Selasa, 31 Mei 2011

Amanat Tuhan Yesus Untuk Indonesia




Penjelasan Umum


Pernyataan:
Bapak Suci Paus Paulus VI telah mensahkan Dekrit Kongregasi Ajaran Iman, A.A.S.58/16 pada tanggal 14 Oktober 1966, yang menyatakan bahwa Nihil Obstat dan Imprimatur dari Kuasa Mengajar Gereja tidak diperlukan lagi untuk terbitan-terbitan yang berhubungan dengan wahyu pribadi atau penampakan-penampakan.



Isi Amanat bagi Indonesia.
Hari ini Aku telah membawa engkau (Vassula) ke sini, ke Indonesia, sebagaimana pula telah Kukumpulkan kalian semua sebagai satu persekutuan. Katakanlah kepada mereka: janganlah menganggap bahwa Allah tidak dapat didekati. Allah ada di dekatmu, dan mengasihimu ...

Hormatilah nama-Nya. Kembalilah kepada-Ku dan ubahlah hidupmu, serta hiduplah suci, sebab Kuduslah nama-Ku . Izinkanlah Aku mendandanimu kembali. Untuk ini Aku memerlukan penyerahan menyeluruh dirimu. Satu-satunya perlindunganmu adalah Hati-Ku.

Dengarkanlah dan pahamilah: Aku telah bersabda bahwa seluruh daging adalah seperti rumput, dan keindahannya seperti bunga liar di ladang. Namun rumput mengering dan bunga-bunga menjadi layu, sedangkan sabda-Ku tetap abadi, ... dan jiwamu akan tetap hidup. Biarkan jiwamu dalam keadaan damai dengan Aku pada hari Aku akan menjemputnya, agar engkau mewarisi Kemuliaan-Ku.

Janganlah menipu dirimu sendiri sekarang, dan mengatakan: "Jiwa, engkau kini sudah memiliki banyak hal. Ambillah barang-barang yang tersedia. Nikmatilah waktu ini dan berfoya-foyalah dalam kekayaanmu. Nyatalah sudah bahwa warisan itu adalah milikmu." Sadarilah anak-Ku, betapa jiwamu telah kaubiarkan tumbuh liar.

Sadarilah anak-Ku, betapa pedihnya Aku melihat engkau gersang. Aku selalu mengasihimu dengan kasih abadi. Kurangilah kepedihan-Ku. Hapuskanlah kepedihan-Ku dan kembalilah kepada-Ku, yaitu Bapamu, Penciptamu, Penyelamatmu dan Hidupmu . Berdoalah dari dalam hatimu, dan Aku akan mendengarmu. Pengampunan akan diberikan kepadamu bila engkau memintanya! 

Indonesia, arahkan langkahmu kepada langkah-Ku, sebab Hari-Ku dekat, dan sewaktu Aku datang, Aku akan datang dengan Api. Maka, izinkanlah Aku untuk menemukan engkau layak bagi Kerajaan-Ku ... Mintalah Berkat-Ku dan Aku akan memberikannya kepadamu. Ayah mana yang akan menolak kesejahteraan anaknya? Maka, betapa terlebih-lebihnya Aku, Sumber Kasih, akan memberikannya kepada siapapun yang memintanya! Aku berada di dekat kalian hai putri dan putra, dan Aku memberkati kalian, dan menawarkan Damai-Ku kepadamu. Datanglah dan akukanlah dosa-dosamu ke hadapan-Ku, dan Aku akan menanggapi jeritan pertobatanmu.

Vassula, Aku adalah Yahweh, Bapamu yang Terkasih dan Bapa segenap manusia. Pujilah Aku dan ikutilah Aku tanpa menunda. Bangunlah sekarang dan berdoalah Bapa Kami sebagaimana Aku menghormati engkau dengan mengajarkannya kepadamu. Aku mengasihi engkau dengan lemah lembut! 



TANYA-JAWAB
MENGENAI AMANAT TUHAN
YANG DISAMPAIKAN VASSULA DI INDONESIA
25 - 26 MARET 1995
------------------------------------------------------------

Kata apa yang paling sering muncul dalam amanat Tuhan ini?
Kata Aku yang diucapkan oleh Tuhan sendiri.

Apa isi kalimat-kalimat yang memunculkan kata Aku itu?
Macam-macam. Antara lain, Tuhan memeperkenalkan diri-Nya, mengemukakan permohonan, meyakinkan, menegaskan, dan sebagainya.

Bagaimana Tuhan memperkenalkan diri-Nya?
Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai Dia yang membawa Vassula ke Indonesia serta mengumpulkan semua orang menjadi satu himpunan untuk mendengarkan amanat-Nya ("Katakanlah kepada mereka"). Selanjutnya Ia menegaskan bahwa Ia selalu di dekat kita dan mencintai semua orang. Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai Yahweh, Bapa, Pencipta,Penyelamat, Hidup, Sumber Kasih, Pemberi berkat dan damai. Menarik sekali bahwa Tuhan menunjuk Hati-Nya sebagai satu-satunya tempat pengungsian kita.


Apa lagi yang dikatakan Tuhan tentang diri-Nya?
Banyak hal, walaupun amanat-Nya singkat. Antara lain bahwa Ia pemilik Kerajaan dan Kemuliaan, bahwa Ia ingin agar semua orang menjadi layak bagi Kerajaan-Nya serta mewarisi Kemuliaan-Nya. Ia bukan Allah yang tak terjangkau. Selaku Bapa semua orang, Ia menghendaki kesejahteraan anak-anak-Nya.

Adakah suatu pesan khusus yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Indonesia?
Ya. Tuhan menyapa semua putri dan putra Indonesia. Namun karena pesan-pesan-Nya berbeda-beda isinya, maka dapat dihimpun menjadi tiga kelompok, yaitu : (1) Perintah permohonan; (2) Peringatan; (3) Janji-jaminan.

Apa yang diperintahkan Tuhan kepada bangsa Indonesia?
Perintahnya sebenarnya satu saja, yaitu, "Hormatilah nama Allah!". Perintah ini serupa dengan yang tercantum dalam "Kesepuluh Perintah Allah" Perjanjian Lama. Semua ucapan Tuhan lain dapat dipandang sebagai perintah permohonan ataupun himbauan.

Adakah suatu himbauan penting yang menyangkut seluruh bangsa Indonesia?
Ya, yakni, "Hai Indonesia, melangkahlah sambil mengikuti langkah-Ku." Di dalamnya tercakup segala permohonan dan himbauan lain. namun baiklah sejumlah  permohonan itu dikutip di sini, yaitu: (a) Hiduplah suci; (b) Kembalilah kepada-Ku; (c) Sadarlah akan kegersanganmu; (d) Datang dan akuilah dosa-dosamu; (e) Ubahlah cara hidupmu; (f) Berdoalah dari dalam hatimu; (g) Mintalah Berkat-Ku. Tampaknya semua himbauan ini atau belum atau tidak cukup serius ditanggapi oleh bangsa Indonesia.

Bukankah semua himbauan ini dapat dipandang sebagai perintah pula?
Manusia adalah insan merdeka, yang setiap kali dapat menolak Allah dan tidak mendengarkan-Nya, maka semua ucapan Tuhan tadi lebih tepat dipandang sebagai permohonan saja. Hal ini menjadi lebih jelas bila diperhatikan tiga kalimat yang dibuka dengan kata " izinkanlah Aku" dan "biarkan Aku", yaitu: (a) Izinkanlah Aku mendandani kalian kembali; Izinkanlah Aku menemukan kalian layak bagi Kerajaan-ku; dan, (b) Biarkan jiwa kalian ada dalam damai dengan Aku pada hari Aku datang untuk menjemputnya, supaya kalian mewarisi Kemuliaan-ku. Tuhan minta, supaya kita mengizinkan-Nya berkarya, sehingga suatu ketika Ia dapat mengantarkan kita ke dalam Rumah-Nya. Ada juga dua permohonan singkat namun memilukan, karena bernada keluh kesah, yaitu : (c) Perkecillah kepedihan-ku; Hapuskanlah kepedihan-Ku.

Adakah pula suatu peringatan bagi Indonesia?
Sesungguhnya semua perintah-permohonan tadi mengandung peringatan pula. tetapi secara khusus nada peringatan Tuhan terasa dalam kalimat-kalimat berikut ini: (a) kalian sendiri (lalu menyusul perumpamaan tentang jiwa yang berpuas diri); (b) Dengarkan dan  pahamilah (sebuah peringatan untuk tetap ingat bahwa jiwa manusia hidup selama-lamanya, sedangkan jasmaninya, yaitu "daging" tidak berbeda dengan rumput yang mengering ataupun bunga liar yang cepat layu). Selain itu, Tuhan memperingatkan bahwa, (c) Hari-Nya sudah dekat, bahwa Ia akan datang untuk menjemput kita. Tetapi Ia akan datang dengan Api.

Benarkah Tuhan berjanji sesuatu dalam amanat-Nya kepada bangsa Indonesia?
Satu janji menyangkut pengampunan : (a) "Pengampunan akan diberi kepadamu, bila kalian memintanya!; Aku akan menanggapi jeritan tobat kalian. lalu ada satu janji umum mengenai terkabulnya doa: (b) Berdoalah dari dalam hatimu, dan Aku akan mendengarkan kalian. janji serupa diucapkan Tuhan dalam kalimat ini, : Mintalah Berkat-Ku, dan Aku akan memberikannya kepada kalian." Semua janji ini sesungguhnya sekaligus jaminan dari pihak Tuhan. Tetapi ada satu janji-jaminan yang sangat menyukacitakan, yaitu: (c) Aku selalu mengasihimu dengan kasih tak berkesudahan. Justru karena itu Tuhan menjamin pula (d) Kesejahteraan bagi semua orang yang akan memintanya. kata Tuhan, "Ayah mana yang akan menolak kesejahteraan anaknya? Betapa lebihnya Aku, Sumber Kasih, akan memberi kepada siapa saja yang meminta!"

Mendengar semuanya ini, barangkali dapat disusun suatu daftar pokok yang perlu diperhatikan selanjutnya. Menurut hemat saya dalam amanat ini perlu diperhatikan pokok-pokok berikut ini :

(1) Kasih Tuhan; 
(2) Kegersangan; 
(3) Pertobatan; 
(4) Hari Tuhan.

Dapatkah anda mengomentari masing-masing pokok ini secara singkat?
(1) Kasih Tuhan - Kedatangan Vassula, penerima wahyu pribadi Tuhan, ke Indonesia merupakan tanda nyata kasih Tuhan. Tetapi tandanya yang lebih jelas lagi ialah amanat khusus dari Tuhan. Boleh dikatakan, Tuhan mengistimewakan Indonesia. Lagi pula seluruh amanat Tuhan bernada himbauan penuh kasih. Tentu saja Tuhan memperingatkan, menunjuk-nunjuk yang salah, tetapi semua peringatan itu terasa sebagai himbauan penuh keprihatian yabg terdorong oleh kasih sejati.

(2) Kegersangan - Kata "kegersangan" yang muncul dalam amanat ini dua kali, seharusnya direnungkan secara mendalam. Indonesia yang begitu subur dan kaya  alamnya, dari sudut spiritualnya justru dipandang oleh Tuhan sebagai negara yang gersang! Artinya, hidup rohani para putri dan putra Indonesia mengecewakan Tuhan. Kata "kegersangan" ini berhubungan erat dengan "perumpamaan:" injili tentang orang kaya yang bodoh (bdk. Luk 12: 13-21) yang secara bebas dikutip dalam amanat ini. karena kaya, manusia mudah lupa akan jiwanya yang kekal. Lupa itu menjadikan Tuhan sakit kepedihan. Kegersangan itu ditegaskan pula dalam kiasan tentang segala sesuatu yang materiil. Apa saja yang musnah. Termasuk kekayaan yang begitu dikejar oleh bangsa Indonesia. Maka Tuhan berseru dengan latang, "Kembalilah kepada-Ku dan ubahlah cara hidup kalian."



