan berdoa diam-diam, ia sadar bahwa ia selalu berdoa demi kebaikan Gereja di dalam kesatuan dengan Kristus, di dalam Roh Kudus dan bersama-sama dengan semua orang kudus….”

Demikianlah beberapa point yang kami kutip dari dokumen yang dikeluarkan oleh Vatikan tentang New Age, yang menyatakan bahwa sebagai umat Katolik, kita tidak dapat menerima satu elemen ajaran New Age, karena hal itu berhubungan dengan keseluruhan paham New Age yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.

Selain itu, perlu diketahui bahwa penyembuhan cakra juga yang umumnya membutuhkan peran seorang ‘master’ yang bertindak sebagai medium yang membuka ataupun menutup cakra, juga bertentangan dengan ajaran iman Katolik. Katekismus mengatakan demikian:

KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.

KGK 2117 Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungkan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun penghisapan orang-orang lain yang gampang percaya.
 
 
Catatan :
Menurut Paus Yohanes Paulus II dalam bukunya “Crossing the Treshold of Hope“, NAM sebetulnya memiliki kemiripan dengan heresi/ ajaran sesat di abad pertama yaitu Gnosticism. Gnosticism kuno sebenarnya telah ada sebelum Kristus. Gnosticism tidak secara khusus mempunyai hirarki dan lembaga yang jelas, tetapi ia ‘menyusup’ pada agama-agama yang sudah ada, menggunakan struktur agama tersebut sambil mengaburkan apa yang menjadi kepercayaan agama tersebut dan ajaran aliran Gnosticism sendiri. Hal serupa terjadi pada NAM. Ciri-ciri Gnosticsm yang mencoba merasuki iman Kristiani:
Percaya pada Allah yang sama sekali tak dapat diketahui oleh orang biasa, kecuali dengan pengetahuan rahasia (‘gnosis‘). Allah ini memancarkan allah yunior (aeons) yang menjembatani antara dunia material dan Allah. Salah satu dari allah yunior ini disebut Demiurge (allah pencipta). Demiurge ini menciptakan dunia material.
 
Demiurge ini menciptakan dunia material yang jahat. Jadi kejahatan bukan akibat dosa asal, tapi karena pengaruh dunia material.
 
Menurut para gnostics, Yesus adalah salah satu dari allah yunior ini. Karena para gnostics itu membenci tubuh/ dunia material, maka mereka menolak Inkarnasi (Allah menjelma menjadi manusia/ mengambil bentuk tubuh manusia) dan kehadiran Kristus yang nyata dalam Ekaristi. Menurut mereka, Yesus datang untuk membebaskan manusia dari pengaruh Demiurge.
Karena membenci tubuh yang berupa materi, maka pengajaran yang mereka tawarkan adalah ‘pembebasan’ dari tubuh, melalui praktek Gnosticism.
Bagi mereka, pengajaran Yesus hanya diberikan kepada sebagian pengikut-Nya, dan keselamatan diperoleh bukan dengan rahmat Tuhan, melainkan dengan mempelajari ‘pengetahuan rahasia’ tersebut.

Pada jaman para rasul, sudah ada pengaruh Gnosticism yang ingin ‘mengaburkan’ kebenaran Injil. Maka pada surat kepada jemaat di Kolose Rasul Paulus memperingati mereka untuk tidak mengikuti ‘roh-roh dunia’/ cosmic powers (Kol 2:8), dan Rasul Yohanes juga memperingatkan jemaat terhadap ajaran sesat yang tidak mengakui bahwa Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2).

Sekarang ini prinsip Gnosticism terdapat dalam NAM, yang sesungguhnya berakar dari agama-agama Timur, terutama Hindu Pantheism dan Buddha. Kepercayaan NAM adalah bahwa segala sesuatu adalah Satu (Brahman) dan Satu adalah Tuhan. Dunia yang kita ketahui sekarang adalah ilusi. Jadi tujuan hidup bagi penganut NAM adalah untuk menemukan kesatuan dan keilahian di dalam segala sesuatu. Maka tujuan dari latihan rohani NAM adalah untuk menemukan keilahian dalam setiap orang, bahwa setiap kita adalah Tuhan! Maka setiap kita akan kehilangan jati diri sebagai individu, dan terserap di dalam kesatuan yang disebut Nirwana. Kesatuan tersebut bukan pribadi, namun suatu Energi universal. Jadi Allah di sini digambarkan sebagai Energi.

Bagaimana mengatur/ mengarahkan ‘energi’ inilah yang diajarkan oleh reiki, dan juga sesungguhnya oleh yoga, dengan aneka gerakan. Pada tahap awal, mempelajari gerakan-gerakan ini sepertinya tidak berbahaya, namun pada tahap lanjut mengarah kepada suatu meditasi pengosongan diri dan mantra-mantra tertentu. Praktek seperti demikian tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, dan karenanya sesungguhnya tidak boleh diikuti oleh umat Katolik. Sesungguhnya mengikuti gerakan yoga sebatas olah raga tidak menjadi masalah, asalkan jangan sampai mendalami ke tahap yang lebih dalam. Namun jika dapat dihindari, tentunya hal itu lebih baik; sebab sesungguhnya dapat saja dipilih bentuk olah raga yang lain yang tidak mengarah kepada NAM. Karena semakin yoga/ reiki dituruti, semakin ada tingkatan tertentu yang jika diikuti terus tidak sesuai dengan iman Katolik, sebab: 
 
Kita percaya bahwa Allah bukan merupakan “Energi”, tetapi merupakan “Pribadi” dalam hal ini Pribadi Trinitas Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Jangan lupa bahwa bagaimanapun dashyatnya energi, tetaplah kapasitasnya berada di bawah mahluk spiritual. Jadi adalah semacam kontradiksi, jika manusia diciptakan oleh “energi”, yang tidak dapat berpikir, tak dapat merasa, apalagi mengasihi. Bagi kita, tidak mungkin manusia yang merupakan mahluk spiritual diciptakan oleh “Energi”, berdasarkan prinsip akal sehat, bahwa tidak mungkin sesuatu yang lebih rendah menciptakan yang lebih tinggi, atau seseorang tak mungkin memberikan sesuatu yang tidak lebih dahulu dipunyainya. (Lihat artikel: Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada)
 
NAM percaya akan adanya kesatuan yang abstrak, yang mengarah pada tidak adanya individu lagi, tidak ada lagi perbedaan antara yang jahat dan baik, semua dipandang sebagai ilusi. Hitler akan dipandang sama saja dengan Bunda Teresa. Tentu saja hal ini bertentangan dengan akal sehat; dan sama saja dengan menolak akal sehat.
 
Iman Kristiani tidak pernah mengajarkan bahwa tubuh (dunia material) itu jahat (evil), bahkan dikatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (lihat 1 Kor 6:19; 3:16). Maka ajaran NAM agar kita membebaskan diri dari tubuh adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
Iman Kristiani malah mengajarkan kebangkitan badan pada akhir jaman nanti, di mana tubuh akan bersatu kembali dengan jiwa. Jadi ajaran NAM berupa ‘pembebasan’ manusia dari tubuh sebagai prinsip keselamatan juga tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen.
 
Dengan mengikuti latihan-latihan NAM, seperti yoga dan reiki, apalagi jika mencapai tingkatan tertentu, maka pusat dan fokus latihan rohani adalah diri sendiri, dan bukannya Allah. Jika pada awalnya mungkin seolah-olah diperbolehkan untuk merenungkan Allah, namun pada tahap tertentu tidak demikian lagi halnya.
 
Tanpa disadari, mereka yang mengikuti latihan-latihan tersebut akan lebih mengandalkan latihan pengaturan ‘energi’ tersebut daripada bersandar pada doa dan menimba kekuatan dari Tuhan sendiri.
 
 
 
Sumber : katolisitas.org 
 
 

Tidak ada komentar: