Bantahan Terhadap
Tuduhan Adanya Satanisme di Gereja Katolik
Beberapa pandangan sebagian saudara- saudari Kristen non- Katolik, yang sebenarnya tidak mengetahui, atau tepatnya salah paham tentang ajaran sesungguhnya dari Gereja Katolik, di antaranya mengenai pandangan yang menuduh bahwa ada Satanisme dalam Gereja Katolik dapat disarikan sebagai berikut :
- Ada gambar simbol salib terbalik di kursi Paus, seperti terlihat pada kursi Paus Yohanes Paulus II. Dan dengan demikian menuduh Paus sebagai Antikristus.
- Paus Yohanes Paulus II menggunakan salib yang bengkok/ “Bent Cross“.
- Klaim Gereja Katolik sebagai “Mother Church” dihubungkan dengan “mother of harlots and abominations of the earth” (Why 17:5), karena ‘mabuk’ darah?
- Gereja Katolik dituduh bekerjasama dengan Nazi, membunuh jutaan orang Yahudi.
- Gereja Katolik dituduh terlibat dalam perang/ konflik di Yugoslavia.
- Gereja Katolik dituduh mengikuti tradisi manusia, yaitu dengan menyembah Maria.
- Gambar Yesus dalam devosi Kerahiman Ilahi, yang menunjukkan pancaran sinar merah dan putih yang keluar dari Hati Yesus, dikatakan berhubungan dengan lambang segitiga New Age Movement.
Berikut ini adalah tanggapan yang diberikan oleh www.katolisitas.org :
1. Ada gambar simbol salib terbalik di kursi Paus?
Gereja Katolik menggunakan simbol salib terbalik di kursi Paus untuk mengingat bahwa Paus adalah penerus Rasul Petrus, pemimpin Gereja pertama, yang wafat dengan disalibkan terbalik. Menurut kesaksian para Bapa Gereja di abad pertama, Rasul Petrus yang dihukum mati dengan disalibkan, memilih untuk disalib terbalik karena merasa tidak layak untuk mati dengan cara yang sama dengan Kristus. Berikut ini adalah tulisan dari St. Jerome (342-420) berdasarkan penelitiannya terhadap dokumen- dokumen yang mencatat fakta sejarah di Roma:
“Simon Petrus,… saudara Andreas Rasul, dan ia sendiri adalah pemimpin para rasul, setelah menjadi uskup di Antiokhia dan pemberitaan kepada kaum Yahudi yang tersebar… di Pontus, Galatia, Kapadosia, Asia dan Bitinia, di tahun kedua pemerintahan Kaisar Claudius, pergi ke Roma untuk mengusir Simon Magus, dan mendirikan di sana tahta suci selama dua puluh lima tahun sampai tahun terakhir Nero, yaitu ke-empat belas. Oleh Nero ia dipaku di kayu salib dan dimahkotai dengan kemartiran, kepalanya di bawah terarah pada tanah, sedangkan kakinya terangkat tinggi, sebab ia berkeras bahwa ia tidak layak untuk disalibkan dengan cara yang sama dengan Tuhan-nya….Ia dikuburkan di Roma di Vatikan, dekat Via Triumphalis, dan dirayakan dengan penghormatan seluruh dunia.”
Silakan anda memeriksa sendiri di sumber yang netral, misalnya, di Wikipedia tentang bermacam makna Cross ini, dan makna salib terbalik ini juga dicantumkan di sana. Bahwa di abad- abad berikutnya simbol salib terbalik digunakan oleh pengikut Satanisme, itu tidak ada kaitannya dengan Gereja Katolik. Gereja Katolik hanya menggunakan simbol salib terbalik tersebut untuk memperingati kematian Rasul Petrus sebagai martir dan simbol ini digunakan pada kursi Paus, sebagai lambang bahwa kepemimpinan Paus harus mengikuti teladan Rasul Petrus, yang memberikan diri sepenuhnya untuk Tuhan dan Gereja-Nya, sampai rela menyerahkan nyawanya. Jika seseorang memahami makna ini dan mempelajari juga teladan hidup Paus Yohanes Paulus II, maka ia tidak akan pernah mengatakan bahwa Paus Yohanes Paulus II itu Antikristus.
Tongkat berbentuk salib tersebut disebut sebagai crozier, yang melambangkan tongkat gembala, yang menggambarkan otoritas pastoral untuk menggembalakan umat Allah. Penggunaan tongkat gembala berasal dari tradisi para Rasul, dan digunakan secara resmi oleh para uskup (dalam bentuk tongkat dengan ornamen) di jaman Paus Celestine I (422-432). Awalnya bentuknya sepertihalnya tongkat biasa, yang bagian atasnya melengkung ke bawah.
Namun Paus Paulus VI mengubah bentuk tongkat ini, dari bentuk yang tradisional tersebut menjadi bentuk salib. Bentuk tongkat salib ini didesain oleh seorang seniman Italia yang bernama Lello Scorcelli. Tongkat salib yang “bengkok” ini kemudian dipergunakan juga oleh para Paus sesudahnya yaitu Yohanes Paulus I, Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI. Tidak ada kaitan salib bengkok ini dengan Satanism. Bentuk ini adalah bentuk yang diambil dari sketsa St. Yohanes Salib yang menggambarkan keadaan salib sedemikian, yang secara puitis menggambarkan betapa beratnya beban dosa yang harus ditanggung oleh Yesus sampai salib-Nya pun bengkok menopangnya!
3. “Mother Church = mother of harlots and abominations of the earth” (Why 17:5)?
Ini adalah tuduhan yang sungguh keliru. Pandangan sedemikian diperoleh karena pembacaan Kitab Suci yang dilepaskan dari konteksnya, dan lalu di-interpretasikan menurut pengertian pribadi.
Wahyu 17 memang menceritakan secara simbolis tentang seorang wanita (gunḗ, dalam bahasa Yunani) yang disesatkan, namun perikop ini sendiri menyatakan makna simbolis dari wanita tersebut. Pada ayat ke 18, bahwa wanita itu adalah “kota besar yang memerintah atas raja- raja di bumi”, dan ini tidak mengacu kepada Gereja Katolik sebagai Mempelai Kristus, melainkan kepada kota Roma pada saat kitab Wahyu tersebut dituliskan di abad pertama. Kota Roma saat itu memang merupakan tempat pembunuhan besar- besaran jemaat Kristen, terutama pada jaman pemerintahan Kaisar Nero.
Maka, binatang yang berkepala 7 dan bertanduk 10 itu adalah Kerajaan Roma. 1) 7 gunung di Roma 2) 7 raja-raja Romawi, mulai dari Kaisar Agustus, Tiberius, Gaius, Claudius dan Nero(n), dilanjutkan oleh Vespasian dan Titus. Domitian adalah yang ke-8, ialah yang hidup pada jaman Rasul Yohanes menuliskan kitab Wahyu, dan ialah yang dikenal sebagai “Kaisar Nero yang hidup kembali” karena kekejamannya yang menyerupai Nero. Kesepuluh tanduk di sini (seperti yang juga disebutkan dalam Dan 7:7) adalah kerajaan-kerajaan sekutu Roma. Binatang ini juga disebutkan dalam Wahyu 13:1.
Kitab Wahyu dituliskan dengan gaya penyampaiannya yang sarat dengan lambang- lambang sehingga untuk mengartikannya diperlukan pemahaman akan kaitannya dengan dengan ayat- ayat lain dalam Kitab Suci. Dengan cara ini, maka seseorang tidak akan secara tergesa- gesa menyangka bahwa Pelacur besar yang disebut dalam Why 17:5 adalah Gereja Katolik Roma; hanya karena melihat adanya penggunaan warna merah kirmizi dan ungu pada pakaian Paus dan imam- imam Katolik, ataupun menghubungkannya dengan perkataan ‘mabuk’ oleh darah para martir.
Bahwa para kardinal dan para Uskup kadang memakai jubah berwarna merah dan ungu, itu tidak untuk dihubungkan dengan ayat ini. Karena warna merah kirmizi dan ungu dalam liturgi Gereja Katolik itu memiliki arti yang sebenarnya berkaitan dengan ayat- ayat yang lain dalam Kitab Suci. Kita ketahui warna merah kirmizi dan ungu juga menjadi warna- warna yang dipakai pada bait Allah/ kemah suci (lih. Kel 26:1); dan warna- warna yang dipakai oleh para imam suku Lewi (lih. Kel 28:5) pada saat mereka bertugas memimpin jemaat Allah. Warna- warna ini adalah pilihan Allah sendiri bagi imam-Nya dan bagi bait suci-Nya. Para kardinal dan uskup itu adalah para imam yang menjalankan tugasnya sebagai gembala umat Tuhan. Maka kalau Gereja Katolik memakai warna- warna tersebut, itu adalah karena Allah sendiri memilihnya.
Bahwa kemudian warna merah dan ungu tersebut dipilih untuk menjelaskan jubah pakaian wanita dalam Why 17, itu adalah untuk mengkontraskannya dengan jubah putih yang dipakai oleh para martir, yaitu “orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” (Why 7:13-14). Sebab memang oleh darah Kristus, dosa yang merah seperti kirmizi akan menjadi putih seperti salju (Yes 1:18).
Maka dalam menginterpretasikan ayat Kitab Suci memang kita perlu melihat konteksnya secara keseluruhan, agar tidak keliru. Dari konteksnya saja tidak mungkin Gereja Katolik (jika anda mengartikan perempuan itu sebagai Gereja Katolik) menjadi ‘mabuk’ oleh darah para martir. Gereja Katolik berduka atas penganiayaan dan pembunuhan putra-putrinya oleh pihak penguasa kota Roma, dan tidak mungkin menjadi mabuk/ berpesta pora karenanya.
Ini tuduhan yang tidak benar. Silakan anda membaca artikel ini: “The Truth about Pope Pius XII“, silakan klik untuk memahami fakta yang sesungguhnya. Paus Pius XII tidak pernah mendukung Nazi, dan sesungguhnya beliaupun tidak diam saja melihat ketidakadilan yang terjadi sehubungan dengan holocaust orang- orang Yahudi tersebut.
Dalam khotbah- khotbah publik-nya, permohonannya kepada para pemerintah dan diplomasi yang dilakukannya secara rahasia, Paus Pius XII tetap melakukan usaha untuk membangun perdamaian. Dokumen- dokumen menunjukkan surat- suratnya kepada petinggi Jerman yang menentang Hitler, dan kepada komunitas Yahudi. Ia membayar tebusan para tahanan Yahudi dengan tabungannya sendiri. Bahwa ia tidak dapat secara frontal melawan Hitler, itu disebabkan karena posisi Paus yang sulit, sebab sedikit saja pernyataan yang menjurus ke sana, ditanggapi oleh Hitler dengan pembunuhan umat Katolik, terutama para imam dan religius, dan ini tentu tidak diharapkan oleh Bapa Paus sendiri.
Pernyataan yang cukup menarik datang dari Albert Einstein, seorang Yahudi, yang mengatakan, “Only the Church stood squarely across the path of Hitler’s campaign for suppressing truth. …The Church alone has had the courage and persistence to stand for intellectual truth and moral freedom.” (dalam Majalah Time, 23 Desember 1942) Dan “Church” yang dimaksud di sini adalah Gereja Katolik. Atau pernyataan The New York Times editorial (25 Desember 1942): “The voice of Pius XII is a lonely voice in the silence and darkness enveloping Europe this Christmas… He is about the only ruler left on the Continent of Europe who dares to raise his voice at all.”
Nazi sendiri tidak pernah menyukai Paus Pius XII. Pada saat beliau terpilih menjadi Paus, majalah Nazi, Berliner Morganpost (3 Maret 1939) menyatakan, “the election of Cardinal Pacelli is not accepted with favor in Germany because he was always opposed to Nazism.” ["Pemilihan Kardinal Pacelli [menjadi Paus] tidak diterima oleh Jerman, karena ia selalu menentang Nazi”].
Terus terang, jika bicara soal perang, akan sulit mencari berita yang obyektif, karena masing- masing kubu akan mencari kesalahan kubu lawannya. Dalam hal konflik ini, mungkin ada baiknya kita melihat pernyataan yang dibuat sendiri oleh kubu- kubu yang bertikai, supaya lebih obyektif. Berikut ini adalah pernyataan yang dibuat oleh para pemimpin Islam, Katolik dan Orthodox Serbia di Bosnia, pada bulan November 1992:
“[t]his is not a religious war, and that the characterization of this tragic conflict as a religious war and the misuse of all religious symbols used with the aim to further hatred, must be proscribed and is condemned.” (selengkapnya klik di sini)
Maka selayaknya kita tidak menghubungkan konflik ini dengan konflik agama, tetapi lebih kepada konflik nasionalisme di kalangan rakyat Yugoslavia, menyangkut ideologi dan teritori, walaupun tanpa terhindari, terdapat juga dimensi religius di sana, karena kubu- kubu yang bertikai mempunyai latar belakang etnis dan agama yang berbeda. Namun mengatakan bahwa segala tindakan pihak Kroatia sebagai tindakan Vatikan, itu merupakan tuduhan tidak berdasar.
6. Gereja Katolik dituduh mengikuti tradisi manusia, yaitu dengan menyembah Maria: ini adalah penyembahan berhala.
Jujur, ini adalah tuduhan klise. Sudah panjang sekali hal ini dibahas di situs ini, dan sebaiknya saya tidak usah mengulanginya di sini. Adalah sesuatu yang keliru untuk menyamakan Tradisi Suci para Rasul dengan tradisi manusia. Silakan membaca di jawaban saya kepada Riswan, silakan klik, pada point 3, tentang makna Tradisi Suci.
Ini adalah salah satu tuduhan yang paling absurd. Gambar Kerahiman Ilahi merupakan ilustrasi yang dibuat oleh seniman berdasarkan penuturan St. Faustina Kowalska, yang diakui sendiri oleh St. Faustina sebagai tidak dapat dibandingkan dengan keadaan aslinya. Lagipula pancaran sinar itu tidak berbentuk segitiga, kalau mau “dipaksakan” ya mungkin seperti huruf V terbalik. Lagipula, ada beberapa versi lukisan Yesus dalam devosi Kerahiman Ilahi ini, tidak semua berkarakter V terbalik ataupun segitiga. Jadi tuduhan ini sendiri menunjukkan bahwa yang menuduh tidak tahu persis tentang devosi Kerahiman Ilahi.
Devosi Kerahiman Ilahi tidak mempunyai kemiripan sama sekali dengan ajaran New Age. Devosi Kerahiman Ilahi berfokus pada Yesus yang Maharahim, sedangkan New Age fokusnya pada semacam energi yang ada pada setiap manusia. Silakan anda membaca di sini, silakan klik, mengenai tanggapan Gereja Katolik tentang New Age Movement.
Akhirnya, Tristan, semoga anda dapat melihat, bahwa pandangan yang menghubungkan Satanisme dengan Gereja Katolik sebenarnya didasari atas kesalahpahaman. Argumen yang dipakai dibangun atas interpretasi pribadi, tanpa melihat ayat- ayat lainnya dalam Kitab Suci, maupun fakta sejarah yang terjadi. Link- link yang jelas anti- Katolik ini seharusnya mendorong kita untuk semakin mempelajari iman Katolik, agar dapat mengetahui bagaimana duduk masalahnya. Kita sebagai umat Kristiani tidak selayaknya saling menuduh sesama saudara dalam Kristus dengan tuduhan yang kejam ini. Gereja Katolik menganggap saudara- saudari Kristen non- Katolik sebagai sesama saudara dalam Kristus karena kita dipersatukan dalam Kristus oleh rahmat Pembaptisan (lihat Unitatis Redintegratio 3). Bahwa sekarang Gereja Katolik banyak dituduh macam- macam oleh sesama saudara dalam Kristus ini, jangan menyurutkan semangat kasih kita, malahan harus semakin meningkatkannya. Sebab justru dengan begitu, kita membuktikan sebagai anggota Gereja yang didirikan, dijiwai dan dihidupkan oleh Kristus sendiri; sehingga dapat mengalahkan segala kebencian dengan kasih.
Sumber : www.katolisitas.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar