Rabu, 25 Mei 2011

RAHASIA FATIMA

Lukisan yang mengilustrasikan penampakan tanggal 13 Juni 1917
(Sr. M. Conceicao, OCD)

 
 
Bagian pertama dan kedua “rahasia” itu menurut versi yang disajikan oleh Suster Lucia dalam Memoir Ketiga tertanggal 31 Agustus 1941 bagi Uskup Leiria-Fatima.


(terjemahan) *
... Ini akan mencakup pembicaraan saya tentang rahasia itu, dan dengan demikian menjawab pertanyaan pertama. Apakah rahasianya itu? Tampaknya bagiku aku boleh mengungkapkannya, sebab aku sudah memiliki izin dari surga untuk berbuat demikian. Wakil-wakil Tuhan di bumi telah memberi wewenang kepadaku untuk melakukan ini beberapa kali dan dalam berbagai surat, salah satunya, saya rasa, Anda simpan. Surat ini dari Romo Jose Bernardo Goncalves, dan di situ ia menyuruh saya untuk menyurati Bapa Suci, antara lain menyarankan agar saya harus mengungkapkan rahasia tersebut. Saya memang mengatakan sesuatu tentang itu. Tetapi untuk tidak memperpanjang suratku, sebab aku disuruh pendek-pendek saja, aku membatasi diri pada ha-hal yang pokok, membiarkan Tuhan untuk memberi kesempatan lain yang lebih baik.

Dalam kisah saya yang kedua saya sudah melukiskan keragu-raguan yang menyiksa saya secara terperinci sejak 13 Juni sampai 13 Juli, dan bagaimana keraguan itu lenyap samasekali selama penampakan pada hari itu.

(*) Dalam “Memoir Keempat” tanggal 8 Desember 1941, Suster Lucia menulis:
“Aku akan memulai tugas baruku, dan dengan demikian memenuhi perintah yang diterima dari Yang Mulia maupun keinginan-keinginan Dr. Galamba. Dengan perkecualian bagian rahasia yang tak boleh saya ungkapkan sekarang, saya akan mengatakan segala sesuatunya. Saya tak akan menghilangkan sesuatu pun secara sengaja, meskipun saya kira saya mungkin lupa beberapa detail kecil yang tidak penting.”

Yah, rahasia itu terdiri atas tiga bagian terpisah, dua di antaranya akan saya ungkapkan sekarang. 

Bagian pertama adalah penglihatan tentang neraka. Ratu kita memperlihatkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang tampaknya ada di bawah bumi. Yang terjerumus ke dalam api ini adalah setan-setan dan jiwa-jiwa dalam rupa manusia, seperti bara-bara api yang menyala dan tembus pandang, semuanya berwarna kehitam-hitaman atau coklat mengkilat, terapung-apung ke sana kemari dalam nyala itu, terkadang melesat ke udara berkat nyala api yang keluar dari diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan asap besar, terkadang jatuh kembali ke segala sisi seperti bunga-bunga api dalam sebuah api besar, tanpa bobot atau keseimbangan, dan di tengah jeritan-jeritan dan keluhan-keluhan rasa sakit dan keputusasaan, yang mengerikan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan oleh keserupaan mereka yang mengerikan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semuanya gelap dan tembus pandang. Penglihatan ini hanya berlangsung sesaat. Bagaimana kita dapat bersyukur kepada Ibu surgawi kita yang baik hati, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan untuk membawa kami ke surga, dalam penampakan pertama. Kalau tidak, saya rasa kami sudah mati ketakutan dan ngeri.
 
Kemudian kami menatap ke Ratu kita, yang berkata kepada kami dengan begitu lembut dan begitu sedih: “Kamu baru saja melihat neraka tempat perginya jiwa-jiwa pendosa yang malang. Untuk menyelamatkan mereka, Tuhan ingin menetapkan kebaktian kepada hatiku yang tak bernoda di dunia. Bila apa yang kukatakan kepadamu dilaksanakan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada perdamaian. Perang itu akan berakhir; tetapi bila orang tidak berhenti melukai hati Tuhan, sebuah perang yang lebih buruk akan pecah selama pemerintahan Pius XI. Kalau engkau melihat malam yang diterangi oleh cahaya yang tidak dikenal, ketahuilah bahwa inilah tanda besar yang diberikan oleh Tuhan kepadamu bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatan-kejahatannya dengan perang, kelaparan, dan penganiayaan terhadap Gereja dan Bapa Suci. Untuk mencegah hal ini, aku akan datang untuk meminta penyerahan Rusia kepada hatiku yang tak bernoda, dan komuni silih pada hari-hari Sabtu pertama. Kalau permintaan-permintaanku dipenuhi, Rusia akan ditobatkan, dan akan ada perdamaian; bila tidak, Rusia akan menyebarkan kesesatan-kesesatannya ke seluruh dunia sambil menimbulkan peperangan dan penganiayaan-penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dimartir; Bapa Suci akan terpaksa banyak menderita; berbagai bangsa akan lenyap. Pada akhirnya, hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan menyerahkan Rusia kepadaku, dan Rusia akan ditobatkan, dan sebuah periode perdamaian akan diberikan kepada dunia.”(**)

(**) Dalam “Memoir Keempat” Suster Lucia menambahkan: “Di Portugal, dogma
iman akan senantiasa terjaga, dst.....” 

Bagian ketiga dari rahasia yang diungkapkan di Cova da Iria, Fatima, pada tanggal 13 Juli 1917.
Saya menulis dalam ketaatan kepadaMu, Tuhanku, yang memerintahkan aku untuk berbuat begini melalui Yang Mulia Uskup Leiria dan melalui IbuMu dan Ibuku yang amat kudus. Setelah kedua bagian yang telah saya jelaskan, di sebelah kiri Ratu kita dan sedikit di atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang menyala di tangan kirinya; sambil berkilat-kilat, pedang itu mengeluarkan api yang tampaknya seolah-olah mau membakar dunia; tetapi api itu mati setelah bersentuhan dengan kemuliaan yang dipancarkan oleh Ratu kita kepadanya dari tangan kanan Ratu kita:
sambil menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara nyaring: ‘Matiraga, Matiraga, Matiraga!’ dan kami melihat dalam cahaya yang amat luas yakni Tuhan: ‘sesuatu seperti layaknya orang tampak di sebilah cermin ketika mereka lewat di depannya’ seorang uskup yang berpakaian putih-putih ‘kami
mendapat kesan bahwa itu adalah Bapa Suci.’ Uskup-uskup lain, imam-imam, biarawan-biarawati mendaki sebuah bukit terjal, di atasnya ada sebuah salib besar terbuat dari batang kayu yang dipotong kasar-kasar seperti pohon gabus dengan kulitnya; sebelum sampai ke situ Bapa Suci melewati sebuah kota besar yang setengah hancur dan setengah gemetar dengan langkah yang tertatih-tatih, karena
terkena rasa sakit dan kepedihan, ia berdoa bagi jiwa mayat-mayat yang dijumpainya di jalan; setelah mencapai puncak gunung, ia berlutut di kaki salib besar itu. Ia dibunuh oleh sekelompok serdadu yang menembakkan peluru-peluru dan panah-panah kepadanya, dan dengan cara yang sama, di situ mati pula satu persatu, uskup-uskup,
imam-imam, biarawan-biarawati, dan berbagai awam dengan berbagai pangkat dan kedudukan. Di bawah kedua lengan salib terdapat dua Malaikat masing-masing membawa bejana kristal di tangannya, menadah darah para martir dan dengannya memerciki jiwa-jiwa yang berjalan menuju Allah.Tuy, 3-1-1944.



PENGUMUMAN YANG DIBUAT OLEH KARDINAL
ANGELO SODANO, MENTERI LUAR NEGERI VATIKAN

Pada akhir misa yang dipimpin oleh Bapa Suci di Fatima, Kardinal Angelo Sodano,  Menteri Luar negeri, membuat pernyataan ini dalam bahasa Portugis, yang disajikan di sini dalam terjemahan bahasa Indonesia:

Saudara-saudari dalam Tuhan!
Pada penutupan perayaan agung ini, saya merasa wajibmenyampaikan kepada Bapa Suci kita yang tercinta Paus YohanesPaulus II, atas nama semua hadirin, selamat sehangat-hangatnyaatas ulangtahunnya yang ke-80 yang akan datang dan untuk berterima kasih kepadanya atas pelayanan pastoralnya yang vital bagi kemaslahatan seluruh Gereja Allah yang kudus; kami menyampaikan selamat sehangat-hangatnya dari seluruh Gereja. Pada kesempatan agung kunjungannya ke Fatima ini, Bapa Suci telah menyuruh saya untuk membuat pengumuman bagi Anda. Sebagaimana Anda ketahui, maksud kunjungannya ke Fatima adalah untuk beatifikasi kedua “gembala kecil” itu. Namun ia juga ingin agar peziarahannya menjadi ungkapan terimakasih baru
kepada Ratu kita atas perlindungannya selama tahun-tahun pemerintahannya. Perlindungan ini tampaknya juga berkaitan dengan apa yang disebut bagian ketiga “rahasia” Fatima. Teks itu memuat sebuah penglihatan simbolis yang mirip dengan
yang ada dalam Kitab Suci, yang tidak melukiskan secara fotografis detail-detail peristiwa-peristiwa masa depan, melainkan mensintesakan dan memadatkan fakta-fakta pada satu latar belakang. Fakta-fakta yang meluas melewati waktu dalam sebuah urutan dan kelangsungan yang tidak tertentu. Sebagai akibatnya, teks itu harus ditafsirkan dalam sebuah kunci simbolis.

Penglihatan Fatima terutama menyangkut perang yang dilakukan oleh sistem-sistem ateistik terhadap Gereja dan orang-orang Kristen, dan penglihatan itu melukiskan penderitaan luarbiasa yang ditanggung oleh para saksi iman dalam abad terakhir milenium kedua. Ini merupakan Jalan Salib yang tak berkesudahan yang dipimpin oleh para Paus abad keduapuluh. Menurut interpretasi “para gembala kecil,” yang juga baru-baru ini diteguhkan oleh Suster Lucia, “Uskup yang berpakaian putih putih” yang berdoa bagi semua umat beriman adalah Paus. Sewaktu dia melangkah dengan sangat sulit menuju salib itu di tengah-tengah mayat-mayat orang-orang yang dimartir (uskup-uskup, imam-imam, biarawan-biarawati dan banyak kaum awam), ia pun jatuh ke tanah,
tampaknya meninggal, di bawah berondongan tembakan senapan.

Setelah usaha pembunuhan tanggal 13 Mei 1981, tampaknya jelas bahwa “tangan seorang Ibulah yang telah membimbing jalannya peluru itu,” sehingga memungkinkan “Bapa Suci dalam pergulatannya” untuk berhenti “pada ambang kematian” (Paus Yohanes Paulus II, Meditasi bersama para Uskup Italia dari Poliklinik Gemelli, Insegnamenti, XVII, 1 (1994), 1061). Dalam sebuah kesempatan kunjungan ke Roma oleh Uskup Leiria-Fatima waktu itu, Paus memutuskan untuk memberikan kepadanya peluru yang tertancap di jeep setelah usaha pembunuhan itu, agar peluru itu dapat disimpan di tempat peziarahan. Dengan keputusan Uskup tadi, peluru itu kemudian ditaruh di mahkota patung Ratu kita dari Fatima.

Peristiwa-peristiwa yang berurutan tahun 1989 telah membuat jatuhnya rezim-rezim komunis yang memajukan ateisme baik di Uni Soviet dan di sejumah negara EropaTimur. Untuk ini pun Bapa Suci mengucapkan rasa terima kasihnya yang hangat kepada Perawan Tersuci. Namun di bagian-bagian dunia lain, serangan-serangan terhadap Gereja dan terhadap orang-orang Kristen, dengan beban penderitaan yang dibawanya, berlanjut secara tragis. Bahkan seandainya peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam bagian ketiga “rahasia” Fatima itu sekarang ini tampaknya menjadi
bagian masa lampau, ajakan Ratu kita untuk bertobat dan bermatiraga, yang dikeluarkan pada awal abad keduapuluh, tetap segar dan mendesak hari ini. “Ratu pemberi pesan itu tampaknya membaca tanda-tanda zaman – tanda-tanda zaman kita – dengan pemahaman istimewa.... Ajakan teguh Maria yang tersuci untuk bermatiraga tak lain daripada perwujudan keprihatinan seorang ibu terhadap nasib keluarga manusia, yang perlu bertobat dan membutuhkan pengampunan” [Paus Yohanes Paulus II, Pesan untuk Hari Orang Sakit Sedunia-1997, No. 1, dalam Insegnamenti
di Giovanni Paolo II, XIX, 2 (Vatican, 1996), 561].

Agar umat beriman dapat menerima pesan Ratu kita dari Fatima dengan lebih baik, Paus telah memberi tugas kepada Konggregasi Ajaran Iman untuk mempublikasikan bagian ketiga rahasia” itu, setelah mempersiapkan sebuah komentar yang memadai.
Saudara-saudari, marilah kita berterima kasih kepada Ratu kita dari Fatima atas perlindungannya. Kepada pengantaraannya sebagai ibu, marilah kita mempercayakan Gereja pada milenium ketiga.

Sub tuum praesidium confugimus, Sancta Dei Genitrix! Intercede
pro Ecclesia. Intercede pro Papa nostro Ioanne Paulo II. Amen.
Fatima, 13 Mei 2000



(Sumber : Memoir Suster Lucia, disunting Romo Luis Kondor, SVD, Diterjemahkan oleh T. Hermaya dan Felicianus Kanisius Sila)

Tidak ada komentar: