Kamis, 01 Agustus 2024

 Tentang Misa Jumat Pertama



Ada hubungan yang erat antara Devosi kepada Hati Kudus Yesus dengan Misa Jumat Pertama, karena Misa Jumat Pertama merupakan salah satu bentuk Devosi kepada Hati Kudus Yesus. Berikut ini sekilas tentang Devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Misa Jumat Pertama, yang saya sarikan/ringkas dari link ini, silakan klik:

1. Sejarah Devosi kepada Hati Kudus Yesus:

Devosi berfokus kepada Hati Yesus yang maha kudus yang melambangkan kasih Kristus yang menebus dosa manusia. Walaupun tradisi mengatakan bahwa praktek devosi ini telah dimulai sekitar tahun 1000, atau pada jaman St. Anselmus dan St. Bernard (1050-1150) dan juga telah dianjurkan oleh banyak orang kudus di abad pertengahan, seperti St. Albertus Agung, St. Catherine dari Siena, St. Fransiskus dari Sales, dan juga para Benediktin, Dominikan dan Carthusian; namun Santa yang paling sering diasosiasikan dengan devosi Hati Kudus Yesus adalah St. Margaret Mary Alacoque (1647-1690).

St. Margaret memperoleh wahyu pribadi dari Tuhan Yesus yang menghendaki perayaan liturgis Hati Kudus Yesus dan praktek mempersembahkan silih (reparation) terhadap dosa- dosa yang dilakukan terhadap Sakramen MahaKudus, pada setiap hari Jumat pertama dalam setiap bulan.

Pada tahun 1856 Paus Pius IX menetapkan Pesta (perayaan liturgis) Hati Kudus Yesus. Pada tahun 1928 Paus Pius XI mengeluarkan surat ensiklik Miserentissimus Redemptor tentang silih kepada Hati Kudus Yesus; sedangkan tahun 1956 Paus Pius XII mengeluarkan surat ensiklik tentang Haurietis aquas, tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus.

Devosi umumnya dilakukan menjelang perayaan Pesta Hati Kudus Yesus yang jatuh pada hari Minggu kedua setelah hari raya Pentakosta. Kemudian, devosi kepada Hati Kudus Yesus ini diadakan setiap bulan, yaitu pada hari Jumat pertama.


2. Pengantar kepada devosi Hati Kudus Yesus

Kasih kepada Yesus Kristuslah yang seharusnya menjadi dasar devosi dari umat Katolik. Kurangnya devosi kepada Hati Kudus Yesus menjadi sebab bagi jatuhnya seseorang kepada dosa yang serius, sebab ia tidak memberikan perhatian yang cukup dan tidak cukup terdorong untuk mempunyai kasih kepada Kristus, padahal kasih inilah yang mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan…. Kita tidak akan sungguh dibentuk menjadi gambaran Tuhan, atau bahkan menginginkan untuk dibentuk menjadi serupa dengan-Nya, jika kita tidak merenungkan kasih yang telah ditunjukkan oleh Kristus.

Untuk maksud inilah maka Tuhan Yesus menyatakan kehendak-Nya kepada St. Margaret Mary Alacoque, agar devosi dan perayaan Hati Kudus Yesus diadakan dan disebarluaskan di Gereja. Melalui devosi ini yaitu melalui adorasi dan doa, umat beriman membuat silih bagi segala luka yang diterima oleh Hati Kudus Yesus karena umat manusia yang tidak berterimakasih dan menghina Sakramen Maha Kudus.

“Lihatlah Hati itu”, seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada St. Margaret, “yang telah mengasihi umat manusia dan memberikan segala- galanya kepada mereka, bahkan menyerahkan dirinya sediri sebagai jaminan kasih-Nya, tetapi menerima dari sebagian besar umat manusia, bukan balasan kasih, melainkan rasa tidak berterimakasih, dan penghinaan kepada Sakramen Kasih.”

Maka devosi Hati Kudus tidak lain adalah ekspresi kasih kepada Penyelamat kita. Obyek dari devosi ini adalah Hati Yesus yang menyala oleh karena kasih kepada semua umat manusia.


3. Hari Jumat Pertama

Adalah menjadi kerinduan Tuhan Yesus, seperti yang dinyatakan kepada St. Margaret, bahwa setiap hari Jumat pertama setiap bulan dikhususkan untuk devosi dan adorasi kepada Hati Kudus Yesus. Untuk mempersiapkannya, adalah baik jika pada malam sebelumnya kita membaca tentang devosi ini, atau Jalan Salib/ Kisah sengsara Tuhan Yesus dan untuk mengunjungi Sakramen Maha Kudus. Pada hari Jumat tersebut, begitu bangun tidur, kita mempersembahkan diri kita dan meng-konsekrasikan, seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan kita kepada Tuhan Yesus, agar Hati Kudus-Nya dapat dihormati dan dimuliakan. Kita mengunjungi gereja, berlutut di hadapan-Nya yang hadir di tabernakel, agar kita dapat membangkitkan di dalam jiwa kita rasa duka cita (deep sorrow) atas begitu banyaknya penghinaan/ perlawanan yang ditujukan kepada Hati Kudus-Nya di dalam Sakramen Maha Kudus, [dan kemudian mengikuti Misa Kudus]. Tidaklah sulit untuk melakukan hal ini jika kita memiliki sedikit saja kasih kepada Kristus. Jika kita menjadi suam- suam kuku, mari mengingat kembali begitu banyaknya alasan yang kita miliki untuk memberikan hati kita kepada Kristus. Setelah itu, kita harus mengakui segala kesalahan kita atas kekurangan hormat kita di dalam hadirat Allah dalam Sakramen Maha Kudus, atau melalui kelalaian kita untuk mengunjungi dan menerima Dia di dalam Komuni kudus.

Komuni pada hari itu dipersembahkan untuk membuat silih terhadap segala bentuk penghinaan yang diterima Kristus dalam Sakramen Maha Kudus, dan semangat kasih yang sama harus menghidupkan segala tindakan kita sepanjang hari.

Meskipun devosi ini diadakan sekali sebulan (pada hari Jumat Pertama) namun latihan- latihan rohani ini tidak terbatas hanya sebulan sekali pada hari itu. Yesus layak dihormati setiap saat. Dengan demikian mereka yang terhalang untuk merayakan devosi Hati Kudus Yesus pada hari Jumat pertama, dapat melakukannya pada hari- hari lainnya pada bulan itu.


Sumber : www.katolisitas.org



DOA PENYERAHAN PRIBADI KEPADA HATI KUDUS YESUS 
(ST. MARGARET MARY ALACOQUE)



Aku ………….. menyerahkan dan mempersembahkan diriku, hidup, karya, usaha serta penderitaanku kepada Hati Kudus Yesus. Sejak saat ini, dengan segala kekuatanku aku akan berusaha menghormati, memuji dan mencintai Hati Kudus Yesus. Dengan seluruh tenagaku aku akan berusaha menjadi milik-Nya. Aku menolak segala perbuatan yang tidak berkenan di hati-Nya. Aku memilih Hati Kudus Yesus sebagai devosi utama penghormatanku, sebagai pelindung hidup dan jaminan keselamatanku, sebagai obat untuk menyembuhkan kekurangan serta kegoyahan sikapku, untuk menyilih dosa-dosa dari seluruh hidupku dan untuk memperoleh bantuan pada saat ajalku.

Hati Kudus Yesus yang penuh kebaikan, jadilah penyilih dosa-dosaku serta perisai terhadap murka Allah Bapa atas diriku.

Hati Kudus Yesus yang penuh cinta, seluruh harapanku kupasrahkan pada-Mu, lindungilah aku terhadap si jahat, kuatkanlah kehendakku.

Hancurkanlah di dalam diriku segala sesuatu yang tidak berkenan di hati-Mu dan apa saja yang melawan Dikau. Semoga cinta ilahi-Mu meresap sedalam-dalamnya di dalam hati sanubariku agar aku tak pernah melupakan Dikau dan berpisah dari pada-Mu. Karena cinta-Mu yang tak terbatas, aku mohon dengan sangat, goreslah namaku di dalam Hati-Mu, Engkau satu-satunya kerinduan, kebahagiaan serta kebanggaanku. Aku mau hidup dan mati sebagai anak-Mu. Amin.

Sumber: https://luxveritatis7.wordpress.com/

Kamis, 13 Juni 2024

 Neraka

 


   Suatu hari, setelah bangun, sementara menghadirkan diri di hadapan Allah, sekonyong-konyong aku diliputi keputusasaan. Kegelapan pekat melingkupi jiwaku. Aku bergulat sekuat tenaga hingga tengah hari. Pada waktu siang, sungguh ketakutan yang mematikan mulai merayapiku; kekuatan jasmani mulai meninggalkanku. Bergegas aku masuk ke dalam bilikku, jatuh di atas kedua lutut di hadapan Salib dan mulai berseru-seru memohon belas kasih Tuhan. Namun, Yesus tak mendengarkan seruanku. Aku merasa kekuatan jasmaniku lenyap sama sekali. Aku terkapar di atas lantai, keputusaan menguasai segenap jiwaku. Aku menderita siksaan hebat yang tiada bedanya dengan siksaan neraka. (24)

   Suatu hari, aku melihat dua jalan. Yang satu lebar, berselimutkan pasir dan bunga-bunga, penuh riang-ria, musik dan segala macam kesenangan. Orang berjalan menapakinya, menari-nari dan berpesta-pora. Mereka tiba di ujung jalan tanpa menyadarinya. Di ujung jalan terdapat suatu jurang yang sangat mengerikan; itulah jurang neraka. Jiwa-jiwa jatuh secara membabi-buta ke dalamnya; sementara berjalan, mereka berjatuhan. Jumlah mereka sungguh amat banyak hingga mustahil menghitung mereka. Aku melihat jalan yang lain, atau tepatnya jalan setapak, sebab jalan itu sempit, onak duri dan bebatuan bertebaran di atasnya; orang-orang yang menapakinya bercucuran airmata, segala macam sengsara menimpa mereka. Sebagian terjatuh di atas bebatuan, tetapi segera bangkit dan terus maju. Di ujung jalan terdapat suatu taman yang indah mempesona penuh dengan berbagai macam sukacita, dan segenap jiwa-jiwa ini masuk ke dalamnya. Seketika itu juga mereka lupa akan segala penderitaan mereka. (153)

   Pada hari ini aku dibimbing oleh seorang malaikat ke jurang neraka. Suatu tempat siksa yang dahsyat; alangkah mencengangkan besarnya dan luasnya! Macam-macam siksa yang aku lihat: Siksa pertama yang merupakan neraka adalah perasaan kehilangan Tuhan; kedua adalah sesal batin yang tak kunjung henti; ketiga adalah kondisi jiwa yang tak akan pernah berubah; keempat adalah api yang akan membakar jiwa tanpa membinasakannya - sungguh suatu siksa yang amat mengerikan, bagaikan suatu kobaran api rohani murni, yang menyala-nyala karena murka Allah; siksa kelima adalah kegelapan terus-menerus dan bau busuk yang amat memuakkan, dan meskipun keadaan gelap, para iblis dan jiwa-jiwa terkutuk saling melihat satu sama lain dan semua yang jahat, baik yang lain maupun diri sendiri; siksa keenam adalah kehadiran iblis yang terus-menerus; siksa ketujuh adalah keputusasaan yang mengerikan, kebencian terhadap Tuhan, kata-kata umpatan, kutuk serta hujat. Siksa-siksa inilah yang diderita oleh mereka semua yang terkutuk secara bersama-sama, tetapi itu bukanlah akhir dari siksa. Ada siksa-siksa khusus yang diperuntukkan bagi jiwa-jiwa tertentu. Inilah siksa rasa. Tiap-tiap jiwa mengalami siksa dahsyat yang tak terlukiskan sehubungan dengan dosa yang dilakukannya. Ada gua-gua dan ruang-ruang penyiksaan di mana siksa yang satu berbeda dengan yang lainnya. Pastilah aku mati seketika begitu melihat siksa-siksa itu jika penyelenggaraan Ilahi tidak menopang aku. Biarlah para pendosa tahu bahwa ia akan disiksa untuk selama-lamanya dalam keabadian dengan cara ia berbuat dosa. Aku menuliskan ini atas perintah Tuhan, agar tak satu pun jiwa dapat mengelak dengan mengatakan bahwa tidak ada neraka, atau bahwa tak seorang pun pernah ke sana, sehingga tak seorang pun dapat mengatakan seperti apa neraka itu.  

   Aku, Suster Faustina, atas perintah Tuhan telah mengunjungi jurang-jurang neraka agar aku dapat menceritakan kepada jiwa-jiwa mengenainya dan menjadi saksi atas keberadaannya. Aku tak dapat berbicara mengenainya sekarang; tetapi aku telah menerima perintah dari Tuhan untuk meninggalkannya dalam bentuk tulisan. Setan penuh dengki terhadapku, tetapi mereka harus tunduk padaku atas perintah Tuhan. Apa yang aku tulis adalah sekedar suatu bayangan samar dari apa yang aku lihat. Tetapi aku memperhatikan satu hal: bahwa sebagian besar jiwa-jiwa di sana adalah mereka yang tidak percaya akan adanya neraka. Ketika aku kembali, aku nyaris tak dapat pulih dari ketakutanku. Betapa dahsyat jiwa-jiwa menderita sengsara di sana! Sebab itu, aku berdoa bahkan dengan terlebih khusuk demi pertobatan orang-orang berdosa. Aku tiada henti memohon belas kasihan Tuhan atas mereka. Ya Yesus-ku, lebih baiklah aku dalam sakrat maut hingga akhir dunia, di tengah penderitaan yang paling hebat, daripada menghinakan Engkau dengan dosa yang paling remeh sekalipun. (741)

  Yesus mengasihi jiwa-jiwa. Ia rindu menyelamatkan para pendosa yang menuju neraka. “[Desaklah] segenap jiwa-jiwa untuk mengandalkan jurang belas kasihan-Ku yang tak terhingga, sebab Aku rindu menyelamatkan mereka semua. Di salib, sumber belas kasih-Ku dibuka lebar-lebar dengan tombak bagi segenap jiwa - tak suatu jiwa pun Aku kecualikan!” (1182)

   Aku mengalami suatu siksaan jiwa yang hebat apabila aku melihat Tuhan dihinakan. Hari ini aku mengetahui bahwa dosa-dosa berat sedang dilakukan tak jauh dari pintu kami. Saat itu sore hari. … Tetapi, ketika aku berlutut untuk berdoa, Tuhan mengijinkanku untuk mengalami bagaimana suatu jiwa yang ditolak oleh Tuhan menderita. Tampak olehku bahwa hatiku terkoyak-koyak, dan pada saat yang sama aku mengerti betapa hebat suatu jiwa yang demikian melukai Hati Yesus yang Maharahim. Makhluk malang itu tak hendak menerima belas kasihan Tuhan. (1274)

   “Hilangnya setiap jiwa membenamkan-Ku ke dalam kesedihan yang hebat. Engkau senantiasa menghibur-Ku apabila engkau berdoa bagi orang-orang berdosa. Doa yang paling berkenan bagi-Ku adalah doa demi pertobatan orang-orang berdosa. Ketahuilah, Puteri-Ku, bahwa doa ini senantiasa didengarkan dan dijawab.” (1397)

   Ketika para suster bangun pada pukul sebelas malam untuk ibadat malam dan menyambut Tahun Baru, aku menggeliat kesakitan sejak senja tiba, dan hal ini berlangsung hingga tengah malam. Aku mempersatukan penderitaanku dengan doa-doa para suster yang beribadat malam di kapel dan melakukan silih kepada Tuhan untuk pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang berdosa. (1451) Ketika jam berdentang duabelas kali, jiwaku membenamkan diri terlebih lagi dalam permenungan, dan aku mendengar suatu suara dalam jiwaku, “Janganlah takut, anak kecil-Ku, engkau tidak sendirian. Bertempurlah dengan gagah berani, sebab lengan-Ku menopang engkau; bertempurlah demi keselamatan jiwa-jiwa, desaklah mereka untuk mengandalkan kerahiman-Ku, sebab itulah tugasmu dalam hidup ini dan dalam hidup yang akan datang.” Setelah kata-kata ini, aku mendapatkan suatu pemahaman yang lebih mendalam mengenai kerahiman ilahi. Hanya jiwa yang menghendaki [untuk dikutuk] akan dikutuk, sebab Tuhan tiada mengutuk siapapun. (1452)

   Wahai, betapa kerahiman Tuhan melampaui batas pengertian! Tetapi - sungguh mengerikan - ada juga jiwa-jiwa yang secara sukarela dan sadar menolak serta mencemooh rahmat ini! Meski suatu jiwa ada di ambang maut, belas kasihan Tuhan menganugerahkan kepada jiwa saat batin yang hidup, sehingga jika jiwa bersedia, jiwa memiliki kemungkinan untuk kembali kepada Tuhan. Tetapi terkadang, kebebalan jiwa begitu besar sehingga secara sadar mereka memilih neraka; mereka menyia-nyiakan segala doa yang dipanjatkan jiwa-jiwa lain kepada Tuhan bagi mereka dan bahkan menyia-nyiakan upaya Tuhan Sendiri. (1698)
 
 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”