Kamis, 30 Agustus 2012

Tujuh Malaikat Agung

TUJUH MALAIKAT AGUNG



 

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, “Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan” (No. 336). St Basilius (wafat 379) menegaskan, “Seorang malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan gembala, supaya menghantarnya kepada kehidupan” (Adversus Eunomium, III, 1). Sebagian besar dari kita, semenjak kecil telah belajar mendaraskan doa sederhana kepada malaikat pelindung kita, “Malaikat Allah, pelindungku tersayang, dengan perantaraan siapa kasih Allah dinyatakan kepadaku. Sejak saat ini dampingilah aku, untuk menerangi, melindungi, memimpin dan membimbingku.” Sebagian dari para kudus dapat melihat malaikat, seperti St Petrus (Kis 12:1-19), atau melihat malaikat pelindung mereka, seperti St Padre Pio dan St Elizabeth dari Hungaria.
 Dalam Litani (Malaikat Agung) St. Rafael, terdapat kalimat doa yang berbunyi: "St. Rafael, satu dari ketujuh malaikat yang berada di hadirat Yang Mahatinggi, doakanlah kami."
Siapakah yang dimaksud dengan ketujuh malaikat tersebut di atas? Dalam Alkitab malaikat agung yang sering disebut yaitu 1. Mikhael, 2. Gabriel, 3. Rafael, sedang keempat malaikat agung lainnya kemungkinan adalah 4. Uriel, 5. Barrachiel, 6. Sealtiel dan 7. Yehudiel.


1. Malaikat Agung St Mikael , "Siapakah seperti Tuhan", 
dikenal sebagai malaikat keadilan, dan kitab Taurat mengenal malaikat ini sebagai penghancur Sodom dan Gommorah dan sebagai malaikat yang membantu penguburan Nabi Musa. Ia adalah malaikat perang melawan iblis dan pengikutnya. Malaikat Gabriel memberitahu pada Daniel, saat ia memohon pada Tuhan untuk membawa bangsa Yahudi kembali ke Yerusalem: “Kerajaan Persia menentang aku... dan, datanglah Mikael, salah satu dari Pangeran Kepala datang menolongku”. Malaikat itu kemudian membicarakan mengenai akhir dunia, para Anti Kristus berkata: Dalam waktu itu Mikael bangkit, sang pangeran agung, yang berdiri di depan anak-anak manusia. Dalam Wahyu 12:7 “Dan terjadilah perang besar di surga, Mikael dan malaikat-malaikatnya bertarung melawan naga”. Ada yang mengatakan jika ia adalah salah satu dari Kerub yang menjaga pohon kehidupan. Ia dapat dimohon untuk: bertarung melawan iblis, menyelamatkan jiwa-jiwa dari neraka pada saat sakratul maut.

Michael disebut Penjaga Sakramen Mahakudus Ekaristi. Ia adalah pemimpin balatentara surga, sebagai seorang prajurit ia tidak hanya melindungi jiwa-jiwa tetapi juga melindungi kita dari musuh dan melindungi Tuhan Kita, dalam sakramen suci. Ia memiliki kuasa untuk menghukum siapapun yang berdosa melawan sakramen ini.

Doanya sbb: "St. Mikhael malaikat agung, bantulah kami dalam perang dan dalam tipu daya kejahatan Iblis. Semoga Tuhan menghukum mereka, dan kau Sang Pangeran Balatentara Surga, dengan kekuatan Tuhan, lemparkanlah ke neraka semua iblis dan roh jahat yang berkelana di dunia hendak membinasakan jiwa-jiwa".
Sedangkan doa yg diambil dari Kaplet doa St Mikael yg dibuat oleh oleh Paus Leo XIII setelah mendapatkan penglihatan di Vatikan: "St. Mikhael yang suci bantulah kami dengan segala malaikat sucimu. Ajari kami untuk mempertahankan iman di tengah kegelapan ini. Ajari kami untuk mempertahankan jiwa kami dan jiwa sesama kami. Ajari kami untuk menang dalam kesunyian dan patuh pada Tuhan. Ajari kami untuk mencintai Maria, Ratu Para Malaikat."


2. Raphael artinya Tuhan yang menyembuhkan. Ia hanya muncul dalam kitab Tobit.

Rafael ialah penjaga Sakramen Tobat. Rafael digambarkan membawa wadah minyak pengurapan dan ikan. Minyak melambangkan penyembuhan melalui sakramen pengakuan dosa. Ikan juga mengingatkan akan perlindungan yang ia berikan pada Tobit muda atas iblis Asmoday dan penyembuhan atas ayahnya yang buta.

Dalam kaplet St Rafael tertulis doa demikian:
"St Rafael Malaikat agung, engkau adalah Rafael Sang Penyembuh, Penunjuk Arah, untuk manusia yang dalam kesedihan dan kesusahan. Santo Rafael, malaikat kesehatan, bukti cinta dan kesukaan Cahaya Tuhan, doakanlah kami!
Malaikat Suci Rafael, bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Kiranya kekuatan dan cintamu tumbuh pada kami. Yakinkan kami jika cinta Tuhan akan menguasai hati kami dan memenangkan semua kebencian dan kekotoran yang disebarkan roh jahat di dunia ini."

3. Malaikat Agung Santo Gabriel disebut dalam Injil. 
Kehadirannya juga dicatat pda kitab Daniel. Ia menjelaskan penglihatan tentang banteng yang melambangkan kehancuran kerajaan Persia akibat ulah Aleksander Agung. Ia juga memberitahu bahwa kerajaan itu akan dibagi di antara para jendral mereka, termasuk jendral Antiochus Ephiphanes. Daniel juga diberitahu oleh laki-laki yang bernama Gabriel yang “terbang dan dengan lembut menyentuh dia”, dan meramalkan tujuh minggu sebelum kedatangan Kristus. Ia adalah malaikat Inkarnasi dan juga dikenal sebagai malaikat belas kasihan. Malaikat Agung St. Gabriel disebut penjaga sakramen Baptis. Gabriel adalah Malaikat Agung yang memberitakan kabar gembira dan kemenangan inkarnasi melawan dosa dan maut. Ia sering digambarkan memegang bunga lili yang melambangkan jiwa murni yang dihasilkan melalui melalui sakramen baptis dan sakramen tobat, dua sakramen sebagai buah penebusan Kristus. Benderanya melambangkan kasih sayang Bunda Suci yang universal.

Dalam kaplet St Gabriel tertulis doa sbb: "Bapa di surga, melalui keagungan malaikat Gabriel kami menerima Inkarnasi Putra Tunggal-Mu. Melalui bantuannya kami mengenal dan meneladan Bunda Kebenaran Suci yang menjawab: “Jadilah padaku menurut perkataanmu”. St. Gabriel, ajaklah kami untuk memuji Bapa atas hadiah berupa Putra-Nya, dan mari kita berdoa semoga kita satu dalam rahmatnya, melalui Bunda-Nya, kita akan menjadi satu dalam gereja atas satu gembala. Santo Gabriel yang suci, bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Bantulah kami menjadi pelayan Tuhan yang baik! Bantulah kami untuk menjaga dan mempertahankan murninya pembaptisan sehingga kami mampu menjadi pelayan Dia. Saat kami jatuh, arahkan kami sehingga kami dapat pulih. Melalui bantuanmu, semoga jiwa kami menjadi tempat kedamaian di mana Tuhan dapat tinggal.


4. St. Uriel disebut Penjaga Sakramen Krisma. 
Ia membawa pedang kebenaran bagi prajurit Kristus, yaitu kita melalui sakramen krisma. Ia membawa api yang mengingatkan akan turunnya Roh Kudus pada pentekosta dan bara yang merupakan karunia Roh Kudus. Mengingatkan kita jika hati harus dibakar dengan cinta tersuci pada Tuhan seperti para seraphim, seperti Hati Suci Yesus dan Maria. Santo Uriel membawa neraca yang melambangkan penilaian tindakan kita. Itu juga melambangkan neraca milik Keadilan Sejati yang akan menimbang kita di hari penghakiman. Dia kurang dikenal dalam Alkitab. Uriel. Malaikat agung Uriel yang memerintah Pemerintahan dan Kedamaian. Uriel membawa pedang yang menjaga Taman Eden. Wujudnya adalah seorang laki-laki yang membawa pedang menyala. a dipanggil malaikat Petir dan Terror. Dia diidentifikasi sebagai Seraphim dan Cherubim sekaligus, dan dikenal dalam kitab Wahyu yang memanggil para burung untuk membinasakan para Iblis, yang memperingatkan Nuh akan air bah.

