Kamis, 01 Agustus 2013

ANNA, BERDOA DI BAIT ALLAH, PERMOHONANNYA DIKABULKAN



Kutipan dari "PUISI MANUSIA-ALLAH"

23 Agustus 1944

Sebelum menulis yang berikut, aku hendak membuat catatan.

Rumah yang nampak olehku bukanlah rumah Nazaret yang terkenal itu. Paling tidak, lokasinya berbeda. Juga kebun buah-buahannya lebih luas dan di sekelilingnya terlihat padang-padang, tidak banyak, tapi ada. Di kemudian hari, ketika Maria menikah, hanya ada kebun buah-buahan itu, besar, namun tak lebih dari satu kebun: dan aku belum pernah melihat dalam penglihatan-penglihatan lain kamar yang aku lihat. Aku tidak tahu apakah karena alasan ekonomi orangtua Maria menjual sebagian dari milik mereka atau apakah Maria, ketika ia meninggalkan Bait Allah, pindah ke sebuah rumah lain yang diberikan kepadanya mungkin oleh Yosef. Aku tidak ingat apakah dalam penglihatan-penglihatan dan pengajaran-pengajaran yang lalu aku mempunyai suatu tanda yang jelas bahwa rumah Nazaret itu adalah rumah di mana ia dilahirkan.

Kepalaku terasa amat berat karena penat. Dan lalu, khususnya dengan dikte, aku langsung lupa akan kata-katanya, meskipun perintah-perintah-Nya tinggal terekam dalam benakku dan menerangi jiwaku. Akan tetapi detil-detilnya segera berangsur lenyap. Apabila setelah satu jam aku harus mengulangi apa yang telah aku dengar, terkecuali satu atau dua kalimat inti, maka aku tak akan tahu apa-apa lagi. Sebaliknya, penglihatan-penglihatan tetap jelas dalam benakku sebab aku menyaksikannya sendiri. Aku mendengar dikte tetapi aku menyaksikan penglihatan. Oleh karena itu semuanya tetap jelas dalam benakku yang berguna dalam mengikutinya melalui berbagai fase yang terjadi.

Aku berharap akan ada suatu pernyataan mengenai penglihatan kemarin. Namun tak ada.

Aku mulai melihat dan aku menulis.

Di luar tembok-tembok Yerusalem, di bukit-bukit dan di antara pohon-pohon zaitun, ada suatu himpunan besar orang banyak. Seperti sebuah pasar besar. Tetapi tidak ada stan. Tidak ada tukang obat ataupun penjaja yang berteriak-teriak. Tidak ada permainan. Ada tenda-tenda dari wool kasar, yang tentunya tahan air, menggelantung pada tonggak-tonggak yang ditancapkan di tanah, dan ada ranting-ranting hijau diikatkan pada tonggak-tonggak, sekaligus sebagai hiasan dekorasi dan pemberi kesejukan. Tenda-tenda yang lain sepenuhnya terbuat dari ranting-ranting yang ditancapkan ke tanah dan saling diikatkan melengkung, dengan demikian membentuk terowongan-terowongan kecil yang hijau. Di bawah setiap tenda ada orang-orang dari berbagai usia dan keadaan, yang berbicara perlahan dan serius, sesekali diselingi tangisan anak kecil yang memecah keheningan.

Waktu itu menjelang malam dan cahaya dari lampu-lampu minyak kecil berkelip di sana sini di segenap penjuru perkemahan yang aneh itu. Sekeliling lampu sebagian keluarga sedang bersantap malam di atas tanah, para ibu memangku anak-anak yang kecil. Banyak dari bayi-bayi yang kecapaian ini tertidur sambil menggenggam potongan roti dalam jari-jemari mungil mereka yang merah muda sementara kepala mereka yang kecil terkulai pada dada ibunya, seperti anak-anak ayam dibawah naungan sayap induknya. Para ibu menyelesaikan makan mereka, sebisa mungkin, dengan satu tangan saja yang masih bebas, sementara tangan yang lain mendekapkan si anak pada dadanya. Sementara itu keluarga-keluarga yang lain masih belum makan dan sedang bercakap-cakap dalam keremangan senja, menanti makanan siap disantap. Di sana sini api-api kecil dinyalakan dan para perempuan sibuk sekelilingnya. Ninabobo yang lambat agak melankolis menenangkan anak-yang sulit tidur.