(3) Pertobatan - bila bangsa Indonesia akan menyadari kegersangannya dan menerimanya sebagai kenyataan, maka langkah berikutnya ialah pertobatan. Bertobat berarti meninggalkan pola hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan sepenuhnya memusatkan diri pada Tuhan. Sebab "satu-satunya tempat pengungsian" manusia ialah hati Tuhan. Namun supaya hal ini terjadi, Tuhan memerlukan keputusan manusia. Manusia tidak boleh mengandalkan siapa pun dan apa pun lagi, selain Tuhan.  Maka Tuhan berseru, "Izinkanlah Aku mendandani kalian kembali. Untuk itu Aku memerlukan penyerahan diri kalian yang menyeluruh." Penyerahan diri semacam ini harus menjadi doa harian setiap putra dan putri Indonesia. kalau penyerahan itu ada, maka Tuhan akan mulai berkarya di Indonesia secara ajaib dan cepat. Sebab dengan menyerahkan diri kepada Tuhan, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang mengandalkan-Nya, yang meminta, yang berdoa dan mengharapkan segala-galanya dari Tuhan saja. Pada saat memutuskan cintanya kepada harta materi, bangsa Indonesia akan mulai menikmati Damai Sejati.




(4) Hari Tuhan - Pokok ini disinggung beberapa kali, tetapi sama seperti dalam Injil, tidak ada keterangan rinci. Hanya diungkapkan dua hal yang patut direnungkan, yaitu : Hari itu sudah dekat, dan Tuhan akan datang dengan Api. Kata "api" biasanyadiartikan sebagai "penghakiman" atau "hukuman" atas dosa. namun tidak mustahil bahwa api itu benar-benar akan menjadi kenyataan fisik pula dan akan menjadi bencana bagi Indonesia. Bagaimanapun juga, Tuhan prihatin, maka Ia memperingatkan, menghimbau, memohon, nyaris mengemis kasih dari pihak Indonesia. Barangsiapa bertelinga, hendaknya mendengarkan!

Apakah Tuhan menyebut nama Indonesia dalam amanat-Nya?
Ya, malah dua kali. Pertama kali untuk menegaskan bahwa Vassula dibawa ke Indonesia atas prakarsa-Nya sendiri. Kedua kalinya, ketika Ia berbicara tentang Hari Kedatangan-Nya yang sudah dekat.

Stefan Leks, 14 Maret 1995


(Sumber : Unio Cordium Indonesia http://www.uniocordium.org/)

Rabu, 25 Mei 2011

RAHASIA FATIMA

Lukisan yang mengilustrasikan penampakan tanggal 13 Juni 1917
(Sr. M. Conceicao, OCD)

 
 
Bagian pertama dan kedua “rahasia” itu menurut versi yang disajikan oleh Suster Lucia dalam Memoir Ketiga tertanggal 31 Agustus 1941 bagi Uskup Leiria-Fatima.


(terjemahan) *
... Ini akan mencakup pembicaraan saya tentang rahasia itu, dan dengan demikian menjawab pertanyaan pertama. Apakah rahasianya itu? Tampaknya bagiku aku boleh mengungkapkannya, sebab aku sudah memiliki izin dari surga untuk berbuat demikian. Wakil-wakil Tuhan di bumi telah memberi wewenang kepadaku untuk melakukan ini beberapa kali dan dalam berbagai surat, salah satunya, saya rasa, Anda simpan. Surat ini dari Romo Jose Bernardo Goncalves, dan di situ ia menyuruh saya untuk menyurati Bapa Suci, antara lain menyarankan agar saya harus mengungkapkan rahasia tersebut. Saya memang mengatakan sesuatu tentang itu. Tetapi untuk tidak memperpanjang suratku, sebab aku disuruh pendek-pendek saja, aku membatasi diri pada ha-hal yang pokok, membiarkan Tuhan untuk memberi kesempatan lain yang lebih baik.

Dalam kisah saya yang kedua saya sudah melukiskan keragu-raguan yang menyiksa saya secara terperinci sejak 13 Juni sampai 13 Juli, dan bagaimana keraguan itu lenyap samasekali selama penampakan pada hari itu.

(*) Dalam “Memoir Keempat” tanggal 8 Desember 1941, Suster Lucia menulis:
“Aku akan memulai tugas baruku, dan dengan demikian memenuhi perintah yang diterima dari Yang Mulia maupun keinginan-keinginan Dr. Galamba. Dengan perkecualian bagian rahasia yang tak boleh saya ungkapkan sekarang, saya akan mengatakan segala sesuatunya. Saya tak akan menghilangkan sesuatu pun secara sengaja, meskipun saya kira saya mungkin lupa beberapa detail kecil yang tidak penting.”

Yah, rahasia itu terdiri atas tiga bagian terpisah, dua di antaranya akan saya ungkapkan sekarang. 

Bagian pertama adalah penglihatan tentang neraka. Ratu kita memperlihatkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang tampaknya ada di bawah bumi. Yang terjerumus ke dalam api ini adalah setan-setan dan jiwa-jiwa dalam rupa manusia, seperti bara-bara api yang menyala dan tembus pandang, semuanya berwarna kehitam-hitaman atau coklat mengkilat, terapung-apung ke sana kemari dalam nyala itu, terkadang melesat ke udara berkat nyala api yang keluar dari diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan asap besar, terkadang jatuh kembali ke segala sisi seperti bunga-bunga api dalam sebuah api besar, tanpa bobot atau keseimbangan, dan di tengah jeritan-jeritan dan keluhan-keluhan rasa sakit dan keputusasaan, yang mengerikan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan oleh keserupaan mereka yang mengerikan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semuanya gelap dan tembus pandang. Penglihatan ini hanya berlangsung sesaat. Bagaimana kita dapat bersyukur kepada Ibu surgawi kita yang baik hati, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan untuk membawa kami ke surga, dalam penampakan pertama. Kalau tidak, saya rasa kami sudah mati ketakutan dan ngeri.
 
Kemudian kami menatap ke Ratu kita, yang berkata kepada kami dengan begitu lembut dan begitu sedih: “Kamu baru saja melihat neraka tempat perginya jiwa-jiwa pendosa yang malang. Untuk menyelamatkan mereka, Tuhan ingin menetapkan kebaktian kepada hatiku yang tak bernoda di dunia. Bila apa yang kukatakan kepadamu dilaksanakan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada perdamaian. Perang itu akan berakhir; tetapi bila orang tidak berhenti melukai hati Tuhan, sebuah perang yang lebih buruk akan pecah selama pemerintahan Pius XI. Kalau engkau melihat malam yang diterangi oleh cahaya yang tidak dikenal, ketahuilah bahwa inilah tanda besar yang diberikan oleh Tuhan kepadamu bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatan-kejahatannya dengan perang, kelaparan, dan penganiayaan terhadap Gereja dan Bapa Suci. Untuk mencegah hal ini, aku akan datang untuk meminta penyerahan Rusia kepada hatiku yang tak bernoda, dan komuni silih pada hari-hari Sabtu pertama. Kalau permintaan-permintaanku dipenuhi, Rusia akan ditobatkan, dan akan ada perdamaian; bila tidak, Rusia akan menyebarkan kesesatan-kesesatannya ke seluruh dunia sambil menimbulkan peperangan dan penganiayaan-penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dimartir; Bapa Suci akan terpaksa banyak menderita; berbagai bangsa akan lenyap. Pada akhirnya, hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan menyerahkan Rusia kepadaku, dan Rusia akan ditobatkan, dan sebuah periode perdamaian akan diberikan kepada dunia.”(**)

(**) Dalam “Memoir Keempat” Suster Lucia menambahkan: “Di Portugal, dogma
iman akan senantiasa terjaga, dst.....” 

Bagian ketiga dari rahasia yang diungkapkan di Cova da Iria, Fatima, pada tanggal 13 Juli 1917.
Saya menulis dalam ketaatan kepadaMu, Tuhanku, yang memerintahkan aku untuk berbuat begini melalui Yang Mulia Uskup Leiria dan melalui IbuMu dan Ibuku yang amat kudus. Setelah kedua bagian yang telah saya jelaskan, di sebelah kiri Ratu kita dan sedikit di atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang menyala di tangan kirinya; sambil berkilat-kilat, pedang itu mengeluarkan api yang tampaknya seolah-olah mau membakar dunia; tetapi api itu mati setelah bersentuhan dengan kemuliaan yang dipancarkan oleh Ratu kita kepadanya dari tangan kanan Ratu kita:
sambil menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara nyaring: ‘Matiraga, Matiraga, Matiraga!’ dan kami melihat dalam cahaya yang amat luas yakni Tuhan: ‘sesuatu seperti layaknya orang tampak di sebilah cermin ketika mereka lewat di depannya’ seorang uskup yang berpakaian putih-putih ‘kami
mendapat kesan bahwa itu adalah Bapa Suci.’ Uskup-uskup lain, imam-imam, biarawan-biarawati mendaki sebuah bukit terjal, di atasnya ada sebuah salib besar terbuat dari batang kayu yang dipotong kasar-kasar seperti pohon gabus dengan kulitnya; sebelum sampai ke situ Bapa Suci melewati sebuah kota besar yang setengah hancur dan setengah gemetar dengan langkah yang tertatih-tatih, karena
terkena rasa sakit dan kepedihan, ia berdoa bagi jiwa mayat-mayat yang dijumpainya di jalan; setelah mencapai puncak gunung, ia berlutut di kaki salib besar itu. Ia dibunuh oleh sekelompok serdadu yang menembakkan peluru-peluru dan panah-panah kepadanya, dan dengan cara yang sama, di situ mati pula satu persatu, uskup-uskup,
imam-imam, biarawan-biarawati, dan berbagai awam dengan berbagai pangkat dan kedudukan. Di bawah kedua lengan salib terdapat dua Malaikat masing-masing membawa bejana kristal di tangannya, menadah darah para martir dan dengannya memerciki jiwa-jiwa yang berjalan menuju Allah.Tuy, 3-1-1944.



PENGUMUMAN YANG DIBUAT OLEH KARDINAL
ANGELO SODANO, MENTERI LUAR NEGERI VATIKAN

Pada akhir misa yang dipimpin oleh Bapa Suci di Fatima, Kardinal Angelo Sodano,  Menteri Luar negeri, membuat pernyataan ini dalam bahasa Portugis, yang disajikan di sini dalam terjemahan bahasa Indonesia:

Saudara-saudari dalam Tuhan!
Pada penutupan perayaan agung ini, saya merasa wajibmenyampaikan kepada Bapa Suci kita yang tercinta Paus YohanesPaulus II, atas nama semua hadirin, selamat sehangat-hangatnyaatas ulangtahunnya yang ke-80 yang akan datang dan untuk berterima kasih kepadanya atas pelayanan pastoralnya yang vital bagi kemaslahatan seluruh Gereja Allah yang kudus; kami menyampaikan selamat sehangat-hangatnya dari seluruh Gereja. Pada kesempatan agung kunjungannya ke Fatima ini, Bapa Suci telah menyuruh saya untuk membuat pengumuman bagi Anda. Sebagaimana Anda ketahui, maksud kunjungannya ke Fatima adalah untuk beatifikasi kedua “gembala kecil” itu. Namun ia juga ingin agar peziarahannya menjadi ungkapan terimakasih baru
kepada Ratu kita atas perlindungannya selama tahun-tahun pemerintahannya. Perlindungan ini tampaknya juga berkaitan dengan apa yang disebut bagian ketiga “rahasia” Fatima. Teks itu memuat sebuah penglihatan simbolis yang mirip dengan
yang ada dalam Kitab Suci, yang tidak melukiskan secara fotografis detail-detail peristiwa-peristiwa masa depan, melainkan mensintesakan dan memadatkan fakta-fakta pada satu latar belakang. Fakta-fakta yang meluas melewati waktu dalam sebuah urutan dan kelangsungan yang tidak tertentu. Sebagai akibatnya, teks itu harus ditafsirkan dalam sebuah kunci simbolis.

Penglihatan Fatima terutama menyangkut perang yang dilakukan oleh sistem-sistem ateistik terhadap Gereja dan orang-orang Kristen, dan penglihatan itu melukiskan penderitaan luarbiasa yang ditanggung oleh para saksi iman dalam abad terakhir milenium kedua. Ini merupakan Jalan Salib yang tak berkesudahan yang dipimpin oleh para Paus abad keduapuluh. Menurut interpretasi “para gembala kecil,” yang juga baru-baru ini diteguhkan oleh Suster Lucia, “Uskup yang berpakaian putih putih” yang berdoa bagi semua umat beriman adalah Paus. Sewaktu dia melangkah dengan sangat sulit menuju salib itu di tengah-tengah mayat-mayat orang-orang yang dimartir (uskup-uskup, imam-imam, biarawan-biarawati dan banyak kaum awam), ia pun jatuh ke tanah,
tampaknya meninggal, di bawah berondongan tembakan senapan.

Setelah usaha pembunuhan tanggal 13 Mei 1981, tampaknya jelas bahwa “tangan seorang Ibulah yang telah membimbing jalannya peluru itu,” sehingga memungkinkan “Bapa Suci dalam pergulatannya” untuk berhenti “pada ambang kematian” (Paus Yohanes Paulus II, Meditasi bersama para Uskup Italia dari Poliklinik Gemelli, Insegnamenti, XVII, 1 (1994), 1061). Dalam sebuah kesempatan kunjungan ke Roma oleh Uskup Leiria-Fatima waktu itu, Paus memutuskan untuk memberikan kepadanya peluru yang tertancap di jeep setelah usaha pembunuhan itu, agar peluru itu dapat disimpan di tempat peziarahan. Dengan keputusan Uskup tadi, peluru itu kemudian ditaruh di mahkota patung Ratu kita dari Fatima.

Peristiwa-peristiwa yang berurutan tahun 1989 telah membuat jatuhnya rezim-rezim komunis yang memajukan ateisme baik di Uni Soviet dan di sejumah negara EropaTimur. Untuk ini pun Bapa Suci mengucapkan rasa terima kasihnya yang hangat kepada Perawan Tersuci. Namun di bagian-bagian dunia lain, serangan-serangan terhadap Gereja dan terhadap orang-orang Kristen, dengan beban penderitaan yang dibawanya, berlanjut secara tragis. Bahkan seandainya peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam bagian ketiga “rahasia” Fatima itu sekarang ini tampaknya menjadi
bagian masa lampau, ajakan Ratu kita untuk bertobat dan bermatiraga, yang dikeluarkan pada awal abad keduapuluh, tetap segar dan mendesak hari ini. “Ratu pemberi pesan itu tampaknya membaca tanda-tanda zaman – tanda-tanda zaman kita – dengan pemahaman istimewa.... Ajakan teguh Maria yang tersuci untuk bermatiraga tak lain daripada perwujudan keprihatinan seorang ibu terhadap nasib keluarga manusia, yang perlu bertobat dan membutuhkan pengampunan” [Paus Yohanes Paulus II, Pesan untuk Hari Orang Sakit Sedunia-1997, No. 1, dalam Insegnamenti
di Giovanni Paolo II, XIX, 2 (Vatican, 1996), 561].

Agar umat beriman dapat menerima pesan Ratu kita dari Fatima dengan lebih baik, Paus telah memberi tugas kepada Konggregasi Ajaran Iman untuk mempublikasikan bagian ketiga rahasia” itu, setelah mempersiapkan sebuah komentar yang memadai.
Saudara-saudari, marilah kita berterima kasih kepada Ratu kita dari Fatima atas perlindungannya. Kepada pengantaraannya sebagai ibu, marilah kita mempercayakan Gereja pada milenium ketiga.

Sub tuum praesidium confugimus, Sancta Dei Genitrix! Intercede
pro Ecclesia. Intercede pro Papa nostro Ioanne Paulo II. Amen.
Fatima, 13 Mei 2000



(Sumber : Memoir Suster Lucia, disunting Romo Luis Kondor, SVD, Diterjemahkan oleh T. Hermaya dan Felicianus Kanisius Sila)