Dari kaplet doa Santo Uriel, tertulis: "Malaikat Agung St Uriel, bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Buatlah hati kami terbakar dengan nyala Hati Tersuci. Bantulah kami untuk menggunakan sakramen penguatan Krisma yang merupakan karunia dari Roh Kudus sehingga semakin berbuah dalam jiwa kami. Berikan kami berkat dari Pedang Kebenaran untuk menghalau semua yang menentang Harapan Tuhan dalam hidup kami, sehingga kami layak bergabung dalam tentara surgawi.

5. St Yehudiel Penolong dalam Sakratul Maut dan Penjaga Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Santo Yehudiel membawa sebuah mahkota yang membara yang melambangkan penebusan dan belas kasih Tuhan dan kemenangan yang menunggu di kehidupan selanjutnya sekaligus melambangkan penderitaan kita yang ditanggung dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus.
Doa kepada malaikat Santo Yehudiel sbb: "St Yehudiel, kau sangat kuat dan mengalahkan Iblis Belzebub. Datanglah dan bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Temani kami dalam peperangan melawan serangan dari neraka yang mengancam Bunda Suci dan Gereja. Jagalah kami dalam sakratul maut dengan kekuatan kehadiranmu. Pertahankanlah kami sehingga kami tidak menghilang tanpa sakramen terakhir sehingga kami siap berdiri untuk menghadapi Hari Akhir. Lepaskan rasa iri dari hati kami melalui kekuatan Tuhan yang kau miliki, sehingga kami bisa sepertimu, memuji kemuliaan Tuhan di kehidupan ini dan yang akan datang. 


6. Malaikat agung St Barachiel memimpin sepasukan malaikat 496,000. 

Buku Henokh menjelaskan dirinya sebagai salah satu dari empat penguasa Serafim dan malaikat petir. Dia sering digambarkan memegang putih bangkit melawan dada, atau dikelilingi di kelopak mawar putih dan digambarkan sebagai pemimpin para malaikat pelindung. Sumber Wikipedia menyebutkan: ( http://en.wikipedia.org/wiki/Barachiel )

In the Third Book of Enoch he is described as one of the angelic princes, with a myriad of some 496,000 ministering angels attending him. He is counted as one of the four ruling seraphim, and counted the prince of the second heaven and of the order of confessors. He is described in the Almadel of Solomon as one of the chief angels of the first and fourth chora. He is regarded as the angel of lightning.

In iconography Barachiel is sometimes shown holding a white rose against the chest, or with rose petals scattered on the clothing, particularly the cloak. In Roman Catholicism, Barachiel is depicted holding a bread basket.

Barachiel's responsibilities are as varied as the blessings for which the archangel is named, Barachiel is also the chief of the guardian angels and it is written that Barachiel may be prayed to for all the benefits which the guardian angel is thought to confer if one is not praying to the guardian angel directly.

St Barachiel in the Catholic Church is associated with Saturday, although this is not an official designation by the Church. Barachiel is also traditionally associated with the month of February and the Zodiacal sign Pisces. He is also sometimes described as being the ruler of the planet Jupiter and the zodiacal sign Scorpio.


7. Santo Sealtiel, penjaga Misa Kudus.

Ia membawa dupa melambangkan doa dan penyerahan pada Pengorbanan Tuhan dalam misa kudus. “Dan malaikat lain datang dan berlutut di depan altar dengan pedupaan emas, dan disana diberikan padanya pedupaan, yang berisi doa smua orang kudus di depan altar emas, dekat dengan Singasana Tuhan. Asap dari pedupaan naik dari tangan para malaikat itu” (Kitab Wahyu 8:3-4).

Doa kepada Malaikat agung St Sealtiel: "Santo Sealtiel datanglah dengan bala bantuan malaikatmu! Datanglah dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Belas Kasih, datanglah ke pendoa yang hina ini; dan buatlah aku mengetahui misteri surga melalui Belas Kasih-Nya yang tak terbatas, menjadi pelayan altar-Nya. Doakan kami kami pada Yesus, semoga para imam memiliki hati yang sama dengan Hati-Nya!"

Minggu, 26 Agustus 2012

Rosario St. Rafael

 


 


ROSARIO ST. RAFAEL

St. Rafael adalah salah satu dari tiga malaikat agung, yaitu para malaikat istimewa yang melayani takhta Allah. Dua malaikat agung lainnya yaitu St. Mikhael, sang panglima bala tentara surgawi dan St. Gabriel, sang pembawa kabar sukacita inkarnasi.

Nama Rafael berasal dari bahasa Ibrani “rapha” yang artinyanya menyembuhkan dan “El” yang artinya Allah. Maka nama Rafael bisa berarti “Allah menyembuhkan”, “penyembuhan Allah” atau “penyembuh Ilahi”.

Dalam tradisi iman Katolik, St. Rafael merupakan malaikat penyembuh dan malaikat pelindung serta penuntun perjalanan. Ia juga dipercaya sebagai penolong bagi orang-orang yang mencari pasangan hidup dan penolong dari kekuatan jahat.

Semua peranan St. Rafael itu digambarkan secara jelas dalam Kitab Tobit. Kitab ini merupakan kitab yang menggambarkan kisah angelofani (penampakan malaikat) paling jelas dalam Kitab Suci. Melalui St. Rafael, Allah akan mengulurkan tangan kepada setiap orang yang berseru kepadaNya, sehingga pada akhirnya orang akan memuji-muji nama Allah ( Lihat Tob 12: 17-22) 


Pesta Malaikat Agung St. Mikhael, St. Gabriel dan St. Rafael dirayakan oleh Gereja setiap tanggal 29 September.


Rosario St. Rafael: Kaplet ini terdiri dari medali St. Rafael, 3 butir manik-manik untuk menghormati St. Maria, Ratu Para Malaikat dan 9 butir manik-manik untuk menghormati ke sembilan paduan suara malaikat.

Pada medali, ucapkan doa ini:

Engkaulah Rafael sang Penyembuh
Engkaulah Rafael sang Penuntun
Engkaulah Rafael sang Pendamping
                                                  Yang senantiasa menyertai manusia saat ia 
                                                      menderita.


Pada ketiga butir manik-manik, daraskan 3 Salam Maria untk menghormati St. Maria, Ratu Para Malaikat. Sedangkan pada ke sembilan butir manik-manik, daraskan doa berikut:

Kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa,
Surga dan bumi penuh kemuliaanMu,
Kemuliaan kepada Bapa, kemuliaan kepada Putera, kemuliaan kepada Roh Kudus.


Doa penutup ( pada medali pusat ):

St. Rafael, malaikat kesehatan, cinta, kegembiraan dan terang, doakanlah kami. Amin.
 
LITANI ST. RAFAEL


Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, dengarkanlah kami.
Kristus, kabulkanlah doa kami.

Allah Bapa di surga, kasihanilah kami.
Allah Putera, Penebus Dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Tritunggal Mahakudus, Tuhan yang Mahaesa, kasihanilah kami.
Yesus, Raja Para Malaikat, kasihanilah kami.

Santa Maria, Ratu Para Malaikat, doakanlah kami.
St. Rafael, Malaikat Agung, doakanlah kami.
St. Rafael, yang namanya berarti: Penyembuhan Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, yang tinggal bersama para malaikat yang baik dalam Kerajaan Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, satu dari ketujuh malaikat yang berada di hadirat Yang Mahatinggi, doakanlah kami.
St. Rafael, yang melayani Allah di surga, doakanlah kami.
St. Rafael, utusan mulia dan perkasa Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, utusan mulia dan perkasa Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, yang setia pada kehendak Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, yang menunjukkan doa-doa Tobit kepada Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, teman seperjalanan Tobia, doakanlah kami.
St. Rafael, yang menjaga para sahabat dari bahaya, doakanlah kami.
St. Rafael, yang menemukan isteri yang pantas bagi Tobia, doakanlah kami.
St. Rafael, yang membebaskan Sara dari roh-roh jahat, doakanlah kami.
St. Rafael, yang menyembuhkan Tobit dari kebutaan, doakanlah kami.
St. Rafael, penuntun dan pelindung perjalanan kami dalam kehidupan, doakanlah kami.
St. Rafael, penolong yang kuat dalam kesusahan, doakanlah kami.
St. Rafael, penakluk iblis, doakanlah kami.
St. Rafael, penuntun dan penasehat orang muda, doakanlah kami.
St. Rafael, pelindung jiwa-jiwa yang murni, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat pelindung kaum muda, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat kegembiraan, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat perjumpaan-perjumpaan yang bahagia, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat percintaan suci, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat para pencari pasangan hidup, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat kehidupan keluarga, doakanlah kami.
St. Rafael, pelindung keluarga kristen, doakanlah kami.
St. Rafael, pelindung orang-orang yang bepergian, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat kesehatan, doakanlah kami.
St. Rafael, dokter surgawi, doakanlah kami.
St. Rafael, penolong orang buta, doakanlah kami.
St. Rafael, penolong orang sakit, doakanlah kami.
St. Rafael, penghibur orang yang berduka, doakanlah kami.
St. Rafael, pertolongan di saat ajal, doakanlah kami.
St. Rafael, bentara rahmat, doakanlah kami.
St. Rafael, pembela gereja, doakanlah kami.

Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, selamatkanlah kami, ya Tuhan.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, kasihanilahkami.

Kristus, dengarkanlah kami.
Kristus, kabulkanlah doa kami.

P: Doakanlah kami St. Rafael Malaikat Agung yang mulia.
U: Supaya kami layak menikmati janji-janji Kristus.


Marilah berdoa:

Ya Allah, Engkau yang dengan murah hati mengutus Malaikat Agung St. Rafael sebagai teman seperjalanan Tobia, anugerahilah kami hamba-hambaMu, agar kami selalu menikmati perlindungannya dan dikuatkan oleh pertolongannya, dengan perantaraan Kristus Tuhan Kami. Amin.



MADAH ST. RAFAEL


Ya Kristus, kemuliaan paduan suara surgawi
Pencipta dan Penebus manusia yang terberkati
Anugerahi kami, agar kelak sampai ke rumah terang
Dan dalam kemuliaanMU beristirahat tenang.

Dan Rafael, penyembuh jiwa,
Biarlah ia turun dari istana cahaya yang suci
Untuk menyembuhkan segala penyakit dan menuntun kami
Menunjukkan jalan dalam tiap kebimbangan.

Juga padamu, Perawan Murni, Puteri Surga,
Bunda Cahaya dan Ratu Perdamaian, turunlah,
Bawalah sertamu bala tentara surga nan gemilang
Untuk menolong kami dan membela.

Curahkanlah rahmat ini bagi kami, ya Bapa mulia,
Dan Engkau, ya Putera yang lahir dari kekal,
Bersama Engkau, Roh Kudus dari Keduanya
Yang kemuliaannNya memenuhi dunia. Amin.

Kamis, 23 Agustus 2012

  KISAH-KISAH PARA KUDUS DAN BINATANG

1. St. Fransiskus Assisi dan Serigala di Kota Gubbio
St. Fransiskus Assisi dan Serigala kota Gubbio (s: austeni.blogspot.com)
Kisah pertama tentulah kita angkat dari santo pelindung lingkungan hidup Gereja, yaitu St. Fransiskus Assisi, yang terkenal sangat dekat dengan para binatang-binatang. Seringkali diceritakan bahwa St. Fransiskus Assisi tidak hanya mewartakan kabar gembira kepada orang-orang saja tapi juga kepada burung-burung dan ikan-ikan. Burung-burung dan ikan-ikan ini dengan setia mendengarkan khotbah St. Fransiskus Assisi dan baru pergi bila St. Fransiskus Assisi selesai berkhotbah dan menyuruh mereka pergi. Kisah interaksi St. Fransiskus dengan binatang yang paling terkenal adalah kisah St. Fransiskus Assisi menjinakkan seekor serigala di kota Gubbio.

Saat St. Fransiskus tinggal di kota itu, seekor serigala sangat ganas sedang meneror penduduk. Serigala itu tidak hanya memangsa binatang lain tapi juga manusia. Rakyat kota berusaha melawan tetapi gagal. Penduduk menjadi sangat ketakutan dengan serigala ini sehingga tidak berani keluar dari tembok kota.

Fransiskus merasa kasihan kepada penduduk kota dan memutuskan pergi menemui serigala tersebut. Penduduk kota itu mencegah St. Fransiskus, tetapi St. Fransiskus memberitahu mereka bahwa Tuhan akan menjaganya. St. Fransiskus pun berjalan keluar dari gerbang kota bersama seorang rahib pemberani dan beberapa petani. Tetapi para petani kemudian menjadi gentar dan kembali.

St. Fransiskus dan rahibnya mulai berjalan dan tiba-tiba serigala ganas tersebut muncul dari hutan dan dengan rahang ternganga menyerang mereka. St. Fransiskus segera membuat tanda salib ke arah serigala. Dengan kuasa Tuhan, serigala itu memperlambat larinya dan menutup rahangnya. Kemudian Fransiskus berteriak: "Datanglah kepadaku, Saudara Serigala. Dalam nama Yesus, aku memerintahkan kamu untuk tidak lagi menyakiti siapa pun." Maka pada saat itu juga serigala menundukkan kepalanya dan datang berbaring di bawah kaki St. Fransiskus. Serigala itu menjadi jinak seperti seekor anak domba.

St. Fransiskus menjelaskan kepada serigala bahwa serigala telah menakutkan penduduk kota, karena ia tidak saja memangsa binatang, tetapi juga manusia yang diciptakan seturut gambaran Allah. "Saudara Serigala," kata Fransiskus, "aku ingin mengadakan perdamaian antara kamu dan penduduk Gubbio. Mereka tidak akan menyakiti kamu dan kamu juga tidak boleh lagi menyakiti mereka. Semua kejahatan di masa lampau harap dimaafkan."

Serigala menyatakan persetujuannya dengan menggoyang-goyangkan badannya dan menggangguk-anggukkan kepalanya. Dan puncak dari peristiwa yang menakjubkan itu, Fransiskus meminta serigala untuk membuat janji. Sementara Fransiskus mengulurkan tangannya untuk menerima janji, serigala mengulurkan kaki depannya dan meletakkannya di atas tangan orang kudus itu. Kemudian, Fransiskus memerintahkan serigala untuk mengikutinya masuk ke dalam kota untuk mengadakan perjanjian damai dengan penduduk kota. Maka tanpa melawan sedikit pun serigala mengikuti St. Fransiskus.  Serigala itu kemudian dinamai Lupo.

Ketika mereka tiba di alun-alun kota, semua orang datang untuk menyaksikan peristiwa yang ajaib itu. Dengan serigala di sisinya, Fransiskus berkhotbah kepada penduduk kota mengenai cinta kasih Tuhan yang luar biasa serta ajaib, yang memanggil mereka semua untuk bertobat dari semua dosa-dosa mereka. Kemudian atas nama serigala, Fransiskus menawarkan perdamaian kepada penduduk kota. Penduduk berjanji dengan suara lantang bahwa mereka akan menyediakan makanan bagi serigala. Kemudian Fransiskus bertanya kepada serigala apakah ia mau hidup berdamai dengan syarat-syarat tersebut. Serigala menundukkan kepalanya dalam-dalam dan merenggangkan badannya untuk meyakinkan semua orang bahwa ia menerima janji itu. Kemudian sekali lagi serigala meletakkan tangannya di atas tangan Fransiskus sebagai tanda ikatan perjanjian.

Sejak saat itu penduduk kota menepati janji yang mereka buat. Serigala tinggal selama dua tahun lamanya di antara penduduk kota, pergi dari satu rumah ke rumah lain untuk meminta makanan. Serigala tidak menyakiti siapa pun dan tak seorang pun menyakitinya. Bahkan anjing-anjing pun tidak menyalak kepadanya. Ketika akhirnya serigala mati karena telah tua umurnya, sangat sedihlah penduduk kota Gubbio. Cara hidup serigala yang penuh damai menjadi peringatan bagi mereka akan pengaruh, kesabaran, keteladanan dan kekudusan St. Fransiskus yang menjadi simbol nyata kekuasaan dan pemeliharaan Tuhan Allah yang hidup.


2. St. Rochus (1295-1327) dan Seekor Anjing
St. Rochus (s: har22201.blogspot.com)
St. Rochus lahir di Montpellier, Prancis. Ayahnya adalah gubernur daerah itu. Pada saat kelahirannya, Dilaporkan bahwa St. Rochus ditandai secara ajaib di dadanya dengan sebuah salib merah. Ketika dia berusia 20 tahun, orang tuanya dibunuh. Meskipun dia diwarisi kekayaan dan pemerintahan Montpellier, St. Rochus menolak kekayaan itu dan memberikannya kepada orang-orang miskin. Dia menyerahkan tampuk pemerintahan Montpellier kepada pamannya.

Dia merasakan panggilan batin untuk pergi ke Italia. Menyamar sebagai peziarah miskin, ia berangkat dengan berjalan kaki. Di sepanjang jalan, dia mendapati desa demi desa terjangkit wabah penyakit. Menyadari panggilan yang sebenarnya, St. Rochus berjalan dari desa ke desa, tinggal di setiap desa selama beberapa minggu dan membaktikan dirinya untuk merawat dan menyembuhkan orang-orang yang terjangkit wabah penyakit. St. Rochus tidak pernah takut terjangkit tetapi terus-menerus membantu menyembuhkan setiap orang sakit yang ia temui. Banyak dari orang-orang desa sembuh. St. Rochus juga membantu menyembuhkan hewan ternak dan  hewan-hewan lainnya.

Setelah beberapa tahun, St. Rochus akhirnya terjangkit penyakit juga. Tidak ingin menjadi beban masyarakat, St. Rochus mengundurkan diri ke sebuah hutan yang berada di luar sebuah desa bernama Piacenza dan menunggu sampai ajal menjemputnya. Saat ia tengah berbaring dalam keadaan sekarat, seekor anjing kemudian muncul, berbaring di sampingnya dan menjilati luka-lukanya. Anjing itu secara berkala menghilang dan kembali ke sana sambil membawa sepotong makanan yang ia kumpulkan dari sekitar Piacenza. Meskipun anjing itu sendiri kurus karena kelaparan, anjing itu selalu menaruh makanan dengan pelan di dada St. Rochus untuk dimakan. St. Rochus pulih dan ditemukan oleh pemilik anjing tersebut, seorang bangsawan bernama Gothard, yang kemudian membawa St. Rochus ke tempat penampungan. St. Rochus kemudian melanjutkan karyanya menyembuhkan orang-orang di desa yang terkena wabah penyakit.

St. Rochus kembali ke kotanya. Montpellier, sambil tetap menggunakan pakaian peziarahnya dan secara fisik badannya berubah sehingga tidak dikenal. Pamannya mengira ia adalah mata-mata lalu memasukkan St. Rochus ke penjara dan beberapa hari kemudian ia meninggal. Salib merah di dadanya dan beberapa dokumen yang ditemukan membantu orang-orang mengenali bahwa ia adalah St. Rochus. Ia diberikan pemakaman publik yang layak dan mujizat-mujizat terjadi setelah ia meninggal.
 
 
3. St. Antonius Padua dan Seekor Keledai
St. Antonius Padua dan Keledai (s: decaminoa.blogspot.com)
St. Antonius Padua dipanggil kembali ke Italia untuk melawan ajaran-ajaran sesat. Dia pergi ke kota Rimini, di Laut Adriatik, Tenggara kota Padua. Kaum bidat (sesat) mempermainkan dia dan ketika dia berbicara mengenai Ekaristi, kaum bidat itu menjadi histeris dan mengejek dia.

Ketika kaum bidat mengolok-olok dia saat dia berbicara di pelabuhan Rimini, ia berbalik menuju laut dan berbicara kepada ikan-ikan. Ikan-ikan lalu mengangkat sebagian tubuh mereka keluar dari air dan bertengger seolah-olah berada di atas air. Mereka mendengarkan khotbat yang diberikan oleh St. Antonius. Ketika St. Antoninus selesai, lalu ia memberkati ikan-ikan itu dan ikan-ikan itu kembali ke dalam laut.

Musuh-musuh Gereja kewalahan melihat kejadian ini. Berita mengenai kejadian ini menyebar luas dan kaum bidat berbondong-bondong bertobat. Tetapi ada satu orang bernama Bonvillo yang tidak terkesan dengan cara persuasif St. Antonius. Bonvillo berkata kepadanya, “Kamu, yang telah membuat ikan terpesona, mari kita lihat apakah kamu bisa melakukan hal yang sama terhadap keledaiku.”

Tantangan pun dibuat. Bonvillo akan berhenti memberi makan keledainya selama tiga hari untuk membuatnya kelaparan. Setelah tiga hari itu berakhir, St. Antonius akan berdiri di salah satu ujung alun-alun memegang Tubuh Kristus dan Bonvillo berada di ujung lainnya dengan seember pakan favorit keledai tersebut. Bila keledai itu lebih dulu memilih pergi kepada St. Antonius, kaum bidat akan berhenti menganiaya umat Katolik.

Keledai itu tidak diberi makan selama tiga hari, sedangkan St. Antonius Padua berpuasa dan berdoa selama tiga hari. Pada hari ketiga, St. Antonius merayakan Misa Kudus di gereja setempat. Setelah Misa, St. Antonius membawa Roti yang sudah terkonsekrasi menuju alun-alun. Alun-alun itu penuh sesak dengan orang-orang, kaum sesat di satu sisi dan mereka yang sudah bertobat berada di sisi lain. Bonvillo Si Sesat pergi ke satu sisi alun-alun dengan membawa seember pakan favorit dan lezat bagi keledainya sedangkan St. Antonius pergi ke sisi lain dengan membawa Tubuh Kristus. Bonvillo berusaha merayu keledai itu dengan makanan, sementara St. Antonius memberikan khotbah singkat kepada keledai tersebut.

St. Antonius berkata, “Ciptaan Allah, dalam nama-Nya, aku memerintahkan kamu untuk datang ke sini dan menyembah-Nya, sehingga hal itu bisa memberikan kebenaran mengenai kehadiran nyata Yesus Kristus di dalam Sakramen Ekaristi kepada semua orang.” Keledai itu mengabaikan majikannya dan makanan itu, lalu pergi ke tempat St. Antonius yang sedang menunjukkan Tubuh Kristus. Keledai itu berlutut dengan kedua kakinya lalu menundukkan kepada untuk menyembah.

Ketika semua diyakinkan bahwa Tuhan telah menang atas kaum sesat, St. Antonius memberkati keledai itu yang kemudian bangkit dan pergi ke arah Bonvillo untuk memakan makanan yang ada di ember. Si Sesat Bonvillo mengikuti apa yang dilakukan keledainya. Ia berlutut, menundukkan kepalanya hingga ke tanah untuk menyembah Sakramen Ekaristi. Dia bertobat, kembali kepada iman Katolik. Sebelum St. Antonius meninggalkan Rimini, ia telah mempertobatkan semua kaum sesat di daerah tersebut.


4. St. Korbinianus dan Beruang St. Korbinianus
St. Korbinianus dan Beruang St. Korbinianus (s:wikipedia.org)
St. Korbinianus lahir di Châtres, Prancis, pada tahun 680. Ayahnya bernama Waldegiso yang meninggal saat St. Korbinianus masih anak-anak. Tidak banyak yang kita ketahui dari masa muda St. Korbinianus. Dia hidup sebagai pertapa selama 14 tahun di Gereja St. Germanus di Châtres. St. Korbinianus terkenal akan kekudusannya, sebagai pembuat mujizat dan sebagai pembimbing spiritual.

St. Korbinianus ingin tetap hidup sebagai seorang pertapa dan karena ia memiliki devosi pribadi yang dalam kepada St. Petrus Rasul, ia kemudian berangkat ke Roma. Saat berada di hutan di wilayah pegunungan Alpen dalam perjalanan menuju Roma, St. Korbinianus diserang oleh seekor beruang coklat besar. Kuda beban St. Korbinianus diserang hingga mati tercabik-cabik oleh beruang tersebut. St. Korbinianus memarahi beruang itu lalu dengan berani menjinakkan beruang tersebut. Beruang itu kemudian menjadi jinak dan St. Korbinianus mengikatkan tali kekang kuda beban yang sudah mati kepada beruang tersebut. St. Korbinianus juga menaruh barang bawaannya di atas beruang tersebut sebagai hukuman atas tindakan beruang tersebut menyerang kudanya. Beruang yang sudah jinak itu menemani St. Korbinianus sambil membawa barang-barangnya hingga ke Roma. Dan setelah sampai di Roma, St. Korbinianus melepaskan beruang itu dan beruang itu kembali ke hutan asalnya.

Di Roma, melihat kemampuan St. Korbinianus, Paus Gregorius II menahbiskannya sebagai Uskup Freising dan mengutusnya ke Bavaria untuk menginjili suku bangsa Bayern. St. Korbinianus, Uskup pertama Freising, meninggal pada tahun 730.
Lambang Kepausan Benediktus XVI
Paus Benediktus XVI dulunya adalah Uskup München und Freising, penerus Uskup St. Korbinianus di sana (tahun 1818, Keuskupan Freising dinaikkan statusnya menjadi Keuskupan Agung München und Freising). Ia menggunakan simbol Beruang St. Korbinianus sebagai bagian dari lambang kepausannya. Gambar beruang tersebut dapat dilihat di sebelah kanan atas perisai. Makna dari simbol Beruang St. Korbinianus ini adalah: Beruang yang dijinakkan oleh rahmat Allah adalah Uskup Freising sendiri dan beban yang dibawanya menggambarkan tanggungjawabnya sebagai seorang gembala Gereja.


5. Santo Martinus de Porres dan Tikus-tikus
St. Martinus de Porres dan Berbagai Binatang (s: catholicfire.blogspot.com)
St. Martinus de Porres adalah anak tidak sah dari seorang pria bangsawan Spanyol dan wanita budak Indian. Dia menjadi bruder di biara ordo Dominikan di Lima. Tugasnya sehari-hari sebagai tukang pangkas rambut, tukang kebun, perawat dan penjaga pintu. Ia dikenal sebagai santo pelindung karya penghapusan rasialisme.

St. Martinus de Porres, sama seperti St. Fransiskus Assisi, sangat mencintai binatang. Bila anda melihat pada gambar berikut ini, anda akan melihat anjing bersama kucing dan tikus dan merpati yang sedang makan dari satu tempat makan yang sama.

Tikus itu menjadi simbol penting karya pelayanan St. Martinus de Porres. Kisah ini dimulai dari sebuah problem – Ruangan Pakaian St. Martinus. St. Martinus de Porres menemukan tikus-tikus di ruangan. Tikus-tikus ini menggigit kemeja dan pakaian lainnya, membuat lubang dan menimbulkan yang sangat busuk.

St. Martinus tidak tahu apa yang harus dilakukan. Superior ordonya menyarankan untuk menyebarkan racun tikus untuk membunuh tikus-tikus tersebut. Tetapi, St. Martinus belum melakukan saran tersebut. Dia menunggu dan mengamati sampai suatu hari ia berhasil menangkap salah satu tikus-tikus tersebut. Dia memegang tikus tersebut di tangannya. Tampaknya tikus itu merasa bahwa saat itu adalah akhir hidupnya, jantungnya berdetak kencang. Tetapi kemudian St. Martinus berbicara dengan tikus dengan lembut dan bersahabat. Dalam waktu singkat, tikus itu merasa rileks dan tidak lagi takut terhadap St. Martinus.

St. Martinus menjelaskan permasalahan yang dia hadapi terhadap tikus itu. Dia berkata bahwa ia tidak dapat membiarkan tikus-tikus itu memakan semua persediaan yang dibutuhkan biara dan rumah sakit. St. Martinus menyadari bahwa tikus-tikus itu melakukan hal demikian karena mereka lapar dan tidak punya makanan. St. Martinus membuat kesepakatan dengan tikus itu. Bila tikus itu membawa teman-temannya ke ujung taman di mana mereka dapat menemukan tempat baru untuk hidup, St. Martinus berjanji bahwa tikus-tikus itu akan menerima makanan yang cukup setiap hari.

Ketika St. Martinus meletakkan teman kecilnya ke lantai, tikus itu bergegas pergi. Dalam hitungan beberapa menit, dari seluruh ruang pakaian, ratusan tikus kecil keluar dari setiap sudut dan celah. St. Martinus membimbing tikus-tikus itu keluar dari ruang pakaian dan pergi ke taman di mana ada tempat yang cocok untuk mereka. Tikus-tikus itu lalu mengendus tanah dan membuat lubang di mana mereka bisa membuat tempat tinggal. St. Martinus memegang kata-katanya, seperti yang tikus-tikus itu yakini. Setiap hari, setelah memberi makan orang-orang di tempat lain, para pekerja di biara dan orang-orang jalanan; St. Martinus pergi ke taman dengan membawa makanan bagi tikus-tikus tersebut. Tikus-tikus itu akhirnya tidak pernah kembali ke ruang pakaian atau mengganggu biara itu lagi. 

6. St. Yohanes Bosco dan Seekor Anjing Bernama Grigio
St. Yohanes Bosco bersama Ibunya dan Grigio (s: angelsandsaintsandus.blogspot.com)
Revolusi Perancis telah menyebar ke Eropa. Rakyat mulai beralih pada pemikiran tentang kebesasan: kebebasan pribadi, kebebasan bernegara, kebebasan dari adat-istiadat, kebebasan dari Gereja. Ketika Tuhan dan Gereja mulai ditentang bahkan dihujat, St. Yohanes menggunakan segala daya upaya untuk menentang mereka. Khotbah-khotbahnya dan tulisan-tulisannya, semuanya itu menghambat usaha musuh-musuhnya dan amat menjengkelkan mereka. Peluru ditembakkan lewat jendela kapel, minuman beracun, api dan berbagai macam usaha dilakukan untuk merenggut nyawanya, tetapi St. Yohanes selamat.

Kisah pertama St. Yohanes Bosco dan Grigio terjadi pada tahun 1854 ketika St. Yohanes Bosco pulang larut malam. St. Yohanes berjalan di bagian buruk dari kota tersebut. Dia melihat dua orang pria berada di depannya, berjalan pelan dan tetap menjaga langkah mereka. St. Yohanes Bosco awalnya tidak yakin mereka mengejar dia, tetapi ketika ia mempercepat langkahnya, mereka juga demikian; ketika ia memperlambat langkahnya, mereka juga melakukan hal yang sama.

St. Yohanes Bosco menyeberang ke sisi lain jalan. Ketika melihat mereka melakukan hal yang sama, St Yohanes tahu bahwa ia sedang berada dalam masalah. Dia berbalik untuk mundur tetapi mereka melompat ke arah dia dan melemparkan jubah hitam ke kepalanya. St. Yohanes mencoba melawan tetapi sia-sia. Mereka mencoba untuk menyumbatkan kain ke dalam mulutnya, tetapi tiba-tiba seekor anjing besar dan mengerikan muncul dari kegelapan malam dan datang ke tempat mereka menyerang St. Yohanes. Geramannya terdengar seperti seekor serigala atau beruang. Anjing itu menyerang kedua orang tersebut. Kedua orang tersebut sangat ketakutan dan memohon kepada St. Yohanes agar menyuruh anjing itu berhenti. St. Yohanes setuju ketika mereka berjanji untuk berhenti menyerangnya dan pejalan kaki lain. Setelah St. Yohanes menyuruh anjing itu berhenti, Kedua orang itu lalu kabur. Anjing itu tidak mengejar mereka melainkan tetapi tinggal di samping St. Yohanes. Anjing itu dinamai Grigio oleh St. Yohanes yang artinya “abu-abu”.

St. Yohanes Bosco dan Grigio menjadi rekan. St. Yohanes senang dengan kehadiran Grigio. Suatu ketika tembakan di arahkan kepadanya dan Grigio menyelamatkannya. Dua orang berusaha melemparkan sebuah buntalan besar ke arah kepala St. Yohanes dan Grigio menyelamatkannya. Dua belas orang datang untuk menyerang St. Yohanes dan Grigio menyelamatkannya pula.

Kadang-kadang Grigio mampir ke rumah St. Yohanes Bosco. Ia menolak makanan maupun minuman. Anak-anak kecil bermain-main dengannya dan Grigio amat jinak terhadap mereka. Tetapi ia tak pernah datang tanpa alasan. Sekali waktu ia datang untuk memastikan bahwa St. Yohanes sudah tiba di rumah jika ia naik kereta kuda. Sekali waktu ia datang untuk mencegah St. Yohanes pergi. Ia berbaring di ambang pintu dan menghalangi jalan keluar. Ketika St. Yohanes menyuruhnya pergi, ia akan menggeram bahkan ia tidak akan segan-segan menggigit tuannya itu jika St. Yohanes bersikeras. Keesokan harinya barulah St. Yohanes tahu bahwa sore itu musuh-musuhnya telah menyiapkan perangkap untuk merenggut nyawanya. Ketika keadaan sudah aman, Grigio tidak pernah muncul kembali.

Sepuluh tahun kemudian, St. Yohanes hendak mengunjungi keluarga Moglia. Ia telah diperingatkan untuk berhati-hati karena perjalanan ke sana tidak aman. “Oh, andaikan saja Grigio ada di sini!” gumam St. Yohanes. Malam telah larut. Seekor anjing berlari-lari datang ke arahnya, melompat-lompat dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira. Tentu saja, anjing itu Grigio. Ia menemani St. Yohanes hingga selamat tiba di tempat pertanian, lalu menghilang.

Pada tahun 1883 - 31 tahun sejak ia hadir pertama kalinya - Grigio muncul kembali di Bordighera untuk menunjukkan jalan kepada St. Yohanes yang sedang tersesat. St. Yohanes berkomentar, “Terdengar konyol untuk memanggilnya seorang malaikat; tetapi dia sungguh bukanlah anjing biasa...
Sumber: http://indonesian-papist.blogspot.com

Rabu, 22 Agustus 2012

St Gerardus Majella

Santo Pelindung Para Ibu yang sedang mengandung, bayi-bayi yang belum dilahirkan dan gerakan pencinta kehidupan (pro-life)
 
 
 
 
Meski tidak secara resmi digelari demikian oleh Gereja, St Gerardus Majella secara luas dikenal oleh umat Katolik sebagai “pelindung para ibu yang sedang mengandung.” Pada masa ini, tampaknya Tuhan memilih teladan baik St Gerardus guna melawan abad kematian yang telah kehilangan kepercayaan pada penyelenggaraan Tuhan dan memiliki cara berpikir yang merendahkan kehidupan. Tetapi, mengapa St Gerardus Majella? Bukankah aneh apabila seorang laki-laki, seorang broeder religius pula, dijadikan pelindung bagi para ibu yang sedang mengandung?
 
 
 
Masa Kecil
 
Gerardus, bungsu dari kelima anak pasangan Dominic dan Benedetta Galella Majella, dilahirkan pada tanggal 6 April 1726, di sebuah kota kecil bernama Muro, beberapa mil jauhnya dari Naples di Italia selatan. Kesehatannya amat rapuh sejak lahir dan segeralah ia dibawa ke katedral untuk dibaptis.

Bahkan masa kecilnya telah ditandai dengan rahmat-rahmat istimewa dari Tuhan. Ketika usianya baru lima tahun, Gerardus biasa pergi ke sebuah kapel kecil dekat rumahnya untuk berdoa. Seringkali ia pulang dari sana dengan seketul roti. Apabila ibunya bertanya darimana ia mendapatkan roti, ia akan mengatakan bahwa “seorang anak laki-laki yang amat tampan” memberikan kepadanya. Akhirnya, Elizabeth - saudari perempuan Gerardus - diperintahkan untuk mengikutinya diam-diam ke kapel guna mencari tahu. Saudarinya itu mengintip ke dalam kapel dan melihat Gerardus berlutut dalam doa di hadapan patung SP Maria yang menggendong Kanak-kanak Yesus. Lalu, Elizabeth melihat sesuatu yang ajaib. Kanak-kanak Yesus turun dari dekapan BundaNya untuk bermain-main dengan Gerardus kecil. Setelah beberapa waktu berselang, Kanak-kanak Yesus memberikan seketul roti kepada Gerardus dan kembali ke pelukan BundaNya!

Dalam perayaan Misa, Gerardus juga seringkali melihat Kanak-kanak Yesus yang sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus. Ia dapat melihat Yesus setelah konsekrasi hingga Komuni Kudus berakhir.

Gerardus kecil yang kala itu berusia tujuh tahun begitu rindu menyambut Yesus dalam Komuni Kudus, karenanya ia ikut dalam barisan mereka yang hendak menyambut Komuni. Pada masa itu, anak-anak tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus hingga mereka berusia 14 tahun. Tetapi, Gerardus beranggapan bahwa karena Yesus sangat mengasihinya dan ia juga sangat mengasihi Yesus, pastilah boleh ia menyambut-Nya. Imam tahu bahwa Gerardus belum cukup umur untuk menyambut Yesus, jadi ia tidak memberinya Komuni Kudus dan Gerardus kecil harus kembali ke bangkunya dengan berlinangan airmata. Sepanjang hari itu, Gerardus terus menangis karena tidak diperbolehkan menyambut Yesus. Ketika masuk kamar malam itu, ia tak dapat tidur. Sekonyong-konyong, suatu terang yang amat menakjubkan memenuhi kamar tidurnya dan Malaikat Agung St Mikhael menampakkan diri untuk memberinya Komuni Kudus!
 
MASA BEKERJA
Ketika Gerardus berusia duabelas tahun, kematian ayahnya yang tiba-tiba mengharuskannya meninggalkan bangku sekolah dan mulai bekerja. Ibunya menitipkannya untuk magang pada seorang penjahit agar ia dapat meneruskan usaha ayahnya. Majikannya ini mempunyai rasa tidak senang yang aneh kepada Gerardus dan seringkali menghujaninya dengan pukulan dan umpatan. Gerardus menerima aniaya ini sebagai diperkenankan oleh Allah demi kebaikan rohaninya. Suatu kali ia bahkan tampak tersenyum sementara sedang dihajar, dan ketika orang bertanya, ia menjawab, “Aku tersenyum sebab aku melihat tangan Tuhan menderaku.” Upah yang didapatkannya dibaginya rata untuk memenuhi keperluan keluarga, fakir miskin dan stipendium Misa demi membebaskan jiwa-jiwa di api penyucian.
Setelah masa magangnya sebagai seorang penjahit, Gerardus untuk beberapa waktu lamanya bekerja sebagai pelayan Uskup Lacedonia yang sedang memulihkan kesehatannya di Muro. Lagi, ia melatih keutamaan kesabaran dengan diam dalam menghadapi temperamen majikannya yang pemarah. Pada masa ini terjadi salah satu dari mukjizat-mukjizat pertamanya. Suatu hari, tanpa sengaja ia menjatuhkan kunci rumah ke dalam sumur. Dengan kepolosan seorang kudus ia menurunkan sebuah patung kecil Bayi Yesus ke dalam sumur. Sungguh ajaib, ketika Gerardus mengangkat patung kembali, kunci yang hilang tampak tergantung di tangan patung.

PANGGILAN RELIGIUS
Sementara bertumbuh sebagai seorang pemuda, apabila orang bertanya kepadanya mengenai perkawinan, Gerardus akan menjawab, “Madonna telah memikat hatiku, dan aku telah memberikan hatiku sebagai persembahan baginya.” Daripada hidup perkawinan, segera saja pemuda yang saleh ini terpikat pada panggilan religius. Namun demikian, tiga kali ia ditolak masuk ke dalam suatu ordo religius oleh sebab kesehatannya yang rapuh. Walau begitu ia tetap bertekad untuk menjadi seorang biarawan. Suatu misi para imam Redemptoris yang diadakan di Muro memberinya pengharapan baru. Ia mohon diperkenankan masuk ke dalam ordo mereka, tetapi lagi-lagi ia ditolak karena mereka merasa bahwa kesehatannya tidak akan cocok dengan kerasnya kehidupan biara. Tetapi, orang muda ini begitu gigih dan bulat tekadnya hingga Pater Paul Cafaro, superior para misionaris, menasehati ibunya untuk mengurung Gerardus di kamar pada malam para misionaris meninggalkan Muro, khawatir kalau-kalau ia berusaha mengikuti mereka. Ibunda Gerardus melaksanakan nasehat sang imam, tetapi keesokan paginya saat ia membuka pintu kamar, ia mendapati tempat pembaringan yang kosong, sebuah jendela yang terbuka di mana tergantung selembar kertas, dan sebuah catatan di meja yang berbunyi, “Aku pergi untuk menjadi seorang Santo.”
Gerardus berhasil menyusul para misionaris sementara mereka meninggalkan kota. Setelah banyak permohonan dan penolakan, P Cafaro akhirnya menyerah dan mengutusnya pergi ke kediaman rektor Redemptoris di Iliceto dengan catatan rekomendasi ini, “Saya mengirim kepada Pater seorang broder yang tak berguna.” Demikianlah, akhirnya, pada tahun 1749, pada usia 23 tahun, Gerardus diterima dalam Kongregasi Redemptoris yang baru dibentuk beberapa tahun sebelumnya oleh St Alfonsus Liguori.
Broeder “yang tak berguna” ini membuktikan diri sebagai teladan berbagai-bagai keutamaan dan ia melakukan pekerjaan empat orang sekaligus! Ia akan mengatakan kepada rekan-rekannya, “Biar aku yang mengerjakannya, bukankah aku lebih muda. Engkau beristirahatlah.”
Dengan gagah berani Gerardus berikrar untuk senantiasa memilih apa yang tampaknya paling sempurna, yang paling berkenan bagi Allah. Ia taat secara sempurna kepada kehendak superiornya, bahkan meski kehendak itu tidak diungkapkan dalam kata. Suatu hari, guna menunjukkan hal ini kepada seorang otoritas yang datang berkunjung, Superior menyuruh Gerardus pergi, sementara ia berkata kepada otoritas yang menuntut bukti itu, “Aku akan memerintahkannya secara batin untuk kembali; dan ia tidak akan membutuhkan lebih dari perintah ini.” Maka, segera saja sang Broeder kembali, mengetuk pintu dan bertanya, “Adakah Pater menyuruh saya kembali?”
Suatu kali, ia memimpin sekelompok murid dalam suatu perjalanan selama sembilan hari ke Pegunungan Gargani, di mana Malaikat Agung St Mikhael menampakkan diri. Hanya ada sedikit saja uang pada mereka untuk perjalanan itu, dan ketika mereka tiba di tujuan, nyaris tak ada yang tersisa. Gerardus mempergunakan keping uangnya yang terakhir untuk membeli bunga bagi altar Tuhan. Sementara menempatkan bunga-bunga di altar ia berkata, “Tuhan, aku telah memperhatikan Engkau. Sekarang, Engkau yang memperhatikan murid-muridku dan aku.” Seorang religius yang melihatnya di gereja mengundang orang kudus kita beserta seluruh rombongan untuk menumpang di rumahnya. Dan ketika rombongan siap untuk berangkat pulang kembali, Gerardus sekali lagi berdoa, dan segera seseorang muncul dan memberinya beberapa ketul roti.
Salah satu dari mukjizat St Gerardus yang paling terkenal terjadi ketika seorang tukang batu jatuh dari perancah pada waktu pembangunan sebuah bangunan. Apa daya? Gerardus telah dilarang oleh superiornya untuk tidak lagi mengadakan mukjizat tanpa ijin. Maka, broeder yang kudus ini menghentikan sang tukang batu di angkasa, memintanya untuk menunggu hingga ia mendapatkan ijin untuk menyelamatkannya! Dan ia memang mendapatkan ijin, sehingga tukang batu itu dapat jatuh dan mendarat dengan lembut di atas tanah.
Para biarawan menganggap Gerardus sebagai rekan yang tak ternilai sebab ia berhasil dengan begitu gemilang dalam menghantar orang-orang berdosa untuk menyambut sakramen-sakramen dan mengilhami banyak orang untuk memperbaiki Sakramen Tobat mereka yang buruk. Orang banyak mengikutinya di mana-mana, dan telah menyebutnya “il santo” - sang Santo.

PENCOBAAN BERAT
Kekudusan sejati harus senantiasa diuji dengan salib, dan pada tahun 1754 Gerardus harus mengalami suatu pencobaan besar, yang memperolehkan baginya ganjaran berupa kuasa istimewa untuk menolong para ibu dan anak-anak. Salah satu dari semangat Gerardus yang bernyala-nyala adalah mendorong serta membantu para gadis yang ingin masuk biara. Seringkali ia juga bahkan menyediakan mas kawin yang diperlukan bagi gadis-gadis-gadis miskin yang tidak dapat diterima dalam suatu ordo religius.
Neria Caggiano adalah salah seorang dari para gadis yang mendapatkan bantuan Gerardus. Namun demikian, ia mendapati bahwa kehidupan biara ternyata tak menyenangkan baginya dan dalam waktu tiga minggu ia telah pulang kembali ke rumah. Guna membenarkan tindakannya, Neria mulai menyebarkan gosip-gosip bohong mengenai kehidupan para biarawati, dan ketika orang-orang di Muro menolak untuk percaya pada cerita-cerita demikian mengenai suatu biara yang direkomendasikan oleh Gerardus, maka Neria bertekad untuk menyelamatkan reputasinya dengan menghancurkan nama baik orang yang telah menolongnya. Dalam sepucuk surat kepada St Alfonsus, ia menuduh Gerardus melakukan dosa melanggar kemurnian terhadap seorang gadis muda dari sebuah keluarga di mana Gerardus sering menumpang dalam perjalanan-perjalanan misinya.
Gerardus dipanggil menghadap oleh St Alfonsus untuk menjawab dakwaan terhadapnya. Bukannya membela diri, Gerardus malahan tinggal diam, seturut teladan Guru Illahi-nya. Menanggapi permohonan dari teman-temannya untuk membela diri, Gerardus menjawab, “Tuhan akan mengurusnya.” Dengan kebisuannya itu, St Alfonsus tak dapat berbuat suatupun selain dari menjatuhkan hukuman berat atas diri pemuda ini. Gerardus dilarang menyambut Komuni Kudus, dan dilarang melakukan segala kontak dengan orang luar.
Tidaklah mudah bagi Broeder Gerardus untuk melepaskan karyanya demi menyelamatkan jiwa-jiwa, namun hal ini sungguh tak berarti dibandingkan hukuman dijauhkan dari Komuni Kudus. Ia merasa hukuman ini sungguh dahsyat baginya hingga ia bahkan mohon dibebaskan juga dari melayani Misa, sebab khawatir kalau-kalau kerinduannya yang berkobar-kobar untuk menyambut komuni akan membuatnya merampas Hosti yang telah dikonsekrasikan dari tangan imam di altar.
Beberapa waktu lamanya berselang hingga Neria sakit parah dan ia menulis sepucuk surat kepada St Alfonsus mengakui bahwa dakwaannya terhadap Gerardus adalah dusta dan fitnah belaka. St Alfonsus dipenuhi sukacita demi mendengar kabar ketakbersalahan puteranya. Tetapi Gerardus, yang tak bermuram durja dalam masa pencobaannya, juga tidak terlalu bergembira atas pemulihan nama baiknya ini.
Dalam kedua perkara ini ia merasa bahwa kehendak Tuhan telah digenapi, dan bahwa itu sudah cukup baginya.

PEKERJA AJAIB
St Gerardus Majella dikenal sebagai Thaumaturge, yaitu seorang kudus yang mengadakan mukjizat-mukjizat, tidak saja sekali-sekali, melainkan kerapkali. Sedikit saja orang kudus yang mempunyai begitu banyak catatan mengenai perkara-perkara ajaib seperti Gerardus. Proses beatifikasi dan kanonisasi mengungkapkan bahwa mukjizat-mukjizat yang diadakannya begitu banyak dan bermacam ragamnya.
Kerapkali ia masuk dalam ekstasi sementara bermeditasi mengenai Tuhan atau kehendak-Nya yang kudus, dan di saat-saat demikian, tubuhnya tampak terangkat beberapa kaki di atas permukaan tanah.
Sebagian besar mukjizat diadakannya demi melayani orang-orang lain. Kejadian-kejadian luar biasa seperti disebutkan di bawah ini akan tampak sebagai suatu hal yang biasa sementara orang membaca riwayat hidupnya. Ia menghidupkan kembali seorang anak laki-laki yang terjatuh dari sebuah karang yang terjal; ia memberkati perbekalan gandum yang tinggal sedikit milik sebuah keluarga miskin dan perbekalan itu tidak habis-habisnya hingga panen berikutnya; beberapa kali ia menggandakan roti yang ia bagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Suatu hari ia berjalan di atas air demi menghantar ke tempat pelabuhan yang aman sebuah kapal penuh para nelayan yang terancam nyawanya oleh gelombang sakal. Gerardus dianugerahi kemampuan untuk “membaca jiwa”. Kerapkali ia menyingkapkan secara pribadi kepada orang dosa-dosa rahasia dalam jiwa mereka yang malu mereka akukan, dan kemudian menghantar mereka ke penitensi dan pengampunan.
Ketika terjadi serangan wabah penyakit, Gerardus terlihat di lebih dari satu rumah pada saat yang bersamaan demi menolong mereka yang sakit. Tak selembar pun dari riwayat hidupnya yang tak ditandai dengan keajaiban, semuanya demi kemuliaan Tuhan dan digerakkan oleh kasih yang tulus kepada sesama.
Sepanjang hidupnya, St Gerardus menghabiskan berjam-jam lamanya setiap hari dalam sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus demi memuliakan Tuhan dan mengucap syukur atas segala rahmat dan berkat-Nya. Ibunda Gerardus, Benedetta, mengatakan bahwa puteranya “terlahir bagi surga,” dan mengisahkan bagaimana Gerardus melewatkan berjam-jam lamanya di hadapan Sakramen Mahakudus “hingga ia lupa bahwa saat makan malam telah tiba.”

WAFATNYA
Senantiasa rapuh kesehatannya, merupakan pertanda bahwa Geardus tidak akan hidup lama. Pada tahun 1755, ia terserang pendarahan hebat dan disentri, maut dapat sewaktu-waktu merenggut nyawanya. Tetapi, ia masih hendak mengajarkan suatu pelajaran berharga mengenai kuasa ketaatan. Direkturnya memerintahkan Gerardus untuk segera sembuh, jika memang sesuai kehendak Tuhan; maka, sekonyong-konyong penyakitnya tampak lenyap dan ia segera meninggalkan pembaringannya untuk menggabungkan diri dengan komunitas. Namun demikian, ia tahu bahwa kesembuhannya hanyalah untuk sementara waktu saja dan bahwa jangka hidupnya hanya tinggal sebulan saja.
Tak lama berselang ia memang kembali ke pembaringannya karena tuberculosis, dan ia mulai mempersiapkan diri menyongsong kematiannya. Sepenuhnya ia berserah diri pada kehendak Tuhan dan ia menempatkan tanda ini pada pintu kamarnya, “Kehendak Tuhan dilaksanakan di sini, seperti yang Tuhan kehendaki dan selama Ia menghendakinya.” Seringkali orang mendengarnya mendaraskan doa berikut, “Ya Tuhan-ku, aku rindu untuk mati demi melakukan kehendak-Mu yang terkudus.” Antara tengah malam pada tanggal 15 Oktober 1755, dini hari dari hari berikutnya, jiwanya yang tak berdosa pulang kembali kepada Tuhan. Usianya baru 29 tahun.
Saat kematian Gerardus, broeder yang bertugas di sakristi, dalam kegugupannya, membunyikan lonceng seolah hendak dirayakan suatu pesta, dan bukan membunyikannya sebagai tanda kematian. Beribu-ribu orang datang untuk menyaksikan tubuh “Santo” mereka dan berusaha mendapatkan kenang-kenangan terakhir dari dia yang telah begitu banyak kali menolong mereka. Setelah wafatnya, mulailah dilaporkan terjadinya berbagai mukjizat dari hampir segenap penjuru Italia dengan perantaraan St Gerardus. Pada tanggal 29 Januari 1893, Paus Leo XIII memaklumkannya sebagai Beato, dan pada tanggal 11 Desember 1904, Paus Pius X memaklumkannya sebagai “Santo”. Pesta St Gerardus Majella dirayakan pada tanggal 16 Oktober.

SAPUTANGAN SANG SANTO
Perantaraan ajaib St Gerardus bagi para ibu dimulai sejak dari masa hidupnya. Suatu ketika, sementara ia meninggalkan rumah sahabatnya, keluarga Pirofalo, saputangannya terjatuh di kursi. Salah seorang anak perempuan dari keluarga Pirofalo memungutnya dan menyerahkannya kembali kepada Gerardus. Tetapi, dalam suatu nubuat penglihatan Gerardus mengatakan, “Simpanlah. Saputangan itu akan berguna bagimu suatu hari kelak.” Sang gadis menyimpan saputangan itu sebagai kenang-kenangan berharga dari Gerardus. Beberapa tahun kemudian, perempuan itu yang kini telah menikah, berada dalam bahaya maut saat hendak melahirkan bayi pertamanya. Dalam keadaan sakit beranak, ia teringat akan saputangan misterius dan janji Gerardus; ia meminta agar saputangan segera dibawa kepadanya. Kemudian, diusapkannya saputangan ke kandungannya dan seketika itu juga bahaya berlalu dan ia melahirkan seorang bayi yang normal dan sehat.
Saputangan ajaib diwariskan dari satu ibu ke ibu yang lain sementara mereka hendak besalin di kota Olive hingga Citra. Ibu yang pertama mewariskan reliqui yang berharga kepada kemenakannya dan dari sana turun-temurun ke generasi berikutnya. Beberapa keluarga mengambil sepotong kecil dari saputangan itu hingga hanya secarik kecil saja yang tersisa ketika Gerardus dikanonisasi. Walau demikian, secarik itupun sudahlah cukup untuk meneruskan rahmat-rahmat istimewa kepada saputangan-saputangan lain yang disentuhkan padanya.
Sekarang, saputangan-saputangan serupa saputangan St Gerardus, yang telah disentuhkan pada reliquinya, dapat diperoleh para peziarah yang mengunjungi tempat ziarah internasional St Gerard Majella di Materdomini, Italia. Saputangan St Gerardus Majella telah menjadi suatu simbol populer aklamasi Gerardus sebagai pelindung para ibu dan anak-anak, bayi-bayi yang belum dilahirkan dan gerakan pencinta kehidupan.
Pada masa di mana keberadaan keluarga dan kesakralan hidup manusia menghadapi ancaman dari aborsi, kontrasepsi, dan berbagai teknik biomedis, dan dengan berkembangnya “budaya kematian,” santo kecil dengan saputangannya mungkin adalah yang kita butuhkan bagi para ibu yang sedang mengandung, keluarga-keluarga dan seluruh dunia.


Sumber : Yesaya.indocell.net