Tinggi di atas langit cerah nan indah, yang menjadi semakin biru gelap hingga tampak bagai sehelai velarium beludru lembut berwarna hitam kebiruan yang sangat besar. Pada hamparan kain ini, sedikit demi sedikit, para pengrajin dan dekorator yang tak kelihatan memasang batu-batu permata serta lampu-lampu malam, sebagian terasing, sebagian dalam pola-pola geometris yang aneh, di antaranya yang mencolok adalah Beruang Besar dan Beruang Kecil, dalam bentuk sebuah kereta, dengan batang kayunya tergeletak di tanah sesudah sapi dilepaskan dari kuknya. Bintang Kutub tersenyum dengan segala kecemerlangannya.

Aku tahu itu adalah bulan Oktober sebab suara lantang seorang laki-laki mengatakannya: "Bulan Oktober ini sungguh indah seperti yang sangat jarang terjadi di tahun-tahun silam!"

Di sini Anna datang dari sebuah perapian dengan sesuatu di tangannya, sepotong roti yang besar dan datar seperti cake dan yang berfungsi juga sebagai nampan. Alfeus kecil memegangi gaun Anna dan berceloteh dengan suara kecilnya. Yoakim, ketika melihat Anna datang, bergegas menyalakan lampu; ia berada di pintu masuk pondoknya yang terbuat dari ranting-ranting dan tengah berbicara dengan seorang laki-laki sekitar tigapuluh tahunan, yang dipanggil Alfeus dari kejauhan dengan suara melengkingnya: "Ayah!"

Anna berjalan anggun menyusuri barisan-barisan pondok. Ia anggun, namun rendah hati. Ia tidak sombong terhadap siapapun. Ia mengangkat anak dari seorang perempuan miskin papa, saat si gelandangan cilik terjatuh dekat kakinya ketika berlarian seperti seorang berandal cilik. Karena wajahnya menjadi kotor dan dia menangis, Anna membersihkannya, menghiburnya dan menyerahkannya kepada ibunya yang berlari datang kepada mereka dan memofon maaf. Anna mengatakan kepadanya: "Oh! Tidak apa-apa. Aku senang dia tidak terluka. Dia seorang anak yang manis. Umur berapakah dia?"

"Tiga tahun. Dia anak kedua termuda dan aku menantikan kelahiran anak yang lain dalam waktu dekat. Aku punya enam anak laki-laki. Sekarang aku ingin punya anak perempuan… Seorang anak perempuan sungguh berarti bagi ibunya…."

"Yang Mahatinggi telah sangat menghiburmu, perempuan!" desah Anna.

Perempuan itu melanjutkan: "Ya. Aku miskin, namun anak-anak adalah sukacita kami dan anak-anak yang lebih besar sudah bisa membantu bekerja. Dan, Nyonya, (nyata sekali bahwa Anna memiliki status sosial yang lebih tinggi dan perempuan itu mengetahuinya), berapakah anakmu?"

"Tidak punya."

"Tidak punya. Bukankah ini anakmu?"

"Bukan, dia itu anak seorang tetangga yang sangat baik. Dialah penghiburanku…."

"Apakah anakmu mati atau...?"

"Aku belum pernah punya anak."

"Oh!" Permpuan miskin itu memandang Anna dengan iba.

Anna mengucapkan selamat tinggal kepadanya, menghela napas yang sangat panjang, dan pergi menuju pondoknya.

"Aku telah membuatmu menunggu, Yoakim. Aku tertahan oleh seorang perempuan miskin, ibu dari enam orang anak laki-laki. Bayangkan! Dan dia menantikan kelahiran seorang anak lainnya dalam waktu dekat."

Yoakim menghela napas.

Ayah Alfeus memanggil puteranya, tetapi si anak menjawab: "Aku tinggal bersama Anna. Aku akan membantunya." Semua orang tertawa.

"Biarkan saja dia. Dia tidak mengganggu kami. Dia masih belum terikat Hukum. Di sana atau di sini dia hanyalah seekor burung kecil yang makan," kata Anna. Dan Anna duduk dengan kanak-kanak itu dalam pangkuannya dan memberinya kue dan, aku pikir, ikan bakar. Aku bisa melihat bahwa ia melakukan sesuatu sebelum memberikannya kepada Alfeus; mungkin ia membuang tulang ikan. Ia telah melayani suaminya terlebih dulu. Ia sendiri makan terakhir.

Malam semakin dipenuhi dengan bintang-bintang dan perkemahan dengan lampu-lampu. Kemudian sedikit demi sedikit banyak lampu dipadamkan. Itu adalah lampu-lampu mereka yang lebih dulu makan malam dan yang sekarang pergi tidur. Juga kebisingan perlahan berkurang. Tak ada lagi suara anak-anak terdengar. Hanya beberapa bayi yang masih belum disapih memperdengarkan suara kecil mereka yang seperti suara anak domba sementara mencari susu ibunya. Malam menghembuskan napasnya atas semua tempat dan semua orang dan membawa pergi segala sakit dan kenangan, harapan dan kepedihan. Tetapi tidak, mungkin dua yang terakhir ini bertahan dalam mimpi, meski diredakan oleh tidur.

Anna mengatakannya kepada suaminya sementara ia meninabobokan Alfeus yang tidur dalam buaiannya: "Semalam aku bermimpi bahwa tahun depan aku akan datang ke Kota Suci untuk dua perayaan, dan bukan hanya satu saja. Dan perayaan yang satunya adalah mempersembahkan anakku di Bait Allah... Oh! Yoakim!..."

"Berharaplah Anna. Tidakkah kau merasakan yang lain? Tidakkah Tuhan membisikkan sesuatu ke dalam hatimu?"

"Tidak. Hanya sebuah mimpi…."

"Besok adalah hari terakhir doa kita. Semua kurban persembahan telah dilakukan. Tetapi kita akan memperbaharuinya lagi besok, dengan lebih khidmad. Kita akan beroleh karunia dari Allah karena kasih setia kita. Aku selalu berpikir bahwa akan terjadi atasmu seperti yang terjadi pada Hana isteri Elkana."

"Semoga Allah mengabulkannya... dan aku berharap ada seorang yang mengatakan kepadaku sekarang: ""Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya!"

"Jika rahmat itu tiba, anakmu akan memberitahukan kepadamu kehadirannya yang pertama kali dalam rahimmu; dan itu akan menjadi suara seorang yang tak berdosa, dan karenanya suara Allah."

Perkemahan sekarang sunyi senyap dalam kepekatan malam. Anna juga membawa Alfeus ke pondok sebelah, dan menempatkannya di pembaringan dekat saudara-saudara kecilnya, yang sudah terlelap. Lalu ia berbaring di samping Yoakim dan lampu mereka juga padam: satu dari bintang-bintang kecil di bumi. Terlebih indah, bintang-bintang di kubah surga yang tetap berjaga atas umat manusia yang tengah terlelap.





Yesus bersabda:

"Orang-orang benar selalu bijaksana, sebab, sebagai sahabat-sahabat Allah, mereka hidup dalam persahabatan dengan-Nya dan diajar oleh-Nya, ya, oleh Dia, Kebijaksanaan Tak Terhingga. Kakek nenek-Ku adalah orang-orang benar dan karenanya mereka memiliki kebijaksanaan. Mereka dapat dengan tepat mengutip dari Kitab, memadahkan puji-pujian Kebijaksanaan dari konteksnya: 'Aku jatuh cinta kepada kebijaksanaan dan kucari sejak masa mudaku, aku berusaha memperolehnya sebagai mempelaiku.'

Anna dari keturunan Harun adalah perempuan kuat yang dibicarakan Leluhur kami. Dan Yoakim, seorang keturunan Raja Daud, tidak mencari pesona pribadi begitu rupa dan kekayaan sebagai keutamaan. Anna memiliki keutamaan yang besar. Semua sifat-sifat kudus menyatu bagai rangkaian bebungaan nan harum mewangi menjadi sesuatu yang indah yang adalah: Keutamaan luar biasa ini. Sebuah keutamaan sejati, yang layak dihaturkan di hadapan tahta Allah.

Yoakim, karenanya, menikahi kebijaksanaan dua kali, dengan "mengasihinya lebih dari perempuan lain": Kebijaksanaan Allah yang tinggal dalam hati seorang perempuan benar. Anna dari keturunan Harun tidaklah mencari yang lain selain dari mempersatukan hidupnya dengan laki-laki yang tulus hati itu, yakin bahwa kebahagiaan keluarga bergantung pada ketulusan hati. Dan untuk menjadi perwujudan dari 'perempuan yang kuat' kekurangannya hanyalah ia tak memiliki mahkota anak-anak, kebanggaan dari perempuan yang menikah, pengesahan dari sebuah perkawinan, seperti yang dikatakan Salomo, mengenai kebahagiaannya ia tak memiliki anak-anak, bunga-bunga dari sebuah pohon yang telah menjadi satu dengan pohon sebelahnya dan karenanya menghasilkan berlimpah buah baru, dimana kedua kualitas baik bercampur menjadi satu, sebab ia tiada pernah mengalami kekecewaan apapun perihal suaminya.

Meski ia sekarang memasuki usia tua dan telah menjadi isteri Yoakim selama bertahun-tahun, namun bagi Yoakim ia selalu menjadi "mempelai dari masa mudanya, sukacitanya, rusa betina terkasih, anak rusa gemulai," yang belaiannya selalu membawa pesona segar dari malam pertama pengantin, dan yang secara manis memikat kasihnya, menjaganya sesegar sekuntum bunga berteteskan embun pagi, dan berkobar bagai api yang terus menyala. Karena itu, dalam kesedihan mereka, keadaan mereka yang tak memiliki anak, mereka saling mengucapkan "kata-kata penghiburan dalam pikiran dan penderitaan mereka."

Dan Kebijaksanaan kekal, ketika saatnya tiba, di samping mengajari mereka dalam keadaan terjaga, juga menerangi mereka dengan mimpi-mimpi pada malam hari, penglihatan-penglihatan tentang puisi kemuliaan yang akan datang dari mereka dan yang adalah Maria Tersuci, BundaKu. Jika kerendahan hati mereka menjadikan mereka bimbang, namun hati mereka bergetar oleh pengharapan akan tanda pertama dari janji Allah. Telah ada kepastian dalam perkataan Yoakim: "Berharaplah … Kita akan beroleh karunia dari Allah karena kasih setia kita." Mereka memimpikan seorang anak: dan mereka mendapatkan Bunda Alah!

Ayat-ayat Kitab Kebijaksanaan tampaknya ditujukan bagi mereka: "Berkat kebijaksanaan aku akan mendapat kemuliaan pada rakyat … berkat kebijaksanaan aku akan memperoleh kebakaan dan meninggalkan kenangan abadi pada mereka yang menyusulku." Namun demi memperoleh semua ini mereka harus menjadi tuan atas keutamaan yang sejati dan lestari, yang tak dicemarkan oleh peristiwa apapun. Keutamaan iman. Keutamaan kasih. Keutamaan harapan. Keutamaan kemurnian. Kemurnian dari pasangan yang menikah! Mereka memilikinya, sebab tidaklah perlu menjadi perawan untuk menjadi murni. Dan tempat tidur perkawinan yang murni dijaga oleh para malaikat dan dari sana lahirlah anak-anak yang baik yang akan menjadikan keutamaan orangtua mereka sebagai kaidah hidup mereka.

Akan tetapi di manakah mereka sekarang? Sekarang anak-anak tak dikehendaki, begitu pula kemurnian. Oleh sebab itu Aku katakan bahwa kasih dan perkawinan telah dicemarkan."


Sumber : yesaya.indocell.net


Tidak ada komentar: