Segala Sesuatu yang Ingin Kalian Ketahui tentang Para Imam
Bagian 2
1. Siapa itu imam Katolik?
Seorang
imam Katolik adalah seorang laki-laki yang dipanggil Tuhan untuk
melayani Gereja dalam pribadi Kristus sang Kepala. Ia adalah seorang
yang mengasihi Tuhan, Gereja dan Umat yang ia layani. Ia mengamalkan
kasihnya ini melalui ikrar setia selibat, ketaatan dan kesahajaan hidup.
Ia adalah seorang yang berakar dalam doa, yang dengan sukacita dan
semangat rela berkorban memberikan hidupnya bagi sesama.
2. Siapa itu imam diosesan?
Seorang
Imam Diosesan adalah seorang Imam Paroki. “Diosesan” berasal dari kata
Yunani yang berarti “menata rumah,” dan kata Yunani “paroki” yang
berarti “tinggal dekat.” Seorang imam diosesan adalah seorang imam yang
terlibat dalam kehidupan sehari-hari umat. Ia “tinggal dekat mereka”
dalam segala hal, dan membantu uskup setempat untuk “menata rumah” dalam
keluarga Allah, entah sebagai seorang pastor pembantu atau sebagai
pastor kepala paroki (dan kadang kala dalam pelayanan-pelayanan seperti
pengajaran, atau melayani sebagai pastor mahasiswa, atau pastor di rumah
sakit, di pangkalan militer, atau di penjara). Seorang pastor paroki
bertanggung jawab atas segala pelayanan yang diselenggarakan oleh paroki
dan atas administrasi paroki.
Sebagian
besar imam di seluruh dunia adalah imam diosesan. Mereka ini
ditahbiskan untuk berkarya di suatu diosis (= keuskupan) atau di suatu
arki-diosis (= keuskupan agung) tertentu. Seorang imam diosesan
merupakan bagian dari satu presbiterium (= dewan imam), yang
beranggotakan para imam dari suatu diosis/arki-diosis yang sama, dan
karenanya berada di bawah kepemimpinan uskup yang sama.
Pada
saat ditahbiskan sebagai diakon (biasanya sekitar satu tahun sebelum
ditahbiskan sebagai imam) mereka berikrar setia untuk menghormati dan
mentaati uskup diosesan dan para penerusnya. Mereka juga berikrar setia
untuk hidup dalam kemurnian, dan sesuai dengan status klerus mereka
(termasuk di dalamnya hidup bersahaja). Berbicara secara teknis, para
imam diosesan tidak mengucapkan kaul dan tidak berikrar kemiskinan.
Mereka menerima gaji sekedarnya dari paroki atau lembaga Katolik lainnya
yang mereka layani. Oleh karena tempat tinggal dan kebutuhan-kebutuhan
dasar telah dipenuhi oleh paroki di mana mereka berkarya, maka gaji
mereka yang sedikit itu lebih dari cukup untuk memenuhi
keperluan-keperluan pribadi mereka, misalnya pakaian, biaya berlibur,
mobil dan sumbangan amal kasih.
Dalam
tahbisan diakonat, uskup menerima ikrar setia para diakon dan para
imam, dan dengan demikian menginkardinasi mereka ke dalam keuskupan. Ini
mendatangkan hak-hak tertentu bagi diakon calon imam dan imam diosesan -
misalnya hak untuk mendapatkan dukungan dari gereja diosesan - dan
mengenakan kepada mereka kewajiban untuk berkarya bagi gereja diosesan
di bawah kepemimpinan uskup. Ini merupakan komitmen atas tanggung jawab
seumur hidup. Karena sebagian besar karya keuskupan dilaksanakan di
paroki-paroki, maka pada umumnya seorang imam diosesan berkarya di suatu
paroki. Imam diosesan sering juga disebut imam praja atau imam sekulir,
sebab karya utama mereka adalah pastoral, yaitu membantu umat yang
berada dalam dunia pada masa sekarang ini (Latin saeculum, artinya
dunia, masa).
3. Apa beda imam religius dan imam diosesan?
Seorang
imam religius adalah anggota dari suatu ordo atau lembaga religius.
Suatu ordo atau lembaga religius adalah suatu serikat yang dibentuk
Gereja guna mempromosikan suatu gaya hidup atau suatu spiritualitas
tertentu, atau untuk melaksanakan suatu karya tertentu. Sebagian besar
anggota komunitas religius berkarya di lebih dari satu keuskupan, dan
banyak lainnya berkarya lintas negara. Setiap komunitas religius
memiliki konstitusinya sendiri, dan para anggotanya hidup menurut suatu
peraturan hidup yang ditetapkan. Sebagian anggota komunitas religius
berkarya di paroki-paroki, sedangkan yang lainnya tidak. Para imam
religius berkarya sebagai pastor rumah sakit, memberikan retret,
mengajar, pembicara, pastor paroki, misionaris dan di berbagai macam
bidang lainnya. Setiap komunitas religius memiliki karisma, atau karunia
Roh Kudus. Para imam yang adalah anggota suatu komunitas religius
membawa karisma itu ke dalam karya mereka.
Uskup
diosesan mengawasi para imam religius apabila para imam ini terlibat
dalam pelayanan aktif dalam keuskupannya. Tidak ada suatu komunitas pun
yang dapat berkarya di suatu diosis tanpa ijin uskup diosesan. Superior
komunitas religius mengawasi karya internal komunitas. Jika suatu
komunitas religius melayani kebutuhan umat di suatu paroki tertentu,
maka komunitas religius tersebut berkarya berdasarkan suatu kesepakatan
dengan uskup diosesan.
Seorang
imam religius mengucapkan kaul kemurnian, kaul ketaatan dan kaul
kemiskinan; mereka tidak diperkenankan memiliki harta pribadi. Biasanya,
imam religius tinggal bersama sejumlah imam atau broeder dari komunitas
religiusnya. Pada umumnya, mereka berkarya dalam suatu pelayanan
tertentu, misalnya pendidikan, pelayanan sosial, kesehatan atau karya
misi. Pelayanannya kepada Gereja dapat menjangkau melintasi batas-batas
keuskupan: ia dapat saja diutus ke manapun di suatu pelosok dunia di
mana komunitasnya berkarya. Sebaliknya, seorang imam diosesan, pada
umumnya melayani sebatas wilayah keuskupan di mana ia ditahbiskan. Ia
tunduk pada uskup diosesan. Seorang imam diosesan tidak mengucapkan
kaul.
4. Mengapa menjadi seorang imam?
Seorang
laki-laki menjadi imam bukan bagi dirinya sendiri melainkan bagi
orang-orang lain. Imamat merupakan suatu cara hidup yang unik dan penuh
kuasa demi menyelenggarakan pelayanan bagi kebutuhan-kebutuhan rohani
orang-orang lain. Imam adalah sungguh merupakan kehadiran unik Tuhan
Sendiri di dunia ini, yang diperlengkapi kuasa untuk menghadirkan Tuhan.
Orang tidak ditahbiskan atau orang tidak menjadi imam bagi dirinya
sendiri, tetapi ia ditahbiskan bagi orang-orang lain. Seorang imam
memberikan hidupnya sendiri agar yang lain dapat hidup.
5. Apakah seorang imam kehilangan kebebasannya?
Seorang
imam diosesan berikrar setia secara resmi untuk taat kepada uskupnya.
Ikrar ketaatan ini mengikatkan imam kepada uskupnya dalam suatu cara
demi menjamin bahwa kebutuhan-kebutuhan umat Allah terpenuhi. Kebebasan
dalam kehidupan dan pelayanan imam adalah bagaikan kebebasan anak-anak
dalam kehidupan orangtua mereka. Orangtua bertanggung jawab atas
anak-anak mereka. Demikian pula, dalam mengambil keputusan seorang imam
pertama-tama memikirkan kepentingan yang lain terlebih dahulu, yaitu
umat yang dipercayakan kepadanya, dan uskupnya yang bertanggung jawab
atas seluruh keuskupan
6. Apa yang dilakukan seorang imam?
Tujuan
dasar dari pelayanan seorang imam adalah mewartakan Sabda Allah. Imam
melakukannya dengan beragam cara. Ia menghabiskan sebagian besar
waktunya demi mempersiapkan dan merayakan sakramen-sakramen (Ekaristi,
Tobat, Baptis, Perkawinan, Pengurapan Orang Sakit). Setiap hari selalu
diluangkannya waktu untuk berdoa. Mengunjungi yang sakit, mengunjungi
umat dan bekerjasama dengan paroki-paroki lain dan dengan berbagai
kelompok organisasi merupakan bagian dari pelayanannya pula. Seorang
imam diosesan harus siap sedia melayani umat apabila mereka membutuhkan
bantuan. Ia kerap kali terlibat dalam konseling pribadi, (masalah
perkawinan, obat-obatan terlarang, masalah orangtua/guru, atau sekedar
berbagai masalah pada umumnya). Imam memilih untuk tinggal di tengah
suatu komunitas iman tertentu (suatu paroki), dan dengan demikian ia
bertindak sebagai pemimpin yang memberikan perhatian sosial dan
spiritual bagi umatnya. Sama seperti orang lain pada umumnya, seorang
imam juga membutuhkan waktu untuk berolah raga, beristirahat dan relaks -
waktu di mana ia dapat melakukan apa yang ia sukai; hal-hal seperti
sports, hobi, musik, dll.
7. Bagaimanakah hari-hari seorang imam?
Seorang
imam bekerja dan berkarya setiap hari demi membangun jembatan antara
langit dan bumi. Imam membawa Tuhan kepada manusia dan manusia kepada
Tuhan. Setiap hari berbeda baginya, tergantung pada karya di mana ia
terlibat. Namun demikian, satu hal yang pasti bagi setiap imam adalah
merayakan Misa. Setiap imam sebisanya merayakan Ekaristi setiap hari.
Dengan menghadirkan Yesus dalam Ekaristi, imam dipanggil untuk
menghadirkan Yesus pula dalam setiap detik hidupnya. Hal ini mungkin
terjadi pada saat pertemuan, kunjungan ke rumah atau rumah sakit,
mengajar, menyampaikan khotbah ataupun sekedar hadir bersama yang lain.
Sungguh, hari-hari seorang imam adalah hari-hari yang sibuk, melelahkan,
beragam variasi, namun mendatangkan keselamatan, yang menuntut stamina
fisik, disiplin mental dan kedewasaan rohani. Hidup seorang imam adalah
hidup bagi orang lain; hidup bagi pelayanan kasih. Jadi, meski kesibukan
dalam hari-harinya tak dapat diprediksi, tetapi wajib senantiasa
merupakan pelayanan kasih, pertama-tama bagi Tuhan, dan kemudian bagi
sesama.
8. Apakah seorang imam diosesan mendapatkan suatu pelatihan khusus?
Seorang
imam diosesan pertama-tama dipersiapkan untuk menjadi seorang imam
paroki. Ia mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk melakukan segala
hal yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari Gereja. Ia dapat juga
menerima pelatihan khusus dalam bidang seperti konseling, pengajaran,
pelayanan kaum muda, komunikasi, bekerja untuk orang-orang miskin, dan
bidang-bidang lain yang dianggap perlu oleh Gereja.
9. Dapatkah seorang imam diosesan melayani di luar keuskupannya?
Terkadang,
seorang imam diosesan dapat meminta ijin kepada uskup untuk melayani di
luar keuskupannya. Seorang imam diosesan dapat melayani sebagai guru,
misionaris, atau dalam kapasitas lainnya di suatu keuskupan lain.
10. Siapakah yang memiliki kualifikasi menjadi seorang imam?
Seorang laki-laki single dengan intelegensi sekurangnya rata-rata,
emosional yang stabil, memiliki kemurahan hati dan kasih yang tulus
bagi Tuhan pantas bagi imamat. Ia hendaknya seorang yang menikmati
bekerja dengan beragam orang dan memiliki komitmen untuk menjadikan
dunia suatu tempat yang lebih baik bagi umat manusia melalui pelayanan
imamat. Ia hendaknya seorang individu yang penuh sukacita yang mencintai
hidup dan bersedia memberikan segala-galanya bagi apapun yang Tuhan
kehendaki darinya. Ia wajib mengejar kekudusan, setia pada ajaran-ajaran
Gereja Katolik dan setia kepada Bapa Suci.
11. Bagaimana saya tahu Tuhan memanggil saya menjadi seorang imam?
Satu-satunya
cara adalah meluangkan waktu dalam doa dan dalam diskusi dengan yang
lain. Hubungi pastor paroki, Komisi Panggilan, atau seorang awam yang
engkau percaya di paroki untuk membicarakan perasaan-perasaan dan
imanmu. Sering kita mendengar suara Tuhan lewat sharing iman dengan yang
lain.
12. Bagaimana jika saya pernah berbuat salah sebelumnya?
Seorang
tidak perlu kudus untuk menjadi seorang imam, meski imam wajib
merindukan kekudusan. Kemampuan untuk mencari pengampunan Tuhan dan
untuk menerima kerahiman ilahi menunjukkan pertumbuhan dalam kekudusan.
Seorang pembimbing rohani acapkali merupakan seorang penolong yang tepat
bagi mereka yang hendak mengenali kesiapan dirinya bagi hidup dan
pelayanan imamat.
13. Apakah saya harus meninggalkan keluarga, teman dan sahabat demi memenuhi panggilan imamat atau hidup religius?
Tidak.
Sesungguhnya, keluarga, teman dan sahabat merupakan pendukung yang
sangat penting bagi panggilan baik imam, biarawan maupun biarawati.
Mereka didorong untuk ambil bagian dalam kejadian dan
peristiwa-peristiwa keluarga dan menemukan cara demi mendukung para
anggota keluarga melalui doa dan peran mereka. Hendaknya tuntutan Umat
Allah atau komunitas religius mendapatkan prioritas dalam hidupmu. Dalam
hal ini, engkau “meninggalkan” keluarga, teman dan sahabat. Tetapi, ingatlah akan janji Yesus dalam Injil Matius, “Dan
setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya
laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau
ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh
hidup yang kekal” (Mat 19:29).
14. Bagaimana jika saya merasa tidak layak menjadi seorang imam?
Kamu tidak sendiri! Tak seorang pun yang sesungguhnya “layak”. Bukan dari diri kita sendiri, melainkan Yesus bersabda, “Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu
tetap” (Yoh 15:16). Dengan panggilan, datanglah rahmat untuk
menanggapi panggilan dengan murah hati dan segenap hati dan untuk masuk
ke dalam suatu perubahan sepanjang hidup menjadi serupa dengan Yesus
Kristus.
Sumber : yesaya.indocell.